Tema dan artikel kali ini sedikit menyimpang, akan tetapi tetap berguna/bermanfaat. Artikel ini dibuat, hanya untuk persiapan Ayah Alif untuk acara gathering (24 - 25 Okt 14) di Pulau Harapan.
Sejarah Lampion
Sejak runtuhnya Orde baru dan memasuki era reformasi di Indonesia, semua
suku bangsa dan keturunan darimana pun di Indonesia bisa menjadi
masyarakat Indonesia yang seutuhnya dengan hak serta kewajiban yang
sama. Demikian halnya dengan masyarakat keturunan Tionghoa yang kini
tidak lagi terkucilkan dan bisa melaksanakan kegiatan kebudayaannya
dengan terbuka. Apalagi sejak Gus Dur - KH Abdurrahman Wahid - Presiden
RI ke-4 meresmikan Imlek sebagai salah satu libur perayaan Nasional.
Ada beberapa ciri dari Masyarakat Tionghoa yang sangat khas dan unik
yaitu salah satunya Lampion yang dihiasi dirumah-rumah keturunan China
saat perayaan Imlek ataupun Restoran makanan China atau Klenteng.
Sedikit terbersit dalam pikiran saya apakah ada arti Lampion sebenarnya?
Memang dalam film ataupun secara fungsi lampion digunakan sebagai alat
penerangan, khususnya penerangan dibagian depan rumah yang gelap maupun
saat bepergian dibawa dengan tangan.
Dalam penelusuran saya hingga saat ini, belum ada literature pasti
tentang siapa yang menemukan lampion atau dalam bahasa Inggrisnya
Chinese Lantern / Lentera Berwarna, namun dalam kebudayaannya dituliskan
bahwa budaya Lampion sudah dikenal sejak jaman Dynasty Han, tepatnya
jaman Dynasty Han Barat (206SM - 220M) sekitar 2000thn yang lalu dan
selalu digunakan pada setiap acara gembira. Setiap tahunnya pada jaman
itu, setiap orang China memasang lentera berwarna (Lentera Putih adalah
tanda perkabungan/lentera tak berwarna) saat tanggal kelima belas dari
bulan pertama untuk menciptakan suasana meriah. Salah satu alasannya
adalah pada tanggal ini juga dikenal dengan Cap Go Meh yaitu reuni
keluarga besar yang tinggal berjauhan, sehngga lentera berwarna juga
dikenal sebagai simbol reuni/pertemuan yang berbahagia.
Lentera China sendiri terbagi atas beberapa type, yaitu:
1. Lentera Kerajaan / Istana
Asal-usul lentera China diperkirakan mengikuti sebuah legenda di jaman
Dynasty Qing, era Yongzheng. Seorang pria tua di Provinsi Hebei sangat
terampil dalam konstruksi lentera. Orang tua ini membuat beberapa
lentera dan menjualnya di pasar di Distrik Gaocheng. Suatu hari, ia
kebetulan bertemu hakim distrik yang menyukai lentera buatannya dan
hakim ini membeli semuanya sekaligus. Sang hakim memuja hasil karya ini
dan ia menganggap mereka sebagai harta.
Pada tahun yang sama, Kaisar mengumpulkan upeti dan hakim distrik ini
mengirimkan banyak barang berharga sekaligus menitipkan beberapa lentera
berwarna ini. Diluar dugaan ternyata Kaisar sangat senang dan menerima
Lentera ini sebagai upeti dan menghias seluruh Istana dengan lentera
ini. Disinilah asal mula dikenalnya lentera Istana yang indah.
2. Lentera Kasa / Shadeng / Gauze Lantern dan Lentera Gantung / Swag Lantern.
Lentera kasa adalah lentera yang umum digunakan di China. Menurut
legenda lentera digunakan bersama-sama saat Kaisar Langit marah akibat
orang desa membunuh angsa kesayangan-Nya.
3. Lampion terbang
4. Lampion Air
Legenda ini dimulai saat banyak sekali binatang buas yang datang
menyerbu desa dan membunuh banyak orang dewasa, anak dan bahkan bayi.
Sehingga penduduk desa memutuskan untuk menyerang dan membunuh semua
binatang tersebut secara bersama-sama. Sialnya dalam perburuhan tersebut
seekor Angsa Suci kehilangan nyawanya oleh penduduk desa sehingga
membuat Kaisar Langit marah dan memutuskan untuk menghukum seluruh desa
dengan mengirimkan badai api. Seorang Dewi Langit yang baik kemudian
merasa kasihan kepada penduduk yang tidak bersalah akan ikut menerima
hukuman dari Kaisar langit dan memutuskan untuk turun dari langit dan
memberitahukan hal tersebut kepada kepala desa dan mengusulkan sebuah
rencana untuk menyalakan secara bersama-sama lentera disekeliling rumah
serta semua taman dan halaman bersamaan dengan penyalaan petasan dan
kembang api pada tanggal 14, 15 serta 16 malam di bulan pertama Imlek,
sehingga Kaisar langit melihat bahwa desa tersebut sudah mendapatkan
balasan dari apa yang mereka lakukan. Sejak saat itu kemudian ini
menjadi festival lantera China didesa tersebut dan merambah keseluruh
China hingga hari ini.
Legenda - Legenda Lainnya :
1. Legenda Penghormatan Kaisar terhadap Ping Lu
Dong Fang Shuo
Legenda ini tidak secara langsung berhubungan dengan Festival Lantera
maupun asal-usul lantera, namun lebih berhubungan dengan kebiasaan yang
dilakukan saat diadakannya Festival Lentera yaitu kebiasaan memakan
makanan khas Yuan Xiao. Dikisahkan Kaisar Wu dari Dynasty Han memiliki
seorang menteri favorite yaitu Dong Fang Shuo yang terkenal baik hati
dan humoris. Sesaat setelah menteri akan keluar dari Istana mendapati
seorang wanita yang mencoba bunuh diri dengan melompat kedalam Sumur.
Setelah sang menteri menyelamatkannya, wanita itu bercerita akan
kesedihannya karena terpisah dari keluarganya.
Setelah mangkatnya kaisar Han Liu Bang, Liu Ying yang adalah putra dari
Ratu Lu menjadi Kaisar. Namun posisinya yang lemah segera membuat banyak
pemberontakan dan ketidaknyamanan di Istana. Ratu Lu kemudian mengambil
alih dan atas keputusannya maka keluarga bermarga Liu dikurangi dalam
porsi kedudukannya di istana dan memasukkan banyak marga Lu. Setelah
Ratu mangkat, marga Lu menjadi takut akan pembalasan dari orang-orang
yang tidak puas atas pemerintahan sebelumnya sehingga mereka berkumpul
di kediaman Jenderal Lu.
Seorang bernama Liu Xiang melihat situasi ini memutuskan untuk berperang
dan mengajak serta veteran Zhou Bo dan Chen Ping sehingga dapat menang
dan membunuh Jenderal Lu. Setelah semuanya tenang kemudian para menteri
memutuskan untuk mengangkat putera kedua Kaisar Liu Bang, yakni Pangeran
liu Heng menjadi penerus. Dalam sejarah beliau dikenal dengan Kaisar
Wen dari Dynasty Han.
Kaisar merasa perjuangannya merupakan perjuangan yang sangat sulit untuk
mendapatkan kemenangan serta ketenangan didalam negara sehingga
memerintahkan untuk kemenangan ini dirayakan sebesar-besarnya dan
memunculkan tanda-tanda kebahagian salah satunya dengan Lampion
berwarna. Sehingga disini kemudian menjadi asal mula festival lampion.
2. Kisah Dong Fang Shuo (东方朔) dan Yuan Xiao
Suatu hari penasihat Dong Fang Shuo pergi kejalan Chang'an dan mengatur
sebuah meja ramalan sebagai sebuah trik penyelesaian masalah wanita
tersebut. Namun setiap orang yang diramalnya hari itu mnedapati bahwa
mereka akan terkena bencana yang dikirimkan oleh Dewa Api pada tanggal
13 pada bulan pertama. Semua orang kemudian meminta pertolongan dari
Dong Fang Shuo apa yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan mereka.
Sehingga Dong Fang Shuo memberikan mereka sebuah gulungan kertas untuk
disampaikan kepada Kaisar. Semua masyarakat yang berkumpul kemudian
langsung berbondong-bondong ke Istana untuk menyampaikan langsung ke
Kaisar tentang bencana tersebut. Setelah sang Kaisar membaca kemudian
meminta petunjuk tang yuan in the lantern festival Tang Yuan Dong Fang Shuo bagaimana cara menganggulanginya. Dong fang Shuo kemudian
pura-pura terkejut dan mengatakan bahwa Dewa Api sangat menggemari Tang
Yuan ,
dan bukankah sang Kaisar memiliki seorang pelayan bernama Yuan Xiao
yang pintar membuatkannya untuk Kaisar? Kaisar menyetujui dan kemudian
menyuruh di pelayan membuatkan beberapa Tang Yuan untuk diberikan kepada
dewa Api. Saat tanggal 15 kemudian Dong Fang Shuo mengatur pada tanggal
tersebut perayaan ramai serta pemasangan kembang api dan petasan
sehingga membuat Kaisar berpikir bahwa Dewa Api telah datang. Seluruh
kota bergembira terlepas dari bencana, demikian juga banyak orang desa
yang datang ke kota termasuk keluarga Yuan Xiao. Ketika mereka melihat
lentera Yuan Xiao mereka berteriak dan berlarian kearahnya untuk melepas
kangen.
Karena kota Chang'An selamat, sang Kaisar memerintahkan agar setiap
orang membuat Tang Yuan setiap tanggal kelima belas dalam bulan pertama
lunar untuk dipersembahkan kepada Dewa Api agar semuanya selamat
sentosa.
3. Kisah Yuan Shi Kai dan Festival Lentera
Dikatakan bahwa setelah revolusi di tahun 1911, Yuan Shi Kai ingin
menjadi kaisar sekali lagi namun takut bila orang-orang menentangnya.
Suatu hari ia mendengar orang-orang dijalan berjualan dan berteriak Yuan
Xiao,dalam bahasa China Xiao dianggap kepunahan. Sehingga sebelum 1913,
Yuan Shikai menurunkan Dekrit yang mengatakan bahwa perayaan festival
lentera hanya boleh disebut dengan Tang Yuan dan tidak boleh disebut
dengan Yuan Xiao. Namun kebanyakan masyarkat enggan dan tetap menyebut
perayaan dengan Yuan Xiao.
4. Kisah Lie Cu Seng si Perampok Budiman
Sejak zaman Dinasti Han hingga Tang, lampion telah disahkan sebagai
simbol penyambutan hari raya imlek. Saat dinasti Ming Zhu Yuan Chang
(tahun 1368–1644 M), ribuan lampion sengaja dibiarkan mengambang di atas
air ketika memproklamirkan ibu kota negara Nanjing.
Namun ada versi lain tentang sejarah lampion yang banyak beredar. Yaitu
tentang sejarah lampion (Teng Lo Leng atau Teng Lung) yang dimulai pada
zaman dinasti Ming. Pada waktu ada seorang perampok budiman bernama Lie
Cu Seng di kota Kaifeng. Dia adalah Robin Hood di zamannya. Karena Lie
Cu Seng hanya merampok orang-orang kaya pelit, dan hasil rampokannya
dibagikan ke orang miskin.
Namun suatu ketika Lie Cu Seng difitnah, bahwa sebetulnya hasil
rampokannya hanya dimakan sendiri. Lie Cu Seng yang menyamar sebagai
rakyat jelata membuat cerita tandingan tentang kebaikan Lie Cu Seng,
sang perampok dermawan. Dalam penyamarannya Lie Cu Seng juga meminta
rakyat untuk memasang lampion di rumahnya. Tujuannya untuk memudahkan
Lie Cu Seng membagikan hasil jarahannya kepada rakyat. Hanya rumah yang
memasang lampion saja yang akan diberikan bagian.
Dan tentu saja Lie Cu Seng menepati janjinya. Malam hari Lie Cu Seng
membagikan hasil jarahannya ke setiap rumah yang memasang lampion.
Lama-kelamaan lampion itu digunakan sebagai bentuk penghargaan kepada
Lie Cu Seng, sang perampok budiman. Sedang budaya memasang lampion pada
akhir tahun baru diartikan sebagai permohonan berkah kepada para dewa.
Motif dan Hiasan Lentera China
Sedangkan Motif-motifnya pada lampion antara lainnya adalah motif
Figuratif, Lansekap/Taman, Bunga, Burung, Naga, Ikan, Serangga dan
kaligrafi. Selain itu juga ada yang lentera bergulir atau bisa dimainkan
dengan diputar sehingga seakan-akan bercerita tentang pemandangan.
Bentuknya pun bermacam-macam, ada yang berbentuk persegi, bulat serta
oval. Namun yang paling terkenal adalah yang berbentuk Oval dengan
hiasan Jumbai emas. Sedangkan bahan yang digunakan pun bermacam-macam
tergantung dari type-nya sendiri. Ada yang berbahan bambu, kayu, rotan
bahkan kawat baja sebagai frame dengan penutupnya adalah sutera dan
kertas semi transparan sedangkan dekorasinya menggunakan cat,
kaligrafi/tulisan indah, kertas cut our maupun bordir.
Cara membuat Lampion Terbang
Ini merupakan sebuah lampion dari bahan kertas khusus yang dibuat khusus
untuk terbang dengan rangka dan juga pada bagian bawah tengah ada
sebongkah bahan bakar khusus yang dibuat untuk menerbangkan lampion
ini..
Bakar saja bahan bakar pada bagian dalam, lalu pegang dan tunggu sampai
lampion benar2 gembung dan sudah bisa terbang…terbangkan pada tanah yang
cukup lapang dan angin yg tidak terlalu keras…
Lampion aksesoris pesta ini terbang perlahan menuju langit..
Ukuran hiasan pesta ini : 108cm x 60cm x 40cm dan bisa terbang dengan indahnya di kegelapan malam selama 10-15 menit.
Alat:
1. Pisau kertas/Cutter.
2. Gunting.
3. Tang.
Bahan:
-
Kertas apa aja bisa digunain, tapi kertas yang lebih ringan, lebih kuat dan lebih mudah terbakar lebih baik.
-
Lilin mentah.
-
Kira-kira 10 gram kapas. Lilin mentah sama kapas dipake buat bahan bakar.
- Kawat tembaga.
- Lem.
-
Bambu/Lidi.
langkah-langkah:
-
Pakai pisau buat mengikis bambu sampai lebarnya 1cm strip dan 0,1cm strip tebal. Tekuk strip sampe membentuk lingkaran dan perbaiki pake lem. Bambu cukup elastis. Jika tidak melentur, panggang dengan api kecil.
-
Ikat kabel tembaga ke lingkaran bambu, membentuk + atau X.
-
Potong kertas jadi bentuk yang memadai dan lem mereka bersama-sama membentuk kolom, area basal yang sama dengan lingkaran bambu. Potong bulat-bentuk kertas dan tempel di atas. Pasang lingkaran bambu di bagian bawah.
-
Potong strip bambu panjang 10 cm dan menekuknya. Rendam kapas dengan lilin yang dicairkan dan membungkus bilah bambu kecil. Menggantungnya di titik persimpangan dari kabel tembaga.
Untuk menerbangkan:
Pilih tempat yang luas terbuka dan tidak banyak angin kencang. Bareng teman, tahan lampion terbang. Minta temen buat nyalakan bahan bakarnya. Pas kita merasa dorongannya sudah kuat buat ngangkat, lepas. Lampion bakal terbang. Saat lilin mulai habis, lampion perlahan-lahan bakal turun ke tanah.
Ingat:
-
Pastikan tidak ada pohon atau tiang telepon di deket tempat terbang. Pastikan anda punya tempat yang anginnya tidak terlalu kuat. Jangan di tempat angin kencang karena lampion bisa terbakar.
-
Lampion lebih ringan dan lebih besar bisa terbang dengan lebih mudah. Anda juga bisa mengikat benang di lampion agar anda bisa mengontrol tinggi lampion saat terbang.