Ilmu astronomi ternyata sudah berkembang cukup lama dalam peradaban manusia. Terbukti dengan banyaknya peninggalan prasejarah yang mengaitkannya dengan ilmu astronomi. KAli ini peninggalan sejarah yang berkaitan dengan astronomi ditemukan di australia. Di sinyalir suku tertua di Australia tersebut telah memakai hitungan astronomi dalam kehidupannya untuk mengetahui peredaran matahari.
MELBOURNE - Susunan batu di pinggiran kota Melbourne, Australia, menyiratkan dugaan bahwa suku Aborigin merupakan astronom pertama di dunia.
Para ilmuwan menemukan susunan batu yang diletakkan secara teratur di sebuah peternakan dekat Gunung Rothwell, sekira 50 mil di barat Melbourne. Melihat susunan batu yang begitu teratur, mereka yakin batu-batu besar itu merupakan cara suku Aborigin mengamati pergerakan matahari.
Jika dugaan itu terbukti benar, berarti susunan batu ini sudah ada jauh sebelum monumen pra-sejarah Stonehenge di Inggris serta piramida di Mesir, atau sekira 10 ribu tahun lalu.
"Batu-batu ini diletakkan secara rapi untuk mengetahui pergerakan matahari," ujar ahli astrofisika Profesor Ray Norris seperti dilansir Daily Mail, Sabtu (5/2/2011).
"Ini tidak mungkin hasil pekerjaan asal-asalan. Susunan ini membutuhkan pengaturan yang sangat teliti," lanjut Norris lagi.
Susunan batu itu ditemukan dalam posisi setengah lingkaran, dimana dua titiknya membentuk garis lurus dengan posisi matahari pada siang hari di musim panas.
Masih dibutuhkan riset lebih lanjut terkait penemuan ini. Namun, kini para ilmuwan mengetahui bahwa susunan batu di Stonehenge terbilang cukup baru dalam dunia astronomi.
Stonehenge diyakini sudah ada sejak 1.500 tahun lalu, yang didirikan untuk mengukur pergerakan matahari dan bulan.
Sementara, piramida di Mesir disinyalir berdiri sekira 3.200 tahun sebelum Masehi.
MELBOURNE - Susunan batu di pinggiran kota Melbourne, Australia, menyiratkan dugaan bahwa suku Aborigin merupakan astronom pertama di dunia.
Para ilmuwan menemukan susunan batu yang diletakkan secara teratur di sebuah peternakan dekat Gunung Rothwell, sekira 50 mil di barat Melbourne. Melihat susunan batu yang begitu teratur, mereka yakin batu-batu besar itu merupakan cara suku Aborigin mengamati pergerakan matahari.
Jika dugaan itu terbukti benar, berarti susunan batu ini sudah ada jauh sebelum monumen pra-sejarah Stonehenge di Inggris serta piramida di Mesir, atau sekira 10 ribu tahun lalu.
"Batu-batu ini diletakkan secara rapi untuk mengetahui pergerakan matahari," ujar ahli astrofisika Profesor Ray Norris seperti dilansir Daily Mail, Sabtu (5/2/2011).
"Ini tidak mungkin hasil pekerjaan asal-asalan. Susunan ini membutuhkan pengaturan yang sangat teliti," lanjut Norris lagi.
Susunan batu itu ditemukan dalam posisi setengah lingkaran, dimana dua titiknya membentuk garis lurus dengan posisi matahari pada siang hari di musim panas.
Masih dibutuhkan riset lebih lanjut terkait penemuan ini. Namun, kini para ilmuwan mengetahui bahwa susunan batu di Stonehenge terbilang cukup baru dalam dunia astronomi.
Stonehenge diyakini sudah ada sejak 1.500 tahun lalu, yang didirikan untuk mengukur pergerakan matahari dan bulan.
Sementara, piramida di Mesir disinyalir berdiri sekira 3.200 tahun sebelum Masehi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar