Sabtu, 29 September 2012

Wanita Pilihan Allah

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu: harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Dapatkanlah wanita yang taat beragama, engkau akan berbahagia." (Muttafaq Alaihi dan Imam Lima).
Dan dalam sabdanya yang lain;
“Dunia adalah kesenangan sementara, dan sebaik-baiknya kesenangan dunia adalah wanita (istri) yang sholehah.”. (Muslim, an nasa’i)
Banyak sekali ayat-ayat Allah dan hadits Rasulullah yang mengajarkan kaum wanita,  agar mereka dapat menjadi wanita pilihan Allah, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia.
Tentunya, dengan waktu yang singkat tidaklah mungkin kita hadirkan kajian ayat dan hadits yang sangat banyak sekali jumlahnya …, tetapi dengan sangat mudah kaum wanita dapat bercermin melalui ciri-ciri akhlaq mereka..
Beberapa ciri yang umum dari akhlaq wanita pilihan Allah adalah ;
Sebelum menikah, wanita sholehah akan selalu menjaga dirinya, ia tidak akan membuka satu hubungan khusus, kecuali jika ia mengetahui bahwa lelaki tersebut hendak meminang dirinya.  Aqidah islam, kepahaman dan akhlaq calon suami, merupakan modal dasar dari kriterianya. Wanita sholehah tidak akan memperlihatkan auratnya pada kaum pria yang dilarang oleh syariat , dirinya tidak akan pula membiarkan bagian tubuhnya disentuh, walau hanya berjabat tangan oleh lelaki yang bukan muhrimnya dan yang tidak memiliki kepentingan.
Dalam proses perkenalan atau ta’aruf ia tidak akan membiarkan dirinya berdua-duaan dengan kaum pria. Menjawab salam, tidak berbicara kecuali hal yang mengarah pada kebaikan. Tidak menjatuhkan kehormatan dan martabatnya dengan memberikan peluang kepada kaum pria untuk mempermainkan dirinya. Tidak meminta harta maupun barang apapun selain kesungguhan calon suami untuk mempercepat proses akad nikah.
Dan..pada saat menikah dan setelahnya, ciri wanita sholehah tercermin dari akhlaq mereka ;
Menerima mahar sesuai dengan kesanggupan calon suaminya, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Wanita yang paling banyak berkahnya adalah mereka yang paling mudah maharnya”. (Ahmad dan Baihaqi).
Senantiasa taat dan melayani suami mereka selama perintah mereka tidak bertentangan dengan perintah agama. Mendahulukan kepentingan suami dari pada kepentingan dirinya. Dapat menjadi pendengar yang baik, lemah lembut dalam berbicara, menghibur, mendorong hati suami ketika dalam kesulitan dan kesedihan, memberikan ketenangan dalam rumah tangga, dan senantiasa memperhatikan penampilan, kebersihan, kecantikan dan menjaga kesehatan dirinya, dan istiqomah dalam beribadah...
Ketika suami tidak dirumah, dirinya tidak akan pernah memperbolehkan lelaki yang tidak dikenal atau lelaki yang tidak disukai oleh sang suami masuk ke dalam rumahnya. Menjaga harta suami adalah bagian dari tugas istri yang sholeh, mengatur harta rumah tangga dengan tidak berlebihan dan tidak juga kikir adalah hal yang dianjurkan dalam agama. Menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, menyediakan makanan yang sesuai dengan selera suami, memperhatikan seluruh kebutuhan suami, adalah bentuk pengabdian yang selalu bernilai pahala.
Sebesar apapun, ia senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan oleh suaminya, tidak banyak mengeluh, sabar dalam menerima keterbatasan suami, tidak meminta sesuatu yang lebih dari kemampuan suaminya, menghormati orang tua suami, memperlakukan mereka dengan sikap terbaik, pemaaf dan pengertian, adalah sifat yang senantias ditunjukkannya.
Jika ia bekerja, maka ia akan menjaga dirinya dalam pergaulan, menjauhkan diri dari perbuatan yang sia-sia, yang dapat mengantarkan dirinya dalam kemaksiatan. Memberikan sedekah kepada keluarga dari hasil pekerjaannya. Wanita sholeh adalah panutan dari anak-anaknya, mereka akan memberikan teladan yang terbaik bagi anak-anaknya, sabar dalam mendidik anak, tidak mengeluarkan perkataan yang tidak patut di contoh oleh anak-anak…
Setidaknya, inilah ciri-ciri akhlaq wanita sholehah..tentunya, kesholehan itu tidak datang sendirinya, ia memerlukan proses…
Dan wanita sholehah tentunya akan memilih lelaki pilihan Allah, yang bersama-sama mengantarkan dirinya melalui proses tersebut.. agar mencapai keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat..

Pohon Yg Tak Berbuah

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Kitab Bad’i al-Khalq dalam sahihnya, beliau berkata;

حَدَّثَنَا عَلِيٌّ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي وَائِلٍ قَالَ قِيلَ لِأُسَامَةَ لَوْ أَتَيْتَ فُلَانًا فَكَلَّمْتَهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتُرَوْنَ أَنِّي لَا أُكَلِّمُهُ إِلَّا أُسْمِعُكُمْ إِنِّي أُكَلِّمُهُ فِي السِّرِّ دُونَ أَنْ أَفْتَحَ بَابًا لَا أَكُونُ أَوَّلَ مَنْ فَتَحَهُ وَلَا أَقُولُ لِرَجُلٍ أَنْ كَانَ عَلَيَّ أَمِيرًا إِنَّهُ خَيْرُ النَّاسِ بَعْدَ شَيْءٍ سَمِعْتُهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالُوا وَمَا سَمِعْتَهُ يَقُولُ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِرَحَاهُ فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ أَيْ فُلَانُ مَا شَأْنُكَ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنْ الْمُنْكَرِ قَالَ كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ وَأَنْهَاكُمْ عَنْ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ رَوَاهُ غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ

Ali menuturkan kepada kami, Sufyan menuturkan kepada kami dari al-A’masy dari Abu Wa’il dia berkata;ada orang yang berkata kepada Usamah“Seandainya saja engkau mau mendatangi si fulan dan berbicara menasihatinya.” Maka dia menjawab, “Apakah menurut kalian aku tidak berbicara dengannya melainkan aku harus menceritakannya kepada kalian. Aku sudah menasihatinya secara rahasia. Aku tidak ingin membuka pintu yang menjadikan aku sebagai orang pertama yang membuka pintu fitnah itu -menasihati penguasa dengan terang-terangan-. Aku pun tidak akan mengatakan kepada seseorang sebagai orang yang terbaik -walaupun dia adalah pemimpinku- setelah aku mendengar sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Mereka bertanya, “Apa yang kamu dengar dari beliau itu?”. Dia menjawab; Aku mendengar beliau bersabda, “Akan didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka dan terburailah isi perutnya di neraka sebagaimana seekor keledai yang berputar mengelilingi penggilingan. Maka berkumpullah para penduduk neraka di sekitarnya. Mereka bertanya, “Wahai fulan, apa yang terjadi padamu, bukankah dahulu kamu memerintahkan yang ma’ruf kepada kami dan melarang kami dari kemungkaran?”. Lelaki itu menjawab, “Dahulu aku memerintahkan kalian mengerjakan yang ma’ruf sedangkan aku tidak melakukannya. Dan aku melarang kalian dari kemungkaran namun aku justru melakukannya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ghundar dari Syu’bah dari al-A’masy (HR. Bukhari [3027] , disebutkan pula oleh Bukhari dalam Kitab al-Fitan [6569] as-Syamilah).

Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Orang alim adalah orang yang merasa takut kepada Ar Rahman walaupun dia tidak menyaksikan-Nya, ia sangat menginginkan apa yang Allah iming-imingkan kepada dirinya, dan ia bersikap zuhud terhadap sesuatu yang akan membuat murka Allah.” 

Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma bahwa hakikat orang yang benar-benar mengenal Ar Rahman (Allah) adalah :
  1. Orang yang tidak mempersekutukan apapun dengan Allah.
  2. Menghalalkan sesuatu yang dihalalkan-Nya.
  3. Mengharamkan sesuatu yang diharamkan-Nya.
  4. Senantiasa menjaga pesan/wasiat-Nya.
  5. Meyakini dirinya pasti akan berjumpa dengan-Nya serta amalnya akan dihisab (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/349).

Sufyan Ats Tsauri menukil dari Abu Hayyan At Tamimi ucapan seorang lelaki, “Dahulu dikatakan bahwa ulama itu ada tiga macam;
  1. Orang yang alim terhadap Allah dan alim tentang aturan Allah,
  2. Orang yang alim tentang Allah namun tidak alim tentang aturan Allah,
  3. Orang yang alim tentang aturan Allah namun tidak alim terhadap Allah. 
Orang yang alim terhadap Allah dan alim tentang aturan Allah adalah orang yang takut kepada Allah serta mengetahui batasan-batasan dan kewajiban-kewajiban. Sedangkan Orang yang alim tentang Allah namun tidak alim tentang aturan Allah adalah orang yang takut kepada Allah namun tidak mengerti seluk beluk batasan-batasan dan kewajiban-kewajiban. Adapun Orang yang alim tentang aturan Allah namun tidak alim terhadap Allah adalah orang yang mengerti seluk beluk batasan-batasan dan kewajiban-kewajiban namun tidak merasa takut kepada Allah ‘azza wa jalla.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6/350).

Syaikh Abdurrahman bin Qasim rahimahullah mengatakan, “Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu itu ada dalam rangka mencapai sesuatu yang lainnya. Ilmu diibaratkan seperti sebuah pohon, sedangkan amalan adalah seperti buahnya. Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek keadaannya daripada orang bodoh. Di dalam hadits disebutkan, “Orang yang paling keras siksanya adalah seorang berilmu dan tidak diberi manfaat oleh Allah dengan sebab ilmunya”. Orang semacam inilah yang termasuk satu di antara tiga orang yang dijadikan sebagai bahan bakar pertama-tama nyala api neraka. Di dalam sebuah sya’ir dikatakan,

Orang alim yang tidak mau
Mengamalkan ilmunya
Mereka akan disiksa sebelum
Disiksanya para penyembah berhala

(Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 12)

Syaikh Abdullah bin Shalih Al Fauzan hafizhahullah berkata, “Hendaknya diingat bahwa seseorang yang tidak beramal dengan ilmunya maka ilmunya itu kelak akan menjadi bukti yang menjatuhkannya. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadits Abu Barzah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sampai dia akan ditanya tentang empat perkara, diantaranya adalah tentang ilmunya, apa yang sudah diamalkannya” (HR. Tirmidzi 2341). Hal ini bukan berlaku bagi para ulama saja, sebagaimana anggapan sebagian orang. Akan tetapi semua orang yang mengetahui suatu perkara agama maka itu berarti telah tegak padanya hujjah. Apabila seseorang memperoleh suatu pelajaran dari sebuah pengajian atau khutbah Jum’at yang di dalamnya dia mendapatkan peringatan dari suatu kemaksiatan yang dikerjakannya sehingga dia pun mengetahui bahwa kemaksiatan yang dilakukannya itu adalah haram maka ini juga ilmu. Sehingga hujjah juga sudah tegak dengan apa yang didengarnya tersebut. Dan terdapat hadits yang sah dari Abu Musa Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Al Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah untuk menjatuhkan dirimu” (HR. Muslim)” (Hushulul Ma’mul, hal. 18)



Belajar Ikhlas


Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-siaan belaka. 

Rasulullah SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa, dan pangkat. Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang kemuliaannya. Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi, sampai detik ini sama sekali tidak pernah luntur pujian dan penghargaan terhadapnya, bahkan hingga kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya? Ternyata semua itu dikarenakan Rasulullah SAW adalah orang yang sangat menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya. Tetap terjaga hatinya dijalan Allah, memuliakan umat manusia dengan Iman dan Islam walau cobaan, fitnah menghampiri.
Rasulullah SAW bersabda, “Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu!” (HR. Bukhari dan Muslim).

Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48)

Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, “Amalan riya yang murni jarang timbul pada amal-amal wajib seorang mukmin seperti shalat dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amal-amal lainnya yang tampak di mata manusia atau pada amalan yang memberikan manfaat bagi orang lain (semisal berdakwah, membantu orang lain dan lain sebagainya). Keikhlasan dalam amalan-amalan semacam ini sangatlah berat, amal yang tidak ikhlas akan sia-sia, dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan hukuman dari Allah.”

Bagaimana Agar Aku Ikhlas ?
Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal kebaikan yang dilakukan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Tuhannya kelak dalam keadaan iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-hal tersebut adalah

Banyak Berdoa
Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:
« اَللّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لاَ أَعْلَمُ »

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan syirik yang tidak aku ketahui. (Hadits Shahih riwayat Ahmad)

Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Inilah dia, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena orang lain.

Menyembunyikan Amal Kebaikan
Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni dia menyembunyikan amal-amal kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain). Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya karena Allah semata. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara sifat orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang adalah shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib. (HR. Bukhari Muslim)

Rasulullah menyatakan bahwa sebaik-baik shalat adalah shalat yang dilakukan di rumah kecuali shalat wajib, karena hal ini lebih melatih dan mendorong seseorang untuk ikhlas. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah dalam Syarah Riyadush Sholihin menyatakan, “di antara sebabnya adalah karena shalat (sunnah) yang dilakukan di rumah lebih jauh dari riya, karena sesungguhnya seseorang yang shalat (sunnah) di mesjid dilihat oleh manusia, dan terkadang di hatinya pun timbul riya, sedangkan orang yang shalat (sunnah) di rumahnya maka hal ini lebih dekat dengan keikhlasan.” Basyr bin Al Harits berkata, “Janganlah engkau beramal agar engkau disebut-sebut, sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu.”

Seseorang yang dia betul-betul jujur dalam keikhlasannya, ia mencintai untuk menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya. Maka dari itu wahai saudaraku, marilah kita berusaha untuk membiasakan diri menyembunyikan kebaikan-kebaikan kita, karena ketahuilah, hal tersebut lebih dekat dengan keikhlasan.

Memandang Rendah Amal Kebaikan
Memandang rendah amal kebaikan yang kita lakukan dapat mendorong kita agar amal perbuatan kita tersebut lebih ikhlas. Di antara bencana yang dialami seorang hamba adalah ketika ia merasa ridha dengan amal kebaikan yang dilakukan, di mana hal ini dapat menyeretnya ke dalam perbuatan ujub (berbangga diri) yang menyebabkan rusaknya keikhlasan. Semakin ujub seseorang terhadap amal kebaikan yang ia lakukan, maka akan semakin kecil dan rusak keikhlasan dari amal tersebut, bahkan pahala amal kebaikan tersebut dapat hilang sia-sia. Sa’id bin Jubair berkata, “Ada orang yang masuk surga karena perbuatan maksiat dan ada orang yang masuk neraka karena amal kebaikannya”. Ditanyakan kepadanya “Bagaimana hal itu bisa terjadi?”. Beliau menjawab, “seseorang melakukan perbuatan maksiat, ia pun senantiasa takut terhadap adzab Allah akibat perbuatan maksiat tersebut, maka ia pun bertemu Allah dan Allah pun mengampuni dosanya karena rasa takutnya itu, sedangkan ada seseorang yang dia beramal kebaikan, ia pun senantiasa bangga terhadap amalnya tersebut, maka ia pun bertemu Allah dalam keadaan demikian, maka Allah pun memasukkannya ke dalam neraka.”

Takut Akan Tidak Diterimanya Amal
Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ

Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak diterimanya amal perbuatan mereka tersebutTafsir Ibnu Katsir ).

Hal semakna juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Aisyah ketika beliau bertanya kepada Rasulullah tentang makna ayat di atas. Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah apakah yang dimaksud dengan ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” adalah orang yang mencuri, berzina dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah?. Maka Rasulullah pun menjawab: Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang dimaksud dengan ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa, bersedekah namun mereka takut tidak diterima oleh Allah.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih ).

Ya saudaraku, di antara hal yang dapat membantu kita untuk ikhlas adalah ketika kita takut akan tidak diterimanya amal kebaikan kita oleh Allah. Karena sesungguhnya keikhlasan itu tidak hanya ada ketika kita sedang mengerjakan amal kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan amal kebaikan. Apalah artinya apabila kita ikhlas ketika beramal, namun setelah itu kita merasa hebat dan bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Bukankah pahala dari amal kebaikan kita tersebut akan hilang dan sia-sia? Bukankah dengan demikian amal kebaikan kita malah tidak akan diterima oleh Allah? Tidakkah kita takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal sholeh yang menyebabkan tidak diterimanya amal kita tersebut? Dan pada kenyataannya hal ini sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu.

Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia
Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah pernah menyatakan ketika ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia karenanya, beliau menjawab, Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi seorang mukmin.” (HR. Muslim)
Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada umumnya tidak disukai manusia. Namun saudaraku, janganlah engkau jadikan pujian atau celaan orang lain sebagai sebab engkau beramal saleh, karena hal tersebut bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh. Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya, sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada pujian yang dapat bermanfaat bagimu maupun celaan yang dapat membahayakanmu kecuali apabila kesemuanya itu berasal dari Allah. Manakah yang akan kita pilih wahai saudaraku, dipuji manusia namun Allah mencela kita ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita ?

Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka
Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah, sama-sama akan berdiri di padang mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang, sama-sama akan menunggu keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka, maka ia pasti tidak akan meniatkan amal perbuatan itu untuk mereka. Karena tidak satu pun dari mereka yang dapat menolong dia untuk masuk surga ataupun menyelamatkan dia dari neraka. Bahkan saudaraku, seandainya seluruh manusia mulai dari Nabi Adam sampai manusia terakhir berdiri di belakangmu, maka mereka tidak akan mampu untuk mendorongmu masuk ke dalam surga meskipun hanya satu langkah. Maka saudaraku, mengapa kita bersusah-payah dan bercapek-capek melakukan amalan hanya untuk mereka?

Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata: “Barang siapa yang berpuasa, shalat, berzikir kepada Allah, dan dia maksudkan dengan amalan-amalan tersebut untuk mendapatkan dunia, maka tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan tersebut sama sekali, amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, bahkan hanya akan menyebabkan ia berdosa”. Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak bermanfaat baginya, lebih-lebih bagi orang lain.

Ingin Dicintai, Namun Dibenci
Saudaraku, sesungguhnya seseorang yang melakukan amalan karena ingin dipuji oleh manusia tidak akan mendapatkan pujian tersebut dari mereka. Bahkan sebaliknya, manusia akan mencelanya, mereka akan membencinya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memperlihat-lihatkan amalannya maka Allah akan menampakkan amalan-amalannya “ (HR. Muslim)
Akan tetapi, apabila seseorang melakukan amalan ikhlas karena Allah, maka Allah dan para makhluk-Nya akan mencintainya sebagaimana firman Allah ta’ala:

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS. Maryam: 96)

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dia akan menanamkan dalam hati-hati hamba-hamba-Nya yang saleh kecintaan terhadap orang-orang yang melakukan amal-amal saleh (yaitu amalan-amalan yang dilakukan ikhlas karena Allah dan sesuai dengan tuntunan Nabi-Nya ). (Tafsir Ibnu Katsir).
Dalam sebuah hadits dinyatakan “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata : wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah membenci fulan, maka benciilah ia. Maka penduduk langit pun membencnya. Kemudian ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.” (HR. Bukhari Muslim)

Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang laki-laki yang berkata : ‘Demi Allah aku akan beribadah agar aku disebut-sebut karenanya’. Maka tidaklah ia dilihat kecuali ia sedang shalat, dia adalah orang yang paling pertama masuk mesjid dan yang paling terakhir keluar darinya. Ia pun melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Namun, tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata: ‘lihatlah orang yang riya ini’. Dia pun menyadari hal ini dan berkata: tidaklah aku disebut-sebut kecuali hanya dengan kejelekan, ‘sungguh aku akan melakukan amalan hanya karena Allah’. Dia pun tidak menambah amalan kecuali amalan yang dulu ia kerjakan. Setelah itu, apabila ia melewati sekelompok orang mereka berkata: ‘semoga Allah merahmatinya sekarang’. Kemudian Hasan al bashri pun membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Tafsir Ibnu Katsir).
“Terus memendam amarah sama seperti menggenggam bara panas untuk dilontarkan kepada seseorang, Andalah yang akan terbakar.”
Dalam hidup memang wajar kalau ada peristiwa-peristiwa yang membuat kita marah dan kecewa. Tapi cepat kendalikan emosi Anda kembali. Jangan biarkan rasa amarah, dendam, iri, kesal atau kecewa kepada pasangan, teman, rekan kerja, atau atasan di kantor bercokol lama di hati kita.

Kekesalan, amarah dan kekecewaan hanya akan mengaktifkan hukum tarik menarik, membuat Anda menerima apa yang Anda berikan.

Bila kesal pada pasangan atau ada kawan yang mengingkari janji, lalu Anda menyalahkan mereka atas kekacauan semua itu, maka Anda akan mendapatkan kembali keadaan yang dipersalahkan itu.

Kembalinya keadaan itu tidak harus selalu dari orang yang Anda salahkan, tetapi sejatinya Anda akan mendapatkan kembali keadaan yang Anda salahkan itu.

Ikhlaskanlah, maafkanlah. Hati akan terasa lebih lega dan ringan dalam menjalani hidup, lebih fokus terhadap tujuan hidup tanpa terbebani penyakit-penyakit hati yang hanya akan menghabiskan energi positif.
“Jika saya mengikhlaskan diri saya, saya menjadi yang saya inginkan. Jika saya mengikhlaskan yang saya punya, saya akan menerima apa yang saya butuhkan”
Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ
(Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya sehingga sempurnalah segala amal kebaikan)

Pernikahan Yang bahagia

Berikut ini 20 resep mesra suami istri ala Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita dapat meneladani beliau sehingga rumah tangga kita menjadi sakinah mawaddah wa rohmah.
Nabi saw bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap istri dan keluarganya. Dan aku adalah orang yang paling baik terhadap istri dan keluargaku.” (HR. Tirmidzi) :

1. Berbuat baik kepada pasangan.
Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: “Rasulullah bersabda, ‘Orang mu’min yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik akhlaknya diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya’.” (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

2. Mengerti perasaan pasangan.
“Sesungguhnya ketika seorang suami memperhatikan istrinya dan begitu pula dengan istrinya, maka Allah memperhatikan mereka dengan penuh rahmat, manakala suaminya merengkuh telapak tangan istrinya dengan mesra, berguguranlah dosa-dosa suami istri itu dari sela jemarinya.” (Diriwayatkan Maisarah bin Ali dari Ar-Rafi’ dari Abu Sa’id Alkhudzri ra.)

3. Menghargai istri.
Anas ra. Mengatakan, “Tetangga Rasulullah saw., seorang Persia, pintar memasak gulai. Pada suatu hari dia membuatkan masakan gulai yang enak untuk Rasulullah. Lalu dia datang menemui Beliau untuk mengundang makan ditempatnya. Beliau bertanya, ‘Bagaimana dengan ini?’ (sambil menunjuk ‘Aisyah). Orang itu menjawab: ‘Tidak.’ Rasulullah berkata: ‘Kalau begitu aku juga tidak mau.’ (peristiwa itu berulang hingga tiga kali) Pada ajakan yang ketiga kalinya orang Persia itu mengatakan: ‘Ya.’ Akhirnya mereka bangun dan segera berangkat ke rumah laki-laki itu.” (HR Muslim)

4. Melayani pasangan.
Dari Anas ra., dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi saw menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang Beliau untuk Shafiyyah. Kemudian Beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lututnya dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut Beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR. Bukhari)
Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Aku biasa menyisir rambut Rasulullah saw, saat itu aku sedang haid.” (HR. Ahmad)

5. Panggilan kesayangan untuk istri.
Nabi saw memanggil ‘Aisyah dengan Humairah, artinya yang kemerah-merahan pipinya. Beliau juga suka memanggil ‘Aisyah dengan sebutan “Aisy/Aisyi.”

6. Membelai istri.
Dari ‘Aisyah ra., “Adalah Rasulullah saw tidaklah setiap hari melainkan Beliau musti mengelilingi kami semua (istrinya) seorang demi seorang. Beliau menghampiri dan membelai kami dengan tidak mencampuri hingga Beliau singgah ke tempat istri digiliri waktunya, lalu Beliau bermalam di tempatnya.” (HR. Ahmad)

7. Suami sering memberi ciuman kepada istri.
Dari ‘Aisyah ra., bahwa Nabi saw biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian Beliau shalat dan tidak mengulangi wudhu’nya. (HR. ‘Abdurrazaq)
Nabi saw sering mencium ’Aisyah dan itu tidak membatalkan puasa. (HR. Nasai dalam Sunan Kubra II/204)

8. Makan dan minum, sepiring dan segelas berdua.
Dari ‘Aisyah ra, dia berkata, “Aku biasa minum dari muk yang sama ketika haid, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakkan mulutnya di tempatku meletakkan mulut, lalu Beliau minum. Kemudian aku mengambil muk tadi, lalu aku menghirup isinya, lalu Beliau kembali mengambilnya dari ku, lalu Beliau meletakkan mulutnya pada tempatku meletakkan mulut, lalu Beliau pun menghirupnya.” (HR. ‘Abdurrazaq dan Sa’id bin Manshur dan riwayat lain yang senada dari Muslim)
Nabi saw pernah minum di gelas yang digunakan ‘Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit ‘Aisyah. (HR. Muslim No. 300)

9. Suami menyuapi istri.
Dari Saad bin Abi Waqash ra. berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah shadaqah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu’.“ (HR Bukhori [VI/293] dan Muslim [V/71])

10. Suami merawat istri dengan penuh kasih sayang, ketika istri sedang sakit.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah ra., Nabi saw adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang sedih atau sakit. (HR. Bukhari No. 4750 dan HR. Muslim No. 2770)

11. Membantu pekerjaan rumah tangga.
‘Aisyah pernah ditanya, “Apa yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?” ‘Aisyah menjawab, “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR. Bukhari)

12. Tetap romantis walau istri sedang haid.
Ketika ’Aisyah sedang haid, Nabi saw pernah membangunkannya, Beliau lalu tidur dipangkuannya dan membaca Al-Qur’an (HR. Bukhari no. 7945)
‘Umara bin Ghurab menceritakan, bahwa seorang bibinya bertanya kepada ’Aisyah ra.,”Jikalau aku sedang haid dan kami hanya mempunyai sebuah tempat tidur, apa yang harus dia lakukan? ’Aisyah menjawab, Dia harus menyelimuti istrinya dan tidur dengannya. Sebagaimana Nabi saw, ketika Beliau kedinginan dan menghampiriku, ‘Hangatkan aku, hangatkan aku!’, katanya. Aku berkata, ’Aku sedang haid, ya Rasul.’Tetapi Rasulullah malah memelukku dan meletakkan pipi Beliau pada tubuhku.” (HR. Bukhari, dalam Kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 120)

13. Suami mengantar istri bepergian.
Shafiyyah ra., salah searing istri Nabi saw., menceritakan bahwa ia datang mengunjungi Rasulullah ketika Beliau sedang melakukan i’tikaf pada hari sepuluh yang terakhir dari bulan Ramadhan. Ia berbicara dekat Beliau beberapa saat, kemudian berdiri untuk pulang. Nabi ikut berdiri untuk mengantarkannya. (HR Bukhari dan Muslim)

14. Memberi kejutan untuk menyenangkan hati.
Dari Said bin Yazid, bahwa Nabi mengundang seorang wanita, kemudian Nabi bertanya kepada ‘Aisyah: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau kenal dia?” ‘Aisyah menjawab: “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda, “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, dia aku undang menyanyi untukmu?” ‘Aisyah terkejut dan senang. (HR. An Nasa’i, kitab Asyratun Nisa’, no. 74)

15. Memberi hadiah menambah rasa cinta.
Dari Ummu Kaltsum binti Abu Salamah, ia berkata,“Ketika Nabi saw menikah dengan Ummu Salamah, Beliau memberikan kepada masing-masing istrinya satu botol minyak kasturi, sedang sisa minyak kasturi dan pakaian tersebut beliau berikan kepada Ummu Salamah.” (HR. Ahmad)

16. Bercanda menambah kemesraan.
‘Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi saw tertawa melihat mereka. (HR. Nasai dengan isnad hasan)
Dari Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah, bahwa Beliau suka bercanda dengan istrinya. (HR. Bukhari)

17. Rekreasi menambah kemesraan.
Dari ‘Aisyah, dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Nabi saw berkata kepadaku, ‘Apakah kau ingin melihatnya?’ Aku jawab, ‘Ya.’ Lalu Beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ ” (HR Bukhari dan Muslim)

18. Berplesiran dimalam hari.
Rasulullah pernah datang pada malam hari, kemudian mengajak ‘Aisyah berjalan-jalan dan berbincang-bincang. (HR Muslim 2445)

19. Bila tergoda segera menemui pasangannya.
Dari Jabir ra, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR. Tirmidzi)

20. Meredakan emosi pasangan dengan mesra.
Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, “Wahai ‘Aisy, bacalah do’a, ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan’.” (HR. Ibnu Sunni)

Pertengkaran tidak bisa dihindari dalam kehidupan pernikahan. Namun, beberapa masalah justru bisa buat hubungan dengan pasangan makin intim lagi. Sebelum Anda depresi karena sering bertengkar, sebaiknya ketahui apa manfaat di balik segala masalah tersebut yang dirangkum dari situs Womans Day berikut ini:



1. Berfantasi Tentang Orang Lain
Apakah Anda dan suami pernah berimajinasi liar dengan orang lain, seperti artis favorit misalnya. Hal ini wajar, karena menurut pendapat penulis 'The Secret Lives of Wives: Women Share What It Really Takes To Stay Married', Iris Krasnow, sebuah imajinasi memungkinkan Anda untuk membuka diri kepada pasangan secara fisik dan emosional, dan bisa membuat hubungan makin intim. Namun jangan sampai fantasi tersebut berujung menjadi obsesi untuk berhubungan secara nyata.

2. Suami Sering Pergi dengan Teman-temannya
"Pernikahan yang bahagia memiliki hidup yang aktif bersama dan kehidupan dinamis yang terpisah," jelas Andrea Syrtash, ahli pernikahan dan penulis 'Cheat on Your Husband (with Your Husband)'. Melakukan hobi atau kegiatan favorit di luar kehidupan pernikahan, akan membuat Anda dan pasangan lebih bersemangat dan membantu cegah kebosanan atas rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, jika suami ingin menghabiskan waktu dengan teman-teman prianya sampai malam, Anda juga bisa bersenang-senang dengan sahabat wanita Anda seharian, sehingga kehidupan sosial dan pernikahan Anda akan tetap imbang.

3. Sering Adu Argumen
Tidak selamanya pertengkaran selalu mengarah pada perceraian. "Itu bisa jadi Anda dan pasangan percaya satu sama lain untuk mengungkapkan segala yang dirasakan," jelas Syrtash. Kuncinya adalah, bertengkar tanpa harus menghilangkan karakter pasangan. Jika Anda bedua berhasil menyelesaikan kesalahpahaman, masalah tersebut dapat memperkuat ikatan hubungan. Namun jika pertengkaran selalu mengenai hal yang sama dan sampai mengubah karakter satu sama lain, sebaiknya Anda dan suami mencari jalan keluarnya atau pernikahan Anda bisa semakin bermasalah.

4. Mengeluarkan Terlalu Banyak Uang Untuk Hobi
Ketika pasangan mengeluarkan banyak uang untuk hobinya, sebaiknya Anda jangan langsung marah. Coba lihat apakah dia memenuhi kewajibannya seperti membayar semua tagihan dan anak terurus dengan baik, bila demikian Anda sebaiknya membiarkan ia melakukan hobinya. Pasangan perlu merasa dirinya tumbuh sebagai seorang individu. Jadi ketika dua orang merasa bahagia secara terpisah, itu artinya mereka akan senang untuk bersama lebih lama lagi.

5. Memiliki Koleksi Porno
Pornografi memang tidak baik namun bukan berarti jadi bencana dalam kehidupan pernikahan. Pasangan yang jujur mengenai ketertarikan terhadap hal-hal berbau pornografi artinya mereka berusaha dan ingin kehidupan percintaannya semakin hangat lagi.

6. Selalu Bekerja
Suami yang gila kerja memang sering menimbulkan pertengkaran. Namun jangan langsung merasa depresi, Anda harus melihat sisi lain dari hobi bekerjanya itu. Tak hanya manfaat finansial, suami akan lebih dekat dengan keluarganya saat akhir pekan. kerinduan menghabiskan waktu bermain bersama anak dan Anda, akan membuatnya menjadi suami dan ayah yang baik dil uar jam kerjanya.

7. Menggoda Lawan Jenis Secara Online
Perkembangan teknologi seperti Facebook, Twitter dan lainnya akan memudahkan Anda dan pasangan terhubung kembali dengan cinta lama. "Itu menjadi motivasi diri, jika pria yang bukan suami memuji Anda. Ketika seoarang wanita merasa baik akan dirinya, mereka akan jadi ibu dan istri yang lebih baik lagi," ungkap Krasnow. Namun hati-hati, hubungan virtual ini bisa jadi bahaya jika Anda atau suami sudah mulai terobsesi untuk terus dekat dengan orang tersebut. Untuk itu, ketahui batasan apa-apa saja yang tidak boleh Anda lakukan, seperti mengajak bertemu berdua dan lain sebagainya.

8. Terlalu Lelah Untuk Bercinta
Memang susah untuk mencari waktu kosong di tengah padatnya jadwal Anda dan suami. Namun menurut Syrtash, keuntungan dari jarang melakukan seks adalah Anda akan semakin menginginkannya. Tak perlu menjadwalkan seks dan lakukanlah dengan spontan, sehingga Anda dan pasangan akan lebih bersenang-senang dan hubungan lebih hangat lagi.

9. Suami Dekat dengan Kolega Wanita
Kesuksesan suami di pekerjaannya, bisa jadi karena ia memiliki hubungan yang baik dengan teman-teman kantornya. Sebagai pasangan, Anda dan suami harus terbuka dengan siapa Anda berteman. Selain itu hindarilah untuk bertemu dengan kolega hanya berdua pada tempat yang sepi untuk menghindari perilaku tidak pantas yang mungkin terjadi.

Wanita mana yang tidak menyukai kisah cinta klasik para putri kerajaan yang hidup bahagia selamanya dengan sang pangeran tampan? Hampir semua wanita mendambakan kisah seperti itu terjadi dalam hidupnya namun faktanya sangatlah sulit terjadi di masa modern ini.

Daripada terus bermimpi akan menjalani hidup seperti sang putri kerajaan yang malah bisa membuat Anda frustasi, lebih baik Anda mulai berpikir untuk membuat pernikahan Anda bahagia sampai hari tua. Berikut ini beberapa caranya :

1. Time Out
Dahulu banyak orang berpikir bahwa menyelesaikan masalah dengan pasangan sebelum tidur adalah cara yang baik. Namun para pakar percintaan masa kini mengatakan, akan lebih baik mendiamkan sementara masalah yang ada sambil melakukan introspeksi diri. Waktu senggang tersebut memberikan Anda dan suami waktu untuk memikirkan kembali masalah yang sebenarnya.

2. Berlibur Masing-Masing
Tidak ada salahnya Anda dan pasangan pergi berlibur secara terpisah. Ajak teman dengan ketertarikan yang sama untuk bersenang-senang, sementara itu biarkan si dia menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Sepulangnya dari liburan, ceritakan apa saja yang Anda alami, begitu sebaliknya, minta suami untuk menceritakan pengalamannya juga. Cara ini akan menambah obrolan yang lebih variatif antara Anda berdua.

3. Pisahkan Rekening Tabungan
Kebanyakan pasangan saat ini lebih memilih untuk memisahkan rekening tabungan mereka. Bukan berarti tidak percaya pada pasangan Anda, tapi hal ini dapat menjadi cara agar Anda dan suami dapat mandiri mengatur pengeluaran pribadi masing-masing.

4. Belanja Sendiri
Tidak sedikit wanita yang mengeluhkan bahwa suaminya tidak mau menemani pergi belanja dan sebaliknya suami yang mengeluhkan betapa lamanya waktu yang dihabiskan istri untuk berbelanja. Maka dari itu, tidak ada salahnya Anda mengajak teman terdekat Anda untuk berbelanja bersama karena tentunya akan lebih menyenangkan.

5. Jangan Menceritakan Segalanya
Hal-hal seperti membludaknya tagihan kartu kredit yang hanya akan membuat suami Anda khawatir, sebaiknya tidak perlu diceritakan karena hanya akan memperkeruh suasana. Daripada menceritakannya, lebih baik Anda mulai menyusun strategi untuk mengontrol pengeluaran di bulan yang akan datang.

6. Waktu Menyendiri Itu Baik
Jangan merasa bersalah jika Anda ingin sesekali menghabiskan waktu sendirian saja untuk melakukan apa yang Anda sukai. Hal ini bukan berarti Anda mengabaikan pasangan, sebaliknya dengan melakukan ini hubungan Anda akan lebih bahagia. Namun ingat untuk tidak egois dengan memaklumi jika suami Anda ingin melakukan hal yang sama.