وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
Begitulah arti dari surat Al ‘Ashr, namun mari kita lihat secara seksama terjemahan surat di atas karena jika benar apa yang kita lewati saat sia-sia sungguh kita benar-benar telah merugi dalam hidup ini.
hm, siapa yang tidak hafal dengan surat al ashr? pasti hampir setiap muslim menghafal surat ini, selain karena sangat pendek, namun juga tergolong mudah untuk dihafal. mengenai surat al ashr ini sendiri, imam syafi’i pernah mengatakan bahwa walaupun surat Al-’Ashr pendek, tapi ia menghimpun hampir seluruh isi Al-Qur’an. Kalau Al-Qur’an tidak diturunkan seluruhnya dan yang turun itu hanya surat Al-’Ashr saja, maka itu sudah cukup untuk menjadi pedoman umat manusia. *terdapat juga dalam tafsir mizan*
(HR. Al Hakim dalam Al Mustadroknya, dikatakan oleh Adz Dzahabiy dalam At Talkhish berdasarkan syarat Bukhari-Muslim. Hadits ini dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir)
Daud Ath Tho’i berkata, “Sesungguhnya malam dan siang adalah tempat persinggahan manusia sampai dia berada pada akhir perjalanannya. Jika engkau mampu menyediakan bekal di setiap tempat persinggahanmu, maka lakukanlah. Berakhirnya safar boleh jadi dalam waktu dekat. Namun, perkara akhirat lebih segera daripada itu. Persiapkanlah perjalananmu (menuju negeri akhirat). Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan.”
Namun, ada empat kriteria manusia yang tidak merugi dari penjelasan ayat tersebut dan ini secara garis besar terlihat pada ilustrasi/gambar di atas dimana tertulis; Beriman, Beramal Shaleh, Kebenaran, dan Kesabaran.
Pertama, disebut dengan Beriman karena ini adalah hal pokok manusia hidup yang merupakan ciptaan Allah SWT, maka wajiblah baginya untuk beriman kepada Allah. Iman pun bukan datang begitu saja, melainkan dibarengi dengan ilmu. Seperti yang tersurat dalam hadis “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim.” (HR. Ibnu Majah).
Maka dari itu sudah sepatutnya untuk setiap muslim menuntut ilmu, belajar tentang akidah, ibadah, muamalah dan lainnya. Dalam firman Allah SWT, “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Quran itu dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengannya siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami.” (Asy Syuura: 52). Sehingga kita bisa menjadi orang yang tidak merugi selamanya.
Kedua, Beramal shaleh ini adalah bagian yang dari mempelajari ilmu. Dimana ilmu yang ada diamalkan, sehingga menjadi amal shaleh dan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari.
“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad Darimi nomor 537 dengan sanad shahih).
Ketiga, Adapun kebenaran dalam hal ini adalah mengatakan yang hak (amar makruf nahi mungkar). Mungkin ini juga sering disebut dengan ajaran atau mengajarkan sesama dalam hal berdakwah. Menyampaikan setiap petunjuk dari apa yang telah Allah sampaikan kepada Malaikat lalu kepada Nabi dan Rasul-NYA.
Allah SWT berfirman dalam surat Fushshilat ayat 33 yang artinya “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?”
Dan Rasul pun pernah bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari). Maka, bukanlah hal sepele jika kita telah memiliki sedikit ilmu petunjuk yang benar dari Allah, dengan seyogyanya kita sampaikan pada saudara-saudara kita walaupun itu satu perumpaan satu huruf atau ayat yang kita tahu.
Keempat, Lalu yang terakhir adalah kesabaran dimana ini menjadi kata yang mudah diucapakan namun pada hakikatnya banyak orang yang mengatakan kesabaran mempunyai batas, sungguh menjadi miris saat kita lihat dewasa ini. Dimana sabar menjadi salah satu kriteria bahwa kita bisa menjadi orang-orang yang tidak merugi jika mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka”. (QS. Al-An’am : 34)
Terakhir, mengutip dari Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah pernah berkata, “Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar”. (Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934)
dalam surat al ashr ini Allah menegaskan, bahwa setiap manusi pada dasarnya akan mengalami kerugian, kecuali orang yang memenuhi 4 kriteria seperti yang telah disebutkan dalam poin diatas.
pada poin yang pertama, yaitu orang yang beriman. nah iman ini sendiri tidak akan sempurna tanpa ilmu, ilmu yang dimaksud disini adalah ilmu syar’i (ilmu agama). bagaimana mungkin seorang manusia bisa memiliki keimanan tanpa mengetahui apa saja yang harus ia imani? apa saja konsekuensi ketika ia beriman? dsb
imam ahmad sendiri pernah berkata, “Seorang wajib menuntut ilmu yang bisa membuat dirinya mampu menegakkan agama.”
maka sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk menuntut ilmu yang akan menambah keimanan pada dirinya.
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al Kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan dia siapa yang kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. ” [QS Asy Syuura ayat 52]
2. Mengamalkan Ilmu
mengenai pengamalan ilmu, Rasulullah pernah bersabda :
”Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu tersebut.” (HR. Ad darimi)
juga, Fudhail bin ‘Iyadh pernah berkata, ”Seorang yang berilmu akan tetap menjadi orang bodoh sampai dia dapat mengamalkan ilmunya. Apabila dia mengamalkannya, barulah dia menjadi seorang alim” (Hushul al-Ma’mul).
sehingga adalah kewajiban bagi seseorang yang memiliki ilmu untuk mengamalkannya dan mengajarkannya kepada orang lain, karena setiap ilmu yang kita dapat akan dimintai pertanggung jawabannya kelak.
3. Berda’wah
Banyak sekali ayat berkenaan dengan perintah untuk menyeru kepada kebaikan, misal salah satunya
“Katakanlah: ‘Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.’” (QS. Yusuf ayat 108)
Setelah kita memiliki dasar ilmu yang kuat, maka itulah yang kita jadikan sebagai hujjah ketika melakukan sesuatu, begitu juga dalam berda’wah, ketika kita sudah mengetahui alasan mengapa kita harus berda’wah maka setiap halangan ataupun rintangan tidak akan menyurutkan langkah kita. karena sesungguhnya dalam berda’wah ini akan ditemui banyak sekali halangan, sehingga kita dituntut untuk benar benar memiliki dasar yang kuat.
Rasulullah bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian, hingga ia senang apabila saudaranya memperoleh sesuatu yang juga ia senangi.” (HR. Bukhari).
Jika kita merasa senang dengan hidayah yang Allah berikan berupa kenikmatan mengenal Islam yang benar, maka salah satu ciri kesempurnaan Islam yang kita miliki adalah kita berpartisipasi aktif dalam kegiatan dakwah seberapapun kecilnya sumbangsih yang kita berikan.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri?’” (QS. Fushshilat ayat 33)
4. Bersabar dalam berda’wah
seperti yang disebutkan dipoint sebelumnya bahwa dalam berda’wah ini akan ditemui banyak sekali rintangan, karena dalam berda’wah kita menyeru kepada sesuatu yang biasanya bertentangan dengan hawa nafsu, adat istiadat, atau aturan yang menyelisihi islam. oleh karena itu dibutuhkan kesabaran tingkat tinggi disini.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) para rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka” (QS. Al-An’am ayat 34).
Semoga petuah singkat untuk menjadi orang-orang beruntung di dunia dan akhirat ini menjadi bagian pengingat kita semua, kelak kita mohon taufiq dan hidayah-NYA agar terus membimbing kita menjadi hamba-hamba yang tidak merugi sepanjang massa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar