Jumat, 15 Februari 2013

9 Alasan usaha/kerja menjadi jalan ditempat.


Jika ditanya tentang keinginan, semua orang memiliki keinginan. Namun, jika kita bicara pencapaian, kita sering kali melihat, bahkan pada diri kita sendiri, ternyata kita sering kali tidak mencapai apa yang kita inginkan, bahkan mandek pada kondisi yang sama terus menerus.

Semua orang memiliki motivasi untuk meraihnya. Namun kenapa, apa yang kita ingin tidak pernah tercapai? Kita mandeg alias macet. Kita ingin bergerak, namun tidak pernah bergerak. Kita ingin melangkah namun tidak pernah terayun langkah ini.

Sebagian orang bisa melangkah. Sebagian orang bisa bergerak. Namun seperti berlari di tempat. Dia sibuk tetapi tidak menghasilkan. Dia cape, tetapi tidak ada bayaran atas kelehan yang menderanya.

Apa yang salah.?

Mari coba kita renungkan, bagaimana hati, mindset, dan tindakan kita dimasa lalu. Mengapa tidak juga bergerak meraih apa yang kita inginkan? Apa penyebab kita selalu jalan ditempat.?

Coba periksa, apakah salah satu atau lebih penyebab dibawah ini ada pada diri Anda?

Kurang Bersyukur Terhadap Apa Yang Anda Miliki

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.  (QS. Ibrahim:7)

Bisa jadi kita telah berusaha, namun karena kita tidak mensyukuri nikmat yang ada, Allah belum mengijinkan kita untuk menambah nikmat yang baru. Bagaimana akan diberikan nikmat yang baru, jika nikmat yang ada saja tidak kita syukuri.

Kalau pun Anda tetap diberikan nikmat baru, meski tidak bersyukur, itu jauh lebih bahaya sebab nikmat tersebut akan berubah menjadi azab-Nya baik di dunia dan di akhirat. Syukur, bukan hanya akan menambah nikmat, namun menyelamatkan kita dari azab-Nya yang pedih.

Maka, mari kita syukuri nikmat yang ada pada diri kita. Besar, nikmat yang kita miliki itu besar. Seringkali kita sendiri yang menyepelekan nikmat-nikmat itu dengan mengeluh dan mengingkarinya. Orang yang mengingkari nikmatnya diantara lain suka protes untuk mendapatkan yang lebih, protes ingin nikmat yang lain, atau protes karena merasa sedikit. Mengeluh dan mengeluh.

Bersyukurlah, insya Allah kita akan mendapatkan yang lebih banyak. Janji Allah pasti benar.

Tidak Sabar Terhadap Kondisi

Kadang, kondisi memang tidak kondusif. Seolah tidak mendukung kita untuk meraih impian. Orang-orang di sekitar kita tidak mendukung. Cuaca tidak mendukung. Kondisi politik tidak mendukung. Kondisi ekonomi tidak mendukung. Pokoknya, semua terasa tidak mendukung kita untuk meraih impian.

Lalu bagaimana.?

Jawabannya ada bersabar. Sabar bukan berarti diam, tetapi teguh pada kebenaran. Anda akan selalu bertanya, apa yang seharusnya saya lakukan pada kondisi seperti ini? Orang yang shabar akan akan memiliki prinsip, yang penting bukan apa yang terjadi pada diri Anda, tetapi bagaimana Anda menyikapinya dengan cara yang benar. Maka Anda akan menemukan jalan, bagaimana pun kondisi yang ada.

Sebaliknya, orang yang tidak shabar, akan sibuk menyalahkan kondisi. Orang yang tidak shabar akan menjadi diri menjadi korban sehingga akhirnya dia menyerah dan tidak pernah bergerak.

Melupakan Bahwa Hidup Adalah Ibadah

Meski kita harus memiliki tujuan dalam hidup, namun orientasi hidup kita sesungguhnya adalah pada proses, yaitu amal kita. Tujuan diciptakan kita adalah untuk beribadah, artinya untuk beramal atau dengan kata lain berproses.

Orang yang lupa bahwa tugas pokok dia untuk beribadah, dia hanya akan mudah berhenti. Orientasi dia hanya hasil dan kemudahan. Saat hasil tidak terlihat, dia berhenti. Saat kemudahan tidak dirasa, dia akan berhenti.

Berbeda dengan orang yang orientasi ibadah, seberat apa pun akan dia lakukan, sebab itu tidak akan sia-sia selama melakukan dengan ikhlas.

Menyerah Pada Ketakutan

Salah satu penyebab utama kenapa orang tidak bertindak atau bertindak namun tidak sepenuh hati, karena dia menyerah pada ketakutan. Saya katakan menyerah, sebab pada dasarnya semua orang itu takut, hanya saja ada yang menyerah ada juga yang tidak menyerah.

Setiap yang kita lakukan akan selalu mengandung resiko. Jika Anda ingin meraih apa yang Anda inginkan, maka Anda harus Berani Mengambil Resiko tidak boleh tidak.


Kepercayaan diri ibarat gigi persneling pada kendaraan Anda. Anda bisa menaikan kecepatan jika gigi persneling Anda pindah ka gigi yang lebih tinggi. Begitu juga dengan diri Anda, jika Anda tidak meningkatkan kepercayaan diri Anda, maka Anda tidak akan pernah berubah. Anda akan terus mandeg.

Jika Anda tidak mau mandeg lagi, maka tingkatkan kepercayaan diri Anda, sebab kepercayaan diri itu adalah Kondisi Dasar Untuk Sukses. Sukses ada dipengaruhi sejauh mana Anda percaya diri.

Terus Melihat Ke Belakang

Bisakah Anda mengendarai kendaraan hanya dengan melihat kaca spion? Tidak. Anda akan berhenti karena Anda akan menabrak apa yang ada di depan. Anda boleh melihat ke belakang, namun hanya sekali-kali saja, jangan terus melihat ke belakang, sebab bukan ke sana tujuan Anda.

Tujuan Anda adalah di depan, maka lihatlah ke depan. Artilah lihatlah masa depan, pikirkan apa yang bisa Anda lakukan untuk masa depan yang baik, dan ambilah tindakan untuk meraihnya.

Tujuan Yang Tidak Jelas

Anda tidak akan pernah membidik target Anda, jika Anda tidak bisa melihat target Anda dengan jelas. Begitu juga dalam bisnis, karir, dan aspek kehidupan lainnya. Jika kita tidak memiliki target yang jelas, Anda akan kesulitan untuk mendapatkannya.

Lalu bagaimana membuat target yang jelas? Silahkan baca artikel ini Membuat Tujuan dengan Metode SMART.

Selalu Mencari Tongkat Ajaib

Salah satu penyakit yang membuat kita mandeg adalah selalu mencari tongkat ajaib. Tongkat ajaib yang dimaksud adalah mencari cara mudah, tanpa usaha keras, dan tanpa mengeluarkan modal. Pengen hasil besar tanpa mau ribet dan/atau berkorban.

Dia akan sibuk, namun bukan sibuk meraih impiannya, tetapi sibuk mencari tongkat ajaib untuk mendapatkan impiannya. Apa yang terjadi, dia tidak akan pernah kemana-mana karena tongkat ajaib itu tidak ada. Dia hanya membuang waktu saja.

Terlalu Sibuk Untuk Mengasah Gergaji

Jangan seperti si penebang kayu, yang produktivitasnya terus menurun karena gergajinya yang sudah mulai tumpul. Namun, saat disarankan untuk mengasah gergaji, dia bilang sibuk. Maka tidak aneh jika produktivitasnya akan rendah terus.

Sama seperti kebanyakan orang yang sering beralasan terlalu sibuk untuk membaca buku, mengikuti pelatihan, menonton video pendidikan, dan sebagainya. Selain alasan terlalu sibuk, biasanya alasannya adalah tidak punya uang (atau tidak memprioritaskannya).

Jika Anda ingin maju atau tidak mandeg lagi, Anda harus meningkatkan level Anda. Jangan berharap akan mengalami kemajuan jika level Anda tidak pernah meningkat.

Siapa yg bertanggung jawab, disaat Anda GAGAL..?

Apakah tanggung jawab yang menulis artikel.? Jika Anda membaca artikel ini atau artikel yang ada di Motivasi Islami, tetapi Anda gagal meraih apa yang Anda inginkan. Kemudian Anda menyalahkan artike-artikel Motivasi Islami atas kegagalan Anda karena kurang sempurna, kurang memotivasi, kurang jelas, dan sebagainya, maka Anda salah alamat.


Jika Anda membuaca buku bisnis, namun Anda tetap gagal dalam bisnis. Kemudian Anda menyalahkan buku dengan segala kekurangannya. Anda salah alamat, bukan buku atau penulisnya yang bertanggung jawab atas kegagalan Anda.

Jika Anda mengikuti pelatihan, namun tetap saja Anda gagal mendapatkan apa yang Anda inginkan. Bukan. Bukan pelatihannya yang salah. Bukan pula pelatih yang bertanggung jawab atas kegagalan Anda.

Bukan juga, kondisi ekonomi negara, kondisi politik negara, bukan juga mental masyarakat yang negatif. Bukan juga media yang sering menampilkan berita tidak seimbang. Bukan juga keluarga dan teman yang mendukung.

Lalu Siapa yang Bertanggung Jawab.?

Ya, Anda sendiri! Lihat cermin, jika Anda melihat bayangan, dialah yang bertanggung jawab.

Artikel, buku, dan pelatihan hanya membantu Anda menunjukan cara yang benar, namun keberhasilan dan kegagalan tetap tanggung jawab Anda. Selama Anda selalu menuntut atau menyalahkan semuanya kecuali diri Anda, Anda tidak pernah berubah. Anda tidak akan pernah sukses, Anda akan terus terpuruk.

Anda tidak akan bisa mengubah semua orang, hal, atau kondisi di luar Anda. Namun Anda bisa mengubah diri Anda bagaimana menyikapi itu semua. Mengubah diri sendiri sangat mungkin, namun mengubah semua orang, semua kondisi, dan semua hal adalah perkerjaan yang sia-sia belaka.

Ubah diri Anda. Sebab, diri Andalah yang bertanggung jawab atas apa yang Anda raih selama ini.

Jika Anda tetap yakin semua kesalahan orang lain atau kondisi, ya sudahlah tidak usah belajar dan tidak usah berusaha, toch nanti akan gagal juga. Namun bagi Anda yang ingin berubah, maka ubahlah diri Anda, jangan menyalahkan yang lain.

dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, (QS.An Nazm:39)

Cara Bertanggung Jawab

Dapatkan Dukungan

Tidak selamanya lingkungan, kondisi, atau orang-orang yang ada di sekitar kita akan selalu mendukung kita untuk meraih apa yang kita inginkan. Namun tanggung jawab kitalah untuk menjadikan mereka mendukung atau mencari dukungan yang lainnya. Anda bisa sukses meski saat ini tanpa dukungan siapa-siapa.

Jangan berhenti. Silahkan baca artikel saya sebelumnya Tetap Meraih Sukses Meski Pun Tanpa Dukungan kemudian berusahalah agar Anda mendapatkan dukungan, silahkan baca Mendapatkan Dukungan. Ini tanggung jawab Anda, berusahakan untuk mendapatkan dukungan.

Fleksibel

Jangan kaku dengan konsep yang dipaparkan dalam artikel, buku, atau pelatihan. Sesuaikan dengan kondisi Anda dan kondisi saat ini. Bukan, bukan berarti teori beda dengan praktek, namun kondisi setiap orang itu berbeda-beda. Artinya tanggung jawab Anda menyesuaikan hasil belajar Anda dengan kondisi Anda saat ini.

Anda sudah mendapatkan pelajaran dari apa pun yang pernah Anda pelajari, adalah tanggung jawab Anda agar pelajaran itu berguna untuk Anda. Bukan menyalahkan penulis artikel, buku, dan pemberi pelatihan. Mereka tidak salah sama sekali. Mereka menjelaskan konsep secara umum atau yang sesuai dengan kondisi mereka. Namun yang bertanggung jawab menyesuaikan dengan kondisi Anda adalah Anda sendiri.

Belajar itu tidak pernah sia-sia, bahkan meski tidak Anda praktekkan langsung, namun akan mewarnai amal Anda secara kesuluruhan menjadi lebih berkualitas dan lebih ikhlas.

Proaktif Terhadap Setiap Kondisi

Apa pun kondisi yang terjadi, Anda harus bersikap proaktif jangan reaktif. Reaktif artinya Anda bertindak hanya berdasarkan impuls atau kondisi yang terjadi. Sementara proaktif adalah Anda bertindak berdasarkan pemikiran dan nilai-nilai yang Anda anut, apa pun kondisinya. Artinya Anda tidak mudah terhanyut oleh kondisi, namun Anda bisa mengendalikan kemana arah gerak Anda.

Orang yang reaktif seolah orang yang hanyut tidak berdaya di derasnya sungai, dia bergerak sesuai dengan arahnya aliran sungai dan terombang-ambing. Sementara orang yang proaktif seperti orang yang memiliki perahu atau speedboat yang kuat sehingga dia bisa bergerak kemana saja sesuai yang dia kehendaki tidak peduli kemana aliran sungai yang mengalir.

Anda punya speedboat itu, yaitu pikiran dan tubuh Anda. Cukup kuat untuk mengarahkan hidup Anda sendiri. Anda bisa melawan arus dan bergerak sesuai dengan keinginan Anda. Saya ulangi, sesuai dengan keinginan Anda.

Tingkatkan Standar Diri Anda

Agar Anda mendapatkan dukungan, Anda harus memperbaiki diri agar bisa diterima orang lain dan dipercaya orang lain. Jika selama ini tidak ada yang mendukung Anda, instropeksilah, mungkin ada masalah dari diri Anda. Mungkin cara komunikasi yang kurang baik, mungkin ada sikap Anda yang tidak bisa diterima, atau mereka tidak percaya Anda.

Maka tingkatkan kualitas diri Anda, perbaiki akhlaq, belajar, sering bersilaturahim, dan meningkatkan ilmu serta keterampilan.

Juga secara umum, Anda akan mendapatkan sesuai dengan apa yang Anda lakukan dan sesuai kepasitas Anda. Anda tidak akan pernah mendapatkan satu drum air jika Anda membawa sebuah gelas. Artinya Anda akan mendapatkan sesuai dengan kapasitas diri Anda. Maka tingkatkan kapasitas diri Anda dan hanya Anda sendiri yang bisa meningkatkan standar diri Anda.

Termasuk meningkatkan standar pemikiran Anda agar mampu mengendalikan arah hidup Anda, tidak mudah hanyut oleh kondisi dan keadaan.

7 Kalimat yg HARUS dihindari..


Anda harus menghindari 7 Kalimat ini, karena bisa menghambat kemajuan n perkembangan diri. ke 7 kalimat ini BUKAN suatu alasan, BUKAN juga masalah, tapi  kalimat ini hanya sebuah gambaran suram tuk masa depan. Mungkin, ke 7 kalimat ini adalah mencerminkan "krisis percaya diri". Dulu disaat Ayah_Alif masih bekerja sebagai merketing, Ayah_Alif slalu mencari jawaban dari setiap pertanyaan/permasalahan. Inget banget kata Boss dulu, "Pegawai di gaji, untuk mencari solusi, bukan untuk mencari masalah".. Itu itulah, Ayah_Alif ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang 7 Kalimat yg tidak terucap:
  • Saya Tidak Bisa
Penghambat utama dan paling sering terdengar adalah kalimat “Saya tidak bisa”. Sungguh aneh sebenarnya mengatakan kalimat ini. Memang dulu waktu masih kecil, apakah Anda bisa baca seperti saat ini membaca artikel ini? Tidak bukan? Tapi sekarang Anda bisa membaca. Artinya yang sekarang Anda tidak bisa, nanti akan bisa jika Anda mau belajar.

Tidak ada bayi lahir sebagai pebisnis hebat. Misalnya ada berita:

“Telah lahir seorang pebisnis hebat”

“Telah lahir seorang penjual ulung”

“Telah lahir seorang pembicara hebat”

Tidak ada saudara! Yang lahir itu dimana-mana juga seorang bayi, anak laki-laki atau perempuan. Bagaimana pun hebatnya seorang Ibnu Sina, Muhammad Al Fatih, dan siapa pun itu, tetap saja saat lahir tidak bisa apa-apa kecuali yang bisa dilakukan bayi pada umumnya.

Saat Anda mengatakan tidak bisa, percayalah semua orang juga pernah tidak bisa. Saya bisa menulis sekarang, karena sejak dulu saya berlatih menulis. Tapi waktu bayi saya tidak bisa menulis. Anda tidak bisa, karena memang belum berlajar dan berlatih. Jadi intinya Anda mau atau tidak? Itu saja!
  • Saya Lakukan Besok
Jika Bisa Sekarang, Kenapa Besok.?

“Memang benar koq, saya tidak bisa melakukannya sekarang. Hari ini saya sibuk, jadi saya lakukan besok.”

OK, tidak masalah, jika memang benar-benar Anda sibuk hari ini sehingga tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Namun yang akan menjadi penghambat adalah saat Anda sebenarnya bisa melakukan sekarang, kemudian Anda mengatakan akan melakukan besok. Siapa yang menjamin Anda bisa melakukan besok.?

Bisa jadi besok pun Anda akan mengatakan “Saya akan lakukan besok”.

Lusa, Anda akan mengatakan yang sama. Dan seterusnya, sampai Anda tidak melakukan sama sekali.

Serius, jika Anda mau maju, Anda harus melakukan apa yang harus Anda lakukan itu sekarang. Saya tegaskan, SEKARANG! Ups, maaf teriak. Kenapa? Saking pentingnya melakukan sekarang. Jika Anda melakukan sekarang apa yang seharusnya Anda lakukan, Anda akan menciptakan momentum dan sangat berharga untuk keberhasilan Anda.

Jika Itu Benar-benar Penting, Kenapa Nunggu Besok?

Jika ada sebuah tindakan sangat penting yang akan mengubah hidup Anda menjadi lebih baik. Maka lakukan sekarang, jangan ditunda-tunda.

“Tapi bener koq, saya tidak bisa melakukannya sekarang. Saya banyak kesibukan yang lain.”

Itu artinya, Anda menganggp pekerjaan ini tidak penting sehingga harus dilakukan besok. Itu adalah keputusan Anda. Serius, Anda menganggap tidak penting. Yang sedang saya bicarakan adalah tindakan yang benar-benar penting untuk kemajuan Anda, harus dilakukan sekarang. Jika menurut Anda bisa dilakukan besok, artinya itu tidak penting. Itu saja!
  • Saya Belum Nyaman
Serius, saya kasih tahu rahasianya, bahwa orang-orang yang sukses adalah mereka mau melakukan sesuatu yang tidak nyaman. Jika tidak, mereka akan terus berada di zona nyaman. Saat anda mengatakan belum nyaman, tidak sreg, belum terbuka hati, dan kata-kata sejenisnya, artinya Anda masih betah di zona nyaman.

Serius, ini pengalaman pribadi saya. Saat saya hanya betah melakukan pekerjaan yang bisa dan biasa saja, saya tidak mengalami kemajuan yang berarti. Sekali saya mengubah, bahkan tidak nyaman sama sekali, maka kemajuan saya dapatkan. Begitu juga dengan Anda, cobalah berpikir untuk melakukan hal baru, selama itu untuk kemajuan Anda, meski pun itu tidak nyaman.

Sesuatu yang baru atau pertama kali dilakukan adalah tidak nyaman. Pada awalnya, berbicara di depan umum itu tidak nyaman. Gemetaran dan dag dig dug. Namun saya harus melakukan untuk kemajuan saya. Saya paksakan meski pun tidak nyaman.

Saya ingat saat berlatih public speaking. Saya masuk ke sebuah bus damri yang penuh, berisi mahasiswa, mahasiswi, dan penumpang lainnya, kemudian saya memberikan ceramah motivasi. Rasanya sangat tidak nyaman. Tapi setelah itu, berbicara di depan umum menjadi hal yang bisa dan nyaman-nyaman saja.

Rasa tidak nyaman hanya ada di awal, selanjutnya akan biasa. Menjual juga sama, sangat tidak nyaman. Namun jika sudah biasa, menjadi nyaman-nyaman saja.

Jadi jangan menunggu nyaman, Anda akan nyaman jika MAU melalui ketidaknyaman itu.
  • Saya Masih Bingung
Ini juga yang sering saya dengar dan baca: “Pak, sebenarnya saya mau bisnis … tapi masih bingung apa yang harus saya lakukan.”

Saya juga sama, saat saya memasuki dunia yang baru, bisnis yang baru, termasuk pekerjaan yang baru, pada awalnya saya bingung. Begitu juga saat bekerja, pada awalnya bingung. Saat Anda datang ke kantor pertama kali, kita tidak tahu apa yang akan dilakukan nanti di kantor. Kemudian atasan atau penyelia kita akan membimbing kita, dan kita akhirnya mengetahui apa yang akan kita ketahui.

Bagaimana dengan bisnis? Sama saja. Mungkin akan bingung di awal, namun mulailah berjalan, Anda pun akan menemukan jalan. Ilustrasi yang bagus adalah lampu mobil yang hanya bisa menerangi jalan beberapa meter saja, namun setelah berjalan bisa menerangi seluruh jalan, sampai ratusan kilometer sekali pun.
  • Saya Takut Kecewa
Jika Anda takut kecewa kemudian Anda tidak melakukan apa-apa, sebenarnya Anda sedang menanti kekecewaan yang lebih besar lagi dimasa mendatang. Saat Anda bertindak, mungkin berhasil, mungkin juga tidak. Namun jika Anda tidak bertindak, Anda pasti gagal. Saat Anda tidak bertindak, sebenarnya Anda SUDAH gagal. Lalu kenapa tidak kecewa? Karena Anda tidak menyikapinya sebagai kegagalan. Padahal, jelas-jelas kegagalan.

Artinya, kecewa atau tidak kecewa itu bukan karena gagal atau tidak gagal, tetapi bagaimana Anda menyikapinya. Padahal, jika kita kaji lebih jauh, justru kegagalan sebenarnya saat Anda menyerah, tidak bertindak. Saat Anda mencoba, Anda sebenarnya tidak akan pernah gagal. Silahkan baca pembahasannya di artikel Adakah Gagal Itu?
  • Sudah Terlambat
Tidak ada kata terlambat. Allah saja masih memberikan umur kepada kita. Allah masih memberikan kesempatan kepada kita. Kenapa kita berani-beraninya mengatakan sudah terlambat? Terlambat itu saat ajal menjemput namun kita belum bertaubat.

Untuk bisnis, untuk karir, dan untuk pengembangan diri, tidak ada kata terlambat. Jika kita mengatakan sudah terlambat, karena kita berpikir sempit. Bukalah mata, harapan itu masih ada sebagaimana saya bahas pada artikel Bukalah Mata, Hati, dan Pikiran Anda – Harapan Itu Masih Ada.
  • Saya Sudah Melakukan Yang Terbaik
Kata siapa sudah terbaik? Kata Anda sendiri?

Belum, kalau Anda mau belajar lagi metode-metode yang lebih baik. Kalau Anda mau berlatih sehingga keterampilan Anda meningkat. Maka Anda bisa melakukan yang lebih baik lagi.

Anda harus memberikan peluang pada diri Anda, bahwa Anda masih bisa melakukan yang lebih baik. Tahukah Anda, para juara dunia itu, apa pun bidangnya, mereka selalu berlatih untuk meningkatkan kemampuan? Sungguh aneh, juara dunia saja bukan tetapi mengatakan sudah melakukan yang terbaik.

Anda bisa mencapai penghasilan revolusioner jika Anda mau membuka diri, yaitu membuang anggapan bahwa Anda sudah melakukan yang terbaik. Silahkan baca selengkapnya pada ebook Revolusi Waktu.

Kesimpulan :
  • Jangan mencari alasan/kambing hitam dari sebuah kegagalan.
  • Kerjakan sesuatu, tanpa harus menunda.
  • Yakinlah, kalau mereka bisa sukses.. Kita pun  PASTI bisa sukses juga.
  • Lakukan perubahan, inovasi dan cara kit aberpikir n bertindak.


Kamis, 14 Februari 2013

Hari Valentine, menurut Islam

Hari ini adalah tanggal 14 Feb 2013, yang bertepatan dengan Hari 'kasih sayang' yang dirayakan oleh orang-orang Barat pada tahun-tahun terakhir disebut 'Valentine Day' amat popular dan merebak di pelusuk Indonesia bahkan di Malaysia juga. Lebih-lebih lagi apabila menjelangnya bulan Februari di mana banyak kita temui jargon-jargon (simbol-simbol atau  iklan-iklan) tidak Islami hanya wujud demi untuk mengekspos (mempromosi) Valentine. Berbagai tempat hiburan bermula dari diskotik(disko/kelab malam), hotel-hotel, organisasi-organisasi mahupun kelompok-kelompok kecil; ramai yang berlumba-lumba menawarkan acara untuk merayakan Valentine. Dengan  dukungan(pengaruh) media massa seperti surat kabar, radio mahupun televisyen; sebagian besar orang Islam juga turut dicekoki(dihidangkan) dengan iklan-iklan Valentine Day.


“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (Surah Al-An’am : 116)

SEJARAH VALENTINE:

Sungguh merupakan hal yang ironis(menyedihkan/tidak sepatutnya terjadi) apabila telinga kita mendengar bahkan kita sendiri 'terjun' dalam perayaan Valentine tersebut tanpa mengetahui sejarah Valentine itu sendiri. Valentine sebenarnya adalah seorang martyr (dalam Islam disebut 'Syuhada') yang kerana kesalahan dan bersifat 'dermawan' maka dia diberi gelaran Saint atau Santo.

"VALENTINE" adalah nama seorang paderi. Namanya Pedro St. Valentino. 14 Februari 1492 adalah hari kejatuhan Kerajaan Islam Sepanyol. Paderi ini umumkan atau isytiharkan hari tersebut sebagai hari 'kasih sayang' kerana pada nya Islam adalah ZALIM!!!  Tumbangnya Kerajaan Islam Sepanyol dirayakan sebagai Hari Valentine. Semoga Anda Semua Ambil Pengajaran!!! Jadi.. mengapa kita ingin menyambut Hari Valentine ini kerana hari itu adalah hari jatuhnya kerajaan Islam kita di Sepanyol..

Pada tanggal 14 Februari 270 M, St. Valentine dibunuh karena pertentangannya (pertelingkahan) dengan penguasa Romawi pada waktu itu iaitu Raja Claudius II (268 - 270 M). Untuk mengagungkan dia (St. Valentine), yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai 'upacara keagamaan'.

Tetapi sejak abad 16 M, 'upacara keagamaan' tersebut mulai beransur-ansur hilang dan berubah menjadi 'perayaan bukan keagamaan'. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Supercalis” yang jatuh pada tanggal 15 Februari.
 
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani(Kristian), pesta 'supercalis'  kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai 'hari kasih sayang' juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropah bahwa waktu 'kasih sayang' itu mulai bersemi 'bagai burung jantan dan betina' pada tanggal 14 Februari.
 
Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang bererti 'galant atau cinta'. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Dengan berkembangnya zaman, seorang 'martyr' bernama St. Valentino mungkin akan terus bergeser jauh pengertiannya(jauh dari erti yang sebenarnya). Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine lewat (melalui) greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado(bertukar-tukar memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1700 tahun yang lalu.

Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa moment(hal/saat/waktu) ini hanyalah tidak lebih bercorak kepercayaan atau animisme belaka yang berusaha merosak 'akidah' muslim dan muslimah sekaligus memperkenalkan gaya hidup barat  dengan kedok percintaan(bertopengkan percintaan), perjodohan dan kasih sayang.
 
PANDANGAN ISLAM 

Sebagai seorang muslim tanyakanlah pada diri kita sendiri, apakah kita akan mencontohi begitu saja sesuatu yang jelas bukan bersumber dari Islam ?
 
Mari kita renungkan firman Allah s.w.t.:

“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”. (Surah Al-Isra : 36)
 
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera (mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu. Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng(mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.

Hadis Rasulullah s.a.w:“ Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu”. Firman Allah s.w.t. dalam Surah AL Imran (keluarga Imran) ayat 85 :“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali tidaklah diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”.

HAL-HAL YANG HARUS DIBERI PERHATIAN:

Dalam masalah Valentine itu perlu difahami secara mendalam terutama dari kaca mata agama kerana kehidupan kita tidak dapat lari atau lepas dari agama (Islam) sebagai pandangan hidup. Berikut ini beberapa hal yang harus difahami di dalam  masalah 'Valentine Day'.
  • PRINSIP / DASAR
   Valentine Day adalah suatu perayaan yang berdasarkan kepada pesta jamuan 'supercalis' bangsa Romawi kuno di mana setelah mereka masuk Agama  Nasrani (kristian), maka berubah menjadi 'acara keagamaan' yang dikaitkan dengan kematian St. Valentine.
  •  SUMBER ASASI
   Valentine jelas-jelas bukan bersumber dari Islam, melainkan bersumber dari rekaan fikiran manusia yang diteruskan oleh pihak gereja. Oleh kerana itu lah , berpegang kepada akal rasional manusia semata-mata, tetapi jika tidak berdasarkan kepada Islam (Allah), maka ia akan tertolak.

Firman Allah swt dalam Surah Al Baqarah ayat 120 :“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.

Katakanlah : “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemahuan  mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu”.
  • TUJUAN
Tujuan mencipta dan mengungkapkan rasa kasih sayang di persada bumi adalah baik. Tetapi bukan seminit untuk sehari dan sehari untuk setahun. Dan bukan pula bererti kita harus berkiblat kepada Valentine seolah-olah meninggikan ajaran lain di atas Islam. Islam diutuskan kepada umatnya dengan memerintahkan umatnya untuk berkasih sayang dan menjalinkan persaudaraan yang abadi di bawah naungan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Bahkan Rasulullah s.a.w. bersabda :“Tidak beriman salah seorang di antara kamu sehingga ia cinta kepada saudaranya seperti cintanya kepada diri sendiri”.
  • OPERASIONAL
Pada umumnya acara Valentine Day diadakan dalam bentuk pesta pora dan huru-hara. Perhatikanlah firman Allah s.w.t.:“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaithon dan syaithon itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (Surah Al Isra : 27)

Surah Al-Anfal ayat 63 yang berbunyi : “…walaupun kamu membelanjakan    semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat    mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati    mereka. Sesungguhnya Dia (Allah) Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

Sudah jelas ! Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (akidah) kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia kawan. Kerana kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.

Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine Day ? Sudah semestinya kita menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi. Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang agama lain. Bukankah Allah itu Ar Rahman dan Ar Rohim.  Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.
 
Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerosakan-kerosakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, televisyen dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.

MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah : “…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.

Semoga Allah memberikan kepada kita hidayahNya dan ketetapan hati untuk dapat istiqomah dengan Islam sehingga hati kita menerima kebenaran serta menjalankan ajarannya. Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w. Firman Allah s.w.t.: “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.

Sejarah Valentine

Pertama : Asalnya adalah aqidah paganis (penyembahan berhala) kaum Romawi, untuk mengungkapkan rasa cinta kepada berhala yang mereka ibadahi selain Allah Subahanahu wa Ta’ala. Barangsiapa yang merayakannya, berarti dia merayakan momen pengagungan dan penyembahan berhala. Padahal Allah Subahanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dari perbuatan syirik:
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ. بَلِ اللهَ فَاعْبُدْ وَكُنْ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja yang kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur’.” (Az-Zumar: 65-66)

Allah Subahanahu wa Ta’ala juga menyatakan melalui lisan ‘Isa ‘alaihissalam:

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolongpun.” (Al-Ma’idah: 72)

Dan seorang muslim wajib berhati-hati dari syirik dan segala yang akan mengantarkan kepada syirik.

Kedua : Awal mula perayaan ini di kalangan bangsa Romawi paganis terkait dengan kisah dan khurafat yang tidak bisa diterima akal sehat, apalagi akal seorang muslim yang beriman kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala dan para rasul-Nya. Pada satu versi, disebutkan bahwa seekor serigala betina menyusui Romulus pendiri kota Roma, sehingga memberinya kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran. Ini menyelisihi aqidah seorang muslim, bahwa yang memberikan kekuatan fisik dan kecerdasan pikiran hanyalah Allah Subahanahu wa Ta’ala, Dzat Maha Pencipta, bukan air susu serigala. Dalam versi lain, pada perayaan itu kaum Romawi paganis mempersembahkan qurban untuk berhala sesembahan mereka, dengan keyakinan bahwa berhala-berhala itu mampu mencegah terjadinya keburukan dari mereka dan mampu melindungi binatang gembalaan mereka dari serigala. Padahal, akal yang sehat mengetahui bahwa berhala tidaklah dapat menimpakan kemudaratan, tidak pula bisa memberikan suatu kemanfaatan.

Bagaimana mungkin seorang berakal mau ikut merayakan perayaan seperti ini? Terlebih lagi seorang muslim yang Allah Subahanahu wa Ta’ala telah menganugerahkan agama yang sempurna dan aqidah yang lurus ini kepadanya.

Ketiga : Di antara syi’ar jelek perayaan ini adalah menyembelih anjing dan domba betina, lalu darahnya dilumurkan kepada dua orang pemuda, kemudian darah itu dicuci dengan susu, dst. Orang yang berfitrah lurus tentu akan menjauh dari hal yang seperti ini. Akal yang sehat pun tidak bisa menerimanya.

Keempat : Keterkaitan St. Valentine dengan perayaan ini diperselisihkan, juga dalam hal sebab dan kisahnya. Bahkan, sebagian literatur meragukannya dan menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak pernah terjadi. Sehingga pantas bagi kaum Nasrani untuk tidak mengakui perayaan paganis ini yang mereka tiru dari bangsa Romawi paganis. Terlebih lagi keterkaitan perayaan ini dengan salah satu santo (orang-orang suci dalam khazanah Nasrani, ed.) mereka, masih diragukan. Bila merayakannya teranggap sebagai aib bagi kaum Nasrani, yang telah mengganti-ganti agama mereka dan mengubah kitab mereka, tentu lebih tercela bila seorang muslim yang ikut merayakannya. Dan bila benar bahwa perayaan ini terkait dengan terbunuhnya St. Valentine karena mempertahankan agama Nasrani, maka apa hubungan kaum muslimin dengan St. Valentine?

Kelima : Para pemuka Nasrani telah menentang perayaan ini karena timbulnya kerusakan akhlak pemuda dan pemudi akibat perayaan ini, maka dilaranglah perayaan ini di Italia, pusat Katholik. Lalu perayaan ini muncul kembali dan tersebar di Eropa. Dari sanalah menular ke negeri kaum muslimin. Bila pemuka Nasrani –pada masa mereka– mengingkari perayaan ini, maka wajib bagi para ulama kaum muslimin untuk menerangkan hakikatnya dan hukum merayakannya. Sebagaimana wajib bagi kaum muslimin yang awam untuk mengingkari dan tidak menerimanya, sekaligus mengingkari orang yang ikut merayakannya atau menularkannya kepada kaum muslimin.

Beberapa Sisi Hukum Valentine

Tasyabbuh dengan Orang-orang Kafir
Hari raya –seperti, Valentine Days- merupakan ciri khas, dan manhaj (metode) orang-orang kafir yang harus dijauhi. Seorang muslim tidak boleh menyerupai mereka dalam merayakan hari itu.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Ad-Dimasyqiy-rahimahullah- berkata, "Tak ada bedanya antara mengikuti mereka dalam hari raya, dan mengikuti mereka dalam seluruh manhaj (metode beragama), karena mencocoki mereka dalam seluruh hari raya berarti mencocoki mereka dalam kekufuran. Mencocoki mereka dalam sebagaian hari raya berarti mencocoki mereka dalam sebagian cabang-cabang kekufuran. Bahkan hari raya adalah ciri khas yang paling khusus di antara syari’at-syari’at (agama-agama), dan syi’ar yang paling nampak baginya. Maka mencocoki mereka dalam hari raya berarti mencocoki mereka dalam syari’at kekufuran yang paling khusus, dan syi’ar yang paling nampak. Tak ragu lagi bahwa mencocoki mereka dalam hal ini terkadang berakhir kepada kekufuran secara global".[Lihat Al-Iqtidho' (hal.186)].

Ikut merayakan Valentine Days termasuk bentuk tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang kafir. Rasululllah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk kaum tersebut".
[HR. Abu Daud dalam Sunan-nya (4031) dan Ahmad dalam Al-Musnad (5114, 5115, & 5667), Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (19401 & 33016), Al-Baihaqiy dalam Syu'ab Al-Iman (1199), Ath-Thobroniy dalam Musnad Asy-Syamiyyin (216), Al-Qudho'iy dalam Musnad Asy-Syihab (390), dan Abd bin Humaid dalam Al-Muntakhob (848). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Musykilah Al-Faqr (24)].

Seorang Ulama Mesir, Syaikh Ali Mahfuzh-rahimahullah- berkata dalam mengunkapkan kesedihan dan pengingkarannya terhadap keadaan kaum muslimin di zamannya, "Diantara perkara yang menimpa kaum muslimin (baik orang awam, maupun orang khusus) adalah menyertai (menyamai) Ahlul Kitab dari kalangan orang-orang Yahudi, dan Nashrani dalam kebanyakan perayaan-perayaan mereka, seperti halnya menganggap baik kebanyakan dari kebiasaan-kebiasaan mereka. Sungguh Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dahulu membenci untuk menyanai Ahlul Kitab dalam segala urusan mereka…Perhatikan sikap Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- seperti ini dibandingkan sesuatu yang terjadi pada manusia di hari ini berupa adanya perhatian mereka terhadap perayaan-perayaan, dan adat kebiasaan orang kafir. Kalian akan melihat mereka rela meninggalkan pekerjaan mereka berupa industri, niaga, dan sibuk dengan ilmu di musim-musim perayaan itu, dan menjadikannya hari bahagia, dan hari libur; mereka bermurah hati kepada keluarganya, memakai pakaian yang terindah, dan menyemir rambut anaka-anak mereka di hari itu dengan warna putih sebagaimana yang dilakukan oleh Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi, dan Nashrani. Perbuatan ini dan yang semisalnya merupakan bukti kebenaran sabda Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- dalam sebuah hadits shohih, "Kalian akan benar-benar mengikuti jalan hidup orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta sehingga andai mereka memasuki lubang biawak, maka kalian pun mengikuti mereka". Kami (para sahabat) bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah mereka adalah orang-orang Yahudi, dan Nashrani". Beliau menjawab, "Siapa lagi kalau bukan mereka". [HR. Al-Bukhoriy (3456) dari Abu Sa'id Al-Khudriy -radhiyallahu 'anhu-]".[Lihat Al-Ibda' fi Madhorril Ibtida' (hal. 254-255)]

Pengantar Menuju Maksiat dan Zina
Acara Valentine Days mengantarkan seseorang kepada bentuk maksiat dan yang paling besarnya adalah bentuk perzinaan. Bukankah momen seperti ini (ValentineDays) digunakan untuk meluapkan perasaan cinta kepada sang kekasih, baik dengan cara memberikan hadiah, menghabiskan waktu hanya berdua saja? Bahkan terkadang sampai kepada jenjang perzinaan.

Allah -Subhanahu wa Ta’la- berfirman dalam melarang zina dan pengantarnya (seperti, pacaran, berduaan, berpegangan, berpandangan, dan lainnya),

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. Al-Isra’ : 32)

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لَايَخْلُوَنَّ أَحَدُكُمْ بِاِمْرَأَةٍ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ

"Jangan sekali-sekali salah seorang kalian berkhalwat dengan wanita, kecuali bersama mahram". [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (4935), dan Muslim dalam Shohih-nya (1241)] .

Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:

لَأَنْ يُطْعَنَ فِيْ رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يِمَسَّ امْرَأَةً لَاتَحِلُّ لَهُ

"Demi Allah, sungguh jika kepala salah seorang dari kalian ditusuk dengan jarum dari besi, maka itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya". [HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (486). Di-shahih-kan oleh syaikh Al-Albany dalam Ash-Shahihah (226)]

Menciptakan Hari Raya
Merayakan Velentine Days berarti menjadikan hari itu sebagai hari raya. Padahal seseorang dalam menetapkan suatu hari sebagai hari raya, ia membutuhkan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Karena menetapkan hari raya yang tidak ada dalilnya merupakan perkara baru yang tercela. Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Siapa saja yang mengada-adakan dalam urusan (agama) kami sesuatu yang tidak ada di dalamnya, maka itu tertolak” [HR. Al-Bukhariy dalam Shahih -nya (2697)dan Muslim dalam Shahih -nya (1718)]

Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami, maka amalan tersebut tertolak”. [HR. Muslim dalam Shahih -nya (1718)]

Allah -Ta’ala- telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur, dan disyari’atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam firman-Nya,

"Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu". (QS.Al-Maidah :3 ).

Di dalam agama kita yang sempurna ini, hanya tercatat dua hari raya, yaitu: Idul Fitri dan Idul Adha. Karenanya, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengingkari dua hari raya yang pernah dilakukan oleh orang-orang Madinah. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada para sahabat Anshor,

قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُوْنَ فِيْهِمَا فِيْ الجَاهِلِيَةِ وَقَدْ أَبْدَلَكُمُ اللهُ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا: يَوْمَ النَّحَرِ وَيَوْمَ الْفِطْرِ

“Saya datang kepada kalian, sedang kalian memiliki dua hari, kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyyah. Allah sungguh telah menggantikannya dengan hari yang lebih baik darinya, yaitu: hari Nahr (baca: iedul Adh-ha), dan hari fithr (baca: iedul fatri)”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (1134), An-Nasa`iy dalam Sunan-nya (3/179), Ahmad dalam Al-Musnad (3/103. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud (1134)] .

Syaikh Amer bin Abdul Mun’im Salim-hafizhahullah- berkata saat mengomentari hadits ini, "Jadi, Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- melarang mereka -dalam bentuk pengharaman- dari perayaan-perayaan jahiliyyah yang dikenal di sisi mereka sebelum datangnya Islam, dan beliau menetapkan bagi mereka dua hari raya yang syar’i, yaitu hari raya Idul Fithri, dan hari raya Idul Adh-ha. Beliau juga menjelaskan kepada mereka keutamaan dua hari raya ini dibandingkan peryaan-perayaan lain yang terdahulu ".[Lihat As-Sunan wa Al-Mubtada'at fi Al-Ibadat (hal.136), cet. Maktabah Ibad Ar-Rahman, 1425 H]

Mengantarkan Kepada Tersibukkannya Hati
dalam urusan-urusan rendah seperti ini, yang menyelisihi bimbingan salafus shalih. Maka tidak dihalalkan pada hari ini muncul sesuatu yang itu merupakan bentuk syi’ar terhadap perayaan tersebut, apakah dalam hal makanan, minuman, pakaian, atau saling memberi hadiah, atau yang lainnya.

Wajib bagi seorang muslim merasa mulia dengan agamanya dan jangan dia menjadi seorang yang tidak punya pegangan, mengikuti setiap ada orang yang berteriak (mengajak kepada sesuatu). Aku memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar memberi perlindungan kepada Kaum Muslimin dari segala fitnah yang zhahir maupun yang batin dan semoga Dia senantiasa menolong kita dengan pertolongan dan taufiqNya. [ dari Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah :16/199 ]

Rabu, 13 Februari 2013

Ikhtiar

Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.


Ikhtiar berasal dari bahasa Arab (إخْتِيَارٌ) yang berarti mencari hasil yang lebih baik. Adapun secara istilah, pengertian ikhtiar yaitu  usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Maka, segala sesuatu baru bisa dipandang sebagai ikhtiar yang benar jika di dalamnya mengandung unsur kebaikan. Tentu saja, yang dimaksud kebaikan adalah menurut syari’at Islam, bukan semata akal, adat, atau pendapat umum. Dengan sendirinya, ikhtiar lebih tepat diartikan sebagai “memilih yang baik-baik”, yakni segala sesuatu yang selaras tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Ikhtiar juga dilakukan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan tetapi, jika usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan dilakukan harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.



Setiap manusia memiliki keinginan dan cita-cita untuk mendapat kesuksesan, tak ada seorang pun yang menginginkan kegagalan. Hal ini karena Allah menganugerahkan kehendak kepada manusia. Jika kehendak tersebut mampu dikelola dengan baik, manusia akan menemukan kesuksesannya.
 “ (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui ” (QS.Ash-Shaff:11)

Larangan Berputus Asa
Allah telah mencontohkan kisah Nabi  Ya’qub dalam Al-Qur’an sebagai contoh nyata pelajaran orang-orang yang ditimpa kesusahan dan larangan berputus asa. Nabi Ya'qub yang terus berdo'a dan berharap pada Tuhannya setiap saat agar tidak termasuk orang-orang yang berputus asa, karena berputus asa pada kebaikan Tuhan adalah sifat-sifat orang yang kafir.
Kisah itu digambarkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat 87 يَابَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْئَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِنَّهُ لَا يَيْئَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ

”Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita) tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir”. (QS: Yusuf: 87)
Tak ada cara lain, mari kita palingkan semua pada Islam. Berikhtiarlah untuk menyelesaikan persoalan-persoalan kita, yakni: dengan memilih jalan-jalan keluar yang baik-baik dan yang diridhoi Allah Subhanahu wa-ta'ala.

Berikut rambu-rambu ikhtiar dalam Islam : 
  • Keikhlasan Niat Saja Tidak Cukup
Banyak orang bilang dalam berusaha yang penting niatnya baik, apapun yang kita lakukan harus diikuti niat yang ikhlas. Memang Rasulullah sendiri telah menyatakan dalam satu haditsnya, "'Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. " (HR.Bukhari-Muslim). Tapi dalam hadits yang lain Rasulullah juga menyatakan, "Barangsiapa mengerjakan suatu amalan (perbuatan) yang bukan berdasarkan perintah kami, maka ia tertolak. " (HR. Muslim).

Jadi, agar perbuatan baik atau ikhtiar kita diterima oleh Allah dan mendapatkan pahala dari-Nya, harus memenuhi dua syarat mutlak. Yaitu niat yang ikhlas dan sesuai dengan syariat Islam. Niat yang ikhlas saja tidak cukup, bila kita ingin apa yang kita ikhtiarkan diterima oleh Allah dan diridhoi-Nya. Begitu juga cara kita berikhtiar, walaupun sudah sesuai dengan syariat Islam, tapi tidak disertai niat yang ikhlas dalam melaksanakannya, niscaya Allah akan menolaknya.

Pergi ke dukun untuk mencari solusi dari segala macam permasalahan yang kita hadapi, bukanlah termasuk usaha yang dibenarkan oleh syariat Islam, kendati pun kita niatkan dengan niat yang setulus-tulusnya dan seikhlas-ikhlasnya. Karena kedatangan kita ke tempat praktik perdukunan itu sendiri telah melanggar syariat Islam. Keikhlasan niat atau baiknya tujuan tidak akan merubah suatu yang maksiat menjadi ibadah, atau suatu yang haram menjadi halal. Karena Rasulullah telah melarang kita untuk mendatangi dukun, "Janganlah kalian mendatangi dukun". (HR. Bukhari).

Larangan ini disampaikan Rasulullah untuk memberitahukan kepada umatnya, bahwa berikhtiar melalui dukun bukanlah termasuk ikhtiar yang dibenarkan alias haram hukumnya. Dalam riwayat lain, lebih keras lagi Rasulullah mengancam mereka yang memanfaatkan jasa perdukunan, "Barangsiapa yang mendatangi dukun, lalu membenarkan apa yang mereka katakan, maka ia telah inkar (kufur) terhadap apa telah diturunkan kepada Nabi Muhammad (al-Qur'an dan al-Hadits)." (HR.Ahmad dan dishahihkan oleh al-Alban).
  • Bersih dari Kesyirikan
Orang yang mati dalam keadaan musyrik dan belum bertaubat, maka Allah tidak akan mengampuni dosanya dan mengharamkan baginya untuk masuk Surga. Allah berfirman, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selainnya bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, berarti sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (An-Nisa': 48). Dalam ayat yang lain Allah berfirman, " Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, niscaya Allah mengharamkan baginya Surga dan tempat baginya adalah Neraka." (Al-Maidah: 72).

Pergi ke dukun untuk mendapatkan jalan keluar dari berbagai macam problema kehidupan, berarti melakukan ikhtiar yang mengandung syirik. Walaupun kita tetap berkeyakinan bahwa hanya Allah sebagai Penolong atau Penyembuh. Karena kenyataannya, tidaklah para dukun itu memberikan solusi kepada pasiennya, kecuali telah melakukan ritual yang mengandung syirik atau solusi yang ditawarkan itu sendiri bermuatan syirik. Dengan begitu berarti kita secara sadar atau tidak, telah bersekongkol dengan mereka untuk melakukan kesyirikan. Bahkan orang yang minta bantuan dukun itu sendiri juga sebagai pelaku kesyirikan.

Misalnya, pasien tersebut diajak ikut serta mengikuti ritual dan di dalamnya ada mantra syirik yang harus dibaca, atau disuruh oleh dukun tersebut untuk melakukan ritual sendiri. Seperti mandi air kembang tujuh rupa atau diruwat untuk menghilangkan sial. Atau “hanya” sekadar beli jimat, rajah dan pusaka 'keramat' untuk dipasang di rumah, kantor, tempat usaha atau di dompet untuk dibawa kemana saja dia pergi. Itulah bentuk kesyirikan yang biasanya dilakukan oleh orang yang minta bantuan dukun. Orang yang telah melakukan tindakan tersebut kalau tidak segera bertaubat pasti akan merugi. Jika mati, niscaya kematiannya merupakan pintu gerbang baginya untuk masuk neraka, na 'udzu billahi.
  • Tidak Mengandung Unsur Haram
Sesuatu yang haram adalah momok bagi seorang muslim, kalau berupa makanan, dikhawatirkan dari makanan yang haram tersebut tumbuh menjadi daging. Daging yang tumbuh dari barang haram akan dipanggang di neraka. Doa yang dipanjatkan tidak pernah didengar Allah., "Makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya dikenyangkan dengan konsumsi haram, maka bagaimana mungkin doanya dikabulkan. " (HR. Muslim).

Dalam masalah berobat dan mencari kesembuhan juga begitu, kita harus menjauhi hal-hal yang diharamkan. Rasulullah bersabda "Sesungguhnya Allah telah menurunkan penyakit dan obatnya, dan telah menjadikan bagi setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah kalian, tapi janganlah berobat dengan suatu yang diharamkan. " (HR. Abu Daud). Pergi ke dukun untuk berobat atau mencari solusi dari permasalahan yang kita hadapi, adalah merupakan upaya yang haram, karena Rasulullah telah melarangnya.
  • Jangan Melalaikan Allah
Abu Khuzamah berkata, "Wahai Rasulullah, Apa pendapat Anda tentang ruqyah untuk mengobati penyakit, obat yang kita pakai untuk mengobati penyakit dan ketaqwaan kepada Allah yang kita lakukan. Apakah bisa menolak taqdir Allah (menyembuhkan penyakit)? Beliau menjawab: Itu semua juga merupakan taqdir Allah. " (HR. Tirmidzi).

Tiga ikhtiar yang dihalalkan dalam hadits di atas. Pertama, ruqyah yang sudah dicontohkan Rasulullah adalah upaya pengobatan yang bebas dari kesyirikan, sebagai pengganti dari upaya pengobatan yang mengandung klenik dan mistik. Kedua, pengobatan medis untuk berobat atau berkonsultasi atas kesehatan kita yang terganggu, juga merupakan ikhtiar yang dibolehkan. Ketiga, ketaatan dan ketaqwaan kita kepada Allah juga sarana yang tepat agar doa kita didengar oleh Allah, diberi solusi untuk mengatasi setiap problema, serta diberi rizki yang halal dan berkah.

Ruqyah, berobat medis, bertaqwa adalah ikhtiar yang dibolehkan dan diperintahkan. Kita hanya berusaha dengan usaha yang tidak diharamkan. Adapun penyembuh dan penyelesai dari segala masalah adalah Allah semata.
Ikhtiar harus dilakukan sekuat tenaga. Tetapi tetap harus diperhatikan rambu-rambu Islam, jangan melalaikan Allah atau melanggar syariatnya agar ikhtiar kita berhasil dan tidak sesat.

Jangan pernah merasa ragu dan lelah dalam berikhtiar dan berdoa kepada Allah SWT. Allah selalu menyaksikan setiap episode yang kita lalui. Allah tahu apa yang kita minta, Allah tahu apa yang kita inginkan, Allah tahu apa yang kita harapkan. Maka hal terbaik yang seharusnya kita minta dari Allah adalah agar Allah memberikan jawaban yang terbaik menurut Allah, bukan menurut kita.
 

Tawakal..

Beliau ini masih muda, secara duniawi sangat beruntung. Karirnya sebagai petinggi di Bank ternama di kota tercinta. Tetapi galau dan resah malah menyelimuti, dikarenakan sakit penyakit dalam yang tak kunjung sembuh. Suatu saat beliau menceritakan semuanya ke seorang ustadz, ternyata setelah diteliti dari dialog yang dilakukan adalah kurangnya sikap Tawakkal. Usaha berobat kesana kemari dengan obat dan dokter terbaik belumlah cukup menyembuhkan sesuai yang diidamkan. Perlu sifat tawakal total, menyerahkan secara ikhlas betul  untuk ‘diselesaikan’ Allah swt. Dengan itu maka hati akan menjadi tentram dan sabar (membantu penyembuhan). Sakit terkadang tidak harus langsung sembuh, bisa jadi itu adalah sarana pencucian dosa (kaffarat) dan sebagai ujian untuk mendapatkan nikmat selanjutnya dari Allah SWT. Andai itu sebagai pencuci dosa, alangkah beruntungnya karena Allah masih mencintai hamba ini dengan memberikan kesempatan menjadi bersih. 

Terkadang orang menyangka bahwa makna tawakal itu meninggalkan usaha dengan badan, meninggalkan pengaturan dengan hati dan jatuh di atas bumi bagaikan daging di atas landasan tempat memotong daging. Lihatlah daging di atas dapur tempat pemotongan itu! Bukanlah seperti ini seharusnya seorang muslim bertawakal, yaitu seperti daging yang tergeletak, tak ada usaha sama sekali. Ini adalah sangkaan orang-orang yang bodoh.



Firman Allah : ” Wa tawakkal ‘Alallahi wakafaa billahi wakilla ” (Dan bertawakallah kepada Allah dan cukup Allah sebagai pemelihara segala urusan) A.Q.S. 3:3.


Sabda Rasulullah : ” Ikatlah untamu dan bertawakallah ” ( R. Ibnu Hibban ).

Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Contohnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan ujian. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, “Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban.”

Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakal?! Semoga pembahasan kali ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakal yang sebenarnya dan apa saja faedah dari tawakal tersebut.

Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Contohnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan ujian. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, “Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban.”

Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakal?! Semoga pembahasan kali ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakal yang sebenarnya dan apa saja faedah dari tawakal tersebut.

Sebagian orang menganggap bahwa tawakal adalah sikap pasrah tanpa melakukan usaha sama sekali. Contohnya dapat kita lihat pada sebagian pelajar yang keesokan harinya akan melaksanakan ujian. Pada malam harinya, sebagian dari mereka tidak sibuk untuk menyiapkan diri untuk menghadapi ujian besok namun malah sibuk dengan main game atau hal yang tidak bermanfaat lainnya. Lalu mereka mengatakan, “Saya pasrah saja, paling besok ada keajaiban.”

Apakah semacam ini benar-benar disebut tawakal?! Semoga pembahasan kali ini dapat menjelaskan pada pembaca sekalian mengenai tawakal yang sebenarnya dan apa saja faedah dari tawakal tersebut.
Itulah sebagian hikmah dari cerita diatas.

حَدَّثَنَا أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ حَدَّثَنَا حَيْوَةُ أَخْبَرَنِي بَكْرُ بْنُ عَمْرٍو أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ هُبَيْرَةَ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الْجَيْشَانِيَّ يَقُولُ سَمِعَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ إِنَّهُ سَمِعَ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Dari Umar bin Khattab ra berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Sekiranya kalian BENAR-BENAR TAWAKAL kepada Allah SWT dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi RIZKI (oleh Allah SWT), sebagaimana seekor burung diberi rizki; dimana ia pergi pada pagi hari dalam keadaan LAPAR, dan pulang di sore hari dalam keadaan KENYANG (HR. Ahmad, Turmudzi dan Ibnu Majah).

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya HANYA kepada Allah SWT.

Tawakal merupakan perpaduan yang indah antara kepasrahan diri dengan ikhtiar/usaha yang optimal. Setelah kita ikhitiar dengan optimal, maka seharusnya kita bertawakal atas segala hasil yang kita kan dapatkan. Manusia hanya dituntut berusaha,bekerja atau berproses sedangkan hasil sesuai sunnatullah dan ketentuan Allah berlaku.

Dalam riwayat Imam Al-Qudha’i disebutkan bahwa Amr bin Umayah Radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah!, Apakah aku ikat dahulu unta (tunggangan)-ku lalu aku bertawakkal kepada Allah, atau aku lepaskan begitu saja lalu aku bertawakkal? ‘Beliau menjawab, ‘Ikatlah kendaraan (unta)-mu lalu bertawakkallah”. (Musnad Asy-Syihab, Qayyidha wa Tawakkal, no. 633, 1/368)
Tawakal bukan perkara mudah, tidak hanya perbuatan bibir saja tetapi ini Amalan Hati. Ciri orang yang benar-benar bertawakal adalah :

  1. Selalu ingat Allah (berdoa) sebelum dan sesudah berusaha/ihtiar.
  2. Meraih hasil dengan usaha yang benar dan jujur.
  3. Setuju dengan apapun hasil yang didapat (baca : bersyukur).
  4. Selalu introspeksi (musabah), menjauh dari sikap menyalahkan orang lain atau bahkan berprasangka buruk kepada Allah sang penentu hasil.
Sobat, dibawah ini adalah beberapa langkah-langkah dalam bertawakal dengan sebenar-benarnya.

Harapan Keyakinan itu HANYA pada Allah.
Mengantungkan harapan hanya kepada Allah semata, dengan mengikhlaskan/meluruskan niat amalan hanya kepada Dzat yang maha menepati harapan. Dan tempat dari point pertama ini berada di awal perbuatan, selama perbuatan, dan pada akhir segala perbuatan.
The higher your expectation is, the more pain you’ll get“, semakin besar rasa pengharapanmu, maka akan semakin besar pula rasa sakit yang akan kau dapat. Dan jika kita menggantungkan pengharapan kepada mahluk yang bernama manusia, maka bersiap-siaplah untuk mengalami rasa kecewa, sebab manusia adalah tempatnya khilaf/salah.

اللَّهُ الصَّمَدُ. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. (QS. Al Ikhlas: 2)

Berjanji untuk selalu BERSYUKUR
Kita memang tidak pernah bisa mendapatkan setiap hal yang kita inginkan, namun kita akan selalu bisa mensyukuri setiap hal yang kita dapatkan. Dengan bersyukur, kita telah menjadi pribadi yang bermental positif, karena yakin bahwa Allah pasti memberi hal yang terbaik. Bukankah Allah teramat sayang kepada hamba-hamba-Nya.? Dan bukankah ia pasti kan memberikan segala yang terbaik untuk hamba-hamba-Nya.? Dan bukankah kita yakin bahwa Allah maha menepati janji.?

Dengan bersyukur, kita bisa melihat kebaikan dari segala sesuatu. Karena bisa jadi, hal yang menurut kita mengecewakan merupakan suatu hal yang terbaik untuk kita. Dan belum tentu, apa yang kita harapkan, merupakan hal yang baik bagi kita. Allah Maha Mengetahui yang terbaik bagi hamba-Nya.

Berlaku selalu SABAR
Jika hal yang menimpa diri kita berupa musibah kesusahan yang akhirnya akan menggoreskan kekecewaan dalam diri, maka sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk bersabar.

عَنْ صُهَيْبِ الرُّوْمِيِّ رض قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص: عَجَبًا ِلاَمْرِ اْلمُؤْمِنِ، اِنَّ اَمْرَهُ لَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَ لَيْسَ ذلِكَ ِلاَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ. اِنْ اَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. وَ اِنْ اَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ. مسلم

Dari Shuhaib Ar-Rumiy RA, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh mengagumkan urusannya orang mukmin itu, semua urusannya menjadi kebaikan untuknya, dan tidak didapati yang demikian itu kecuali pada orang mukmin. Apabila dia mendapatkan kesenangan dia bersyukur, maka yang demikian itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila dia ditimpa kesusahan ia bershabar, maka yang demikian itu pun menjadi kebaikan baginya”. [HR. Muslim].

Sabar bukan berarti hal yang pasif saja, sabar juga bersifat proaktif. Karena sabar terdiri dari tiga hal, sabar dalam menghadapi MUSIBAH, sabar dalam mengerjakan KEBAIKAN, dan sabar dalam menahan diri dari mengerjakan perbuatan MAKSIYAT. Jangan pernah menangisi nasi yang telah menjadi bubur, namun berilah ia bumbu, kecap, kacang, dan kerupuk, agar bisa menjadi bubur yang lezat. Dan sungguh, kesabaran hanya akan menambahkan pahala kebaikan pada diri kita.

”Seorang hamba yang ditimpa musibah, lalu mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, llahumma’jurni fi mushibati wa ahlif li khairan minha (sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nyalah kita dikembalikan. Ya Allah, berilah aku ganjaran dalam musibahku ini dan berilah ganti kepadaku dengan yang lebih baik darinya), niscaya Allah akan memberi ganjaran padanya dalam musibahnya dan akan menggantikan dengan yang lebih baik darinya.” (HR Muslim).

Selalu Mengadakan Perbaikan (Muhasabah)
Manusia adalah ciptaan Allah paling sempurna dari makhluk lain. Tetapi manusia juga ditakdirkan berpotensi melakukan kesalahan. Baik karena ketidaktahuan atau dosa kesengajaan. Seorang Muslim yang bertaqwa akan selalu introspeksi yang intinya adalah mengganti keburukan yang telah lampau dan menambah kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.Al-Hasyr [59]:18).

Allah berikan nikmat tidak sesuai harapan, bisa jadi karena kurang maksimal dalam usaha atau sebagai bentuk ujian peringatan Allah. Allah berikan nikmat yang sesuai harapan atau berlebih, maka Allah menunggu apa yang akan dilakukan dengan hasil itu.


Makna Dan Hakekat Tawakal

Dari segi bahasa, tawakal berasal dari kata ‘tawakala’ yang memiliki arti; menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. (Munawir, 1984 : 1687). Seseorang yang bertawakal adalah seseorang yang menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan segala urusannya hanya kepada Allah SWT.

Sedangkan dari segi istilahnya, tawakal didefinisikan oleh beberapa ulama salaf, yang sesungguhnya memiliki muara yang sama. Diantara definisi mereka adalah:

  • Menurut Imam Ahmad bin Hambal.

Tawakal merupakan aktivias hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis Salikin, tt : 337)

  • Ibnu Qoyim al-Jauzi

“Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya…, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ (baca ; faktor-faktor yang mengarakhkannya pada sesuatu yang dicarinya) serta usaha keras untuk dapat memperolehnya.” (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat wal Ahya’ bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)

Sebagian ulama salafuna shaleh lainnya memberikan komentar beragam mengenai pernak pernik takawal, diantaranya adalah ungkapan : Jika dikatakan bahwa Dinul Islam secara umum meliputi dua aspek; yaitu al-isti’anah (meminta pertolongan Allah) dan al-inabah (taubat kepada Allah), maka tawakal merupakan setengah dari komponen Dinul Islam. Karena tawakal merupakan repleksi dari al-isti’anah (meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT) : Seseorang yang hanya meminta pertolongan dan perlindungan kepada Allah, menyandarkan dirinya hanya kepada-Nya, maka pada hakekatnya ia bertawakal kepada Allah.

Salafus saleh lainnya, Sahl bin Abdillah al-Tasattiri juga mengemukakan bahwa ‘ilmu merupakan jalan menuju penghambaan kepada Allah. Penghambaan merupakan jalan menuju kewara’an (sifat menjauhkan diri dari segala kemaksiatan). Kewaraan merupakan jalan mmenuju pada kezuhudan. Dan kezuhudan merupakan jalan menuju pada ketawakalan. (Al-Jauzi, tt : 336)

Tawakal merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam. Oleh karena itulah, kita dapat melihat, banyak sekali ayat-ayat ataupun hadits-hadits yang memiliki muatan mengenai tawakal kepada Allah SWT. Demikian juga para salafus shaleh, juga sangat memperhatikan masalah ini. Sehingga mereka memiliki ungkapan-ungkapan khusus mengenai tawakal.

Derajat Tawakal

Tawakal merupakan gabungan berbagai unsur yang menjadi satu, dimana tawakal tidak dapat terealisasikan tanpa adanya unsur-unsur tersebut. Unsur-unsur ini juga merupakan derajat dari tawakal itu sendiri:

  • (معرفة بالرب وصفاته)

Derajat pertama dari tawakal adalah : Ma’rifat kepada Allah SWT dengan segala sifat-sifat-Nya minimal meliputi tentang kekuasaan-Nya keagungan-Nya, keluasan ilmu-Nya, keluasan kekayaan-Nya, bahwa segala urusan akan kembali pada-Nya, dan segala sesuatu terjadi karena kehendak-Nya, dsb.

  • (إثبات في الأسباب والمسببات)

Derajat tawakal yang kedua adalah : Memiliki keyakinan akan keharusan melakukan usaha. Karena siapa yang menafikan keharusan adanya usaha, maka tawakalnya tidak benar sama sekali. Seperti seseorang yang ingin pergi haji, kemudian dia hanya duduk di rumahnya, maka sampai kapanpun ia tidak akan pernah sampai ke Mekah. Namun hendaknya ia memulai dengan menabung, kemudian pergi kesana denan kendaraan yang dapat menyampaikannya ke tujuannya tersebut.

  • (رسوخ القلب في مقام توحيد التوكل)

Derajat Tawakal yang ketiga adalah : Adanya ketetapan hati dalam mentauhidkan (mengesakan) Dzat yang ditawakali, yaitu Allah SWT. Karena tawakal memang harus disertai dengan keyakinan akan ketauhidan Allah. Jika hati memiliki ikatan kesyirikan-kesyirikan dengan sesuatu selain Allah, maka batallah ketawakalannya.

  • (اعتماد القلب على الله، واستناده إليه، وسكونه إليه)

Derajat tawakal yang keempat adalah : Menyandarkan hati sepenuhnya hanya kepada Allah SWT, dan menjadikan situasi bahwa hati yang tenang hanyalah ketika mengingatkan diri kepada-Nya. Hal ini seperti kondisi seorang bayi, yang hanya bisa tenang dan tentram bila berada di susuan ibunya. Demikian juga seorang hamba yang bertawakal, dia hanya akan bisa tenang dan tentram jika berada di ‘susuan’ Allah SWT.

  • (حسن الظن بالله عز وجل)

Derajat tawakal yang kelimana adalah : Husnudzan (baca ; berbaik sangka) terhadap Allah SWT. Karena tidak mungkin seseorang bertawakal terhadap sesuatu yang dia bersu’udzan kepadanya. Tawakal hanya dapat dilakukan terhadap sesuatu yang dihusndzani dan yang diharapkannya.

  • (استسلام القلب له)

Derajat Tawakal yang keeman adalah : Memasrahkan jiwa sepenuhya hanya kepada Allah SWT. Karena orang yang bertawakal harus sepenuh hatinya menyerahkan segala sesuatu terhadap yang ditawakali. Tawakal tidak akan mungkin terjadi, jika tidak dengan sepenuh hati memasrahkan hatinya kepada Allah.

  • (التفويض)

Derajat tawakal yang ketujuh yaitu : Menyerahkan, mewakilkan, mengharapkan, dan memasrahkan segala sesuatu hanya kepada Allah SWT. Dan hal inilah yang merupakan hakekat dari tawakal. Allah SWT berfirman: (QS. 40 : 44)

وَأُفَوِّضُ أَمْرِي إِلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بَصِيرٌ بِالْعِبَادِ
Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya".

Seorang hamba yang menyerahkan segala urusannya kepada Allah, maka ia tidak akan berbuat melainkan dengan perbuatan yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena dia yakin, bahwa Allah tidak akan menetapkan sesuatu kecuali yang terbaik bagi dirinya baik di dunia maupun di akhirat.

Tawakal Dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini. Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan kata yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari CD ROM Al-Qur’an, kita mendapatkan bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh Allah dalam Al-Qur’an. Jika disimpulkan ayat-ayat tersebut mencakup tema berikut:
  • Tawakal merupakan perintah Allah SWT.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 8 : 61)

وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. “Dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”. Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,
  • Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah sebagai penolong)
Allah berfirman (QS. 17:2)

وَآتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَجَعَلْنَاهُ هُدًى لِبَنِي إِسْرَائِيلَ أَلاَّ تَتَّخِذُوا مِنْ دُونِي ‎وَكِيلاً

Dan Kami berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu mengambil penolong selain Aku,
  • Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.
Allah berfirman (QS. 3 : 122) : وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ. Dan hanya kepada Allahlah, hendaknya orang-orang mu’min bertawakal.

Lihat juga QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.
  • Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/ ambisi positif yang kuat). Allah berfirman (QS. 3 : 159)
فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
  • Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal (pelindung). Allah berfirman (QS. 3: 173)
وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ. “Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung."
Lihat juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.
  • Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari Allah. Allah berfirman (QS. 8 : 49):
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ. "Barangsiapa yang tawakkal kepada Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". Lihat juga QS.17:65.

  • Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga). Allah berfirman (QS. 16: 41-42):

وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَلأَجْرُ الآخِرَةِ أَكْبَرُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ* 
الَّذِينَ صَبَرُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka bertawakkal. Lihat juga QS.29:58-59.

  • Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya. Allah berfirman (QS. 65:3):
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Tawakal Dalam Hadits

Selain dalam Al-Qur’an, dalam hadits pun, tawakal memiliki porsi yang sangat banyak. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 11 hadits. Sedangkan pelacakan melalui CD ROM, kita mendapatkan terdapat sekitar 900 an hadits yang terdapat kata yang berasal dari kata tawakal. (Dari 9 kitab hadits induk, yaitu Shahih Bukhari, Muslim, Sunan Abu Daud, Timidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, Addarimi, Muwatha’ Malik dan Musnad Imam Ahmad bin Hambal.) Sebelas hadits yang dicantumkan Imam Nawawi dalam Riyadus Shalihin, telah mencakup sebagaian besar hadits-hadits tentang tawakal. Dari hadits-hadits tentang tawakal ini, kita dapat menyimpulkan beberpa poin :
  • Orang yang bertawakal hanya kepada Allah, akan masuk ke dalam surga tanpa hisab.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عُرِضَتْ عَلَيَّ الأُمَمُ فَرَأَيْتُ النَّبِيَّ وَمَعَهُ الرُّهَيْطُ وَالنَّبِيَّ وَمَعَهُ الرَّجُلُ وَالرَّجُلاَنِ وَالنَّبِيَّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ إِذْ رُفِعَ لِي سَوَادٌ عَظِيمٌ فَظَنَنْتُ أَنَّهُمْ أُمَّتِي فَقِيلَ لِي هَذَا مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَوْمُهُ وَلَكِنْ انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ فَنَظَرْتُ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي انْظُرْ إِلَى الأُفُقِ الآخَرِ فَإِذَا سَوَادٌ عَظِيمٌ فَقِيلَ لِي هَذِهِ أُمَّتُكَ وَمَعَهُمْ سَبْعُونَ أَلْفًا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ ثُمَّ نَهَضَ فَدَخَلَ مَنْزِلَهُ فَخَاضَ النَّاسُ فِي أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ فَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ صَحِبُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ فَلَعَلَّهُمْ الَّذِينَ وُلِدُوا فِي الإِسْلاَمِ وَلَمْ يُشْرِكُوا بِاللَّهِ وَذَكَرُوا أَشْيَاءَ فَخَرَجَ عَلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ مَا الَّذِي تَخُوضُونَ فِيهِ فَأَخْبَرُوهُ فَقَالَ هُمْ الَّذِينَ لاَ يَرْقُونَ وَلاَ يَسْتَرْقُونَ وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ فَقَامَ عُكَّاشَةُ بْنُ مِحْصَنٍ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ أَنْتَ مِنْهُمْ ثُمَّ قَامَ رَجُلٌ آخَرُ فَقَالَ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مِنْهُمْ فَقَالَ سَبَقَكَ بِهَا عُكَّاشَةُ (رواه مسلم)

Dari Abdullah bin Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda: Telah ditunjukkan kepadaku keadaan umat yang dahulu, hingga saya melihat seorang nabi dengan rombongan yang kecil, dan ada nabi yang mempunyai penigkut satu dua orang, bahkan ada nabi yang tiada pengikutnya. Mendadak telihat padaku rombongan yang besar (yang banyak sekali), saya kira itu adalah umatku, namun diberitahukan kepadaku bahwa itu adalah nabi Musa as beserta kaumnya. Kemudian dikatakan kepadaku, lihatlah ke ufuk kanan dan kirimu, tiba-tiba di sana saya melihat rombongan yang besar sekali. Lalu dikatakan kepadaku, Itulah umatmu, dan di samping mereka ada tujuh puluh ribu yang masuk surga tanpa perhingungan (hisab). Setelah itu nabi bangun dan masuk ke rumahnya, sehingga orang-orang banyak yang membicarakan mengenai orang-orang yang masuk surga tanpa hisab itu. Ada yang berpendapat; mungkin mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW. Ada pula yang berpendapat, mungkin mereka yang lahir dalam Islam dan tidak pernah mempersekutukan Allah, dan ada juga pendapt-pendapat lain yang mereka sebut. Kemudian Rasulullah SAW keluar menemui mereka dan bertanya, ‘apakah yang sedang kalian bicarakan?’. Mereka memberiktahukan segala pembicaraan mereka. Beliau bersabda, ‘ Mereka tidak pernah menjampi atau dijampikan dan tidak suka menebak nasib dengan perantaraan burung, dan hanya kepada Rab nya lah, mereka bertawakal.” Lalu bangunlah Ukasyah bin Mihshan dan berkata, ‘Ya Rasulullah SAW doakanlah aku supaya masuk dalam golongan mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau termasuk golongan mereka.’ Kemudian berdiri pula orang lain, dan berkata, ‘doakan saja juga supaya Allah menjadikan saya salah satu dari mereka.’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Engkau telah didahului oleh Ukasyah.” (HR. Bukhari & Muslim).
  • Tawakal merupakan sunnah Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW sendiri senantiasa menggantungkan tawakalnya kepada Allah SWT. Salah satu contohnya adalah bahwa beliau selalu mengucapkan doa-doa mengenai ketawakalan dirinya kepada Allah SWT:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِي أَنْتَ الْحَيُّ الَّذِي لاَ يَمُوتُ وَالْجِنُّ وَالإِنْسُ يَمُوتُونَ (رواه مسلم)

Dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW senantiasa berdoa, ‘Ya Allah hanya kepada-Mu lah aku menyerahkan diri, hanya kepada-Mu lah aku beriman, hanya kepada-M ulah aku bertawakal, hanya kepada-Mu lah aku bertaubat, hanya karena-Mu lah aku (melawan musuh-musuh-Mu). Ya Allah aku berlindung dengan kemulyaan-Mu di mana tiada tuhan selain Engkau janganlah Engkau menyesatkanku. Engkau Maha Hidup dan tidak pernah mati, sendangkan jin dan manusia mati. (HR. Muslim)
  • Allah merupakan sebaik-baik tempat untuk bertawakal.
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda :

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ قَالُوا إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (رواه البخاري)

Dari Ibnu Abbas ra, “Hasbunallah wani’mal Wakil’ kalimat yang dibaca oleh Nabi Ibrahim as ketika dilempar ke dalam api, dan juga telah dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika diprovokasi oleh orang kafir, supaya takut kepada mereka ; ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan segala kekuatannya untuk menghancurkan kalian, maka takutlah kamu dan janganlah melawan, tapi orang-orang beriman bertambah imannya dan membaca, Hasbunallah wa ni’mal Wakil (cukuplah Allah yang mencukupi kami dan cukuplah Allah sebagai tempat kami bertawakal.” (HR. Bukhari)
  • Tawakal akan mendatangkan nasrullah.
Sebagaimana yang terdapat dalam hadits no 5, dalam kitab Riyadhus Shalihin. Dimana dikisahkan pada saat perang Dzatur riqa’, ketika Rasulullah SAW sedang beristirahat di bawah sebuah pohon, sedangkan pedang beliau tergantung di pohon. Ketika tiba-tiba datang seorang musyrikin yang mengambil pedang beliau sambil berkata, siapa yang dapat melindungimu dariku?. Namun dengan sangat tenang Rasulullah SAW menjawab Allah. Setelah tiga kali bertanya, tiba-tiba pedang yang dipegangnya jatuh. Lalu Rasulullah SAW mengambil pedang tersebut seraya bertanya, sekarang siapakah yang dapat melindungimu dari ku?
  • Tawakal yang benar tidak akan menjadikan seseorang kelaparan.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:

عَنْ عَمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُوْنَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوْحُ بِطَانًا (رواه الترمذي)

Dari Umar ra, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,’sekiranya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, pastilah Allah akan memberikan rizki kepada kalian sebagaimana Allah memberi rizki pada seekor burung. Pergi pagi hari dalam keadaan perut kosong, dan pulang sore hari dalam keadaan perut kenyang. (HR. Tirmidzi)
  • Tawakal adalah setelah usaha.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

عَنْ أَنَسِ بْنَ مَالِكٍ يَقُولُ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ (رواه الترمذي)

Dari Anas bin Malik ra, ada seseorang berkata kepada Rasulullah SAW. ‘Wahai Rasulullah SAW, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal, atau aku lepas ia dan aku bertawakal?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah.” (HR. Tirmidzi)

Penutup

Tawakal yang merupakan perintah Allah dan sunnah Rasulullah SAW, jika dilakukan dengan baik dan benar, insya Allah tidak akan menjadikan seorang hamba menjadi hina dan tidak memiliki apa-apa. Karena tawakal tidak identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Namun tawakal harus terlebih dahulu didahului dengan adanya usaha yang maksiman. Hilangnya usaha, berarti hilanglah hakekat dari tawakal itu.

Oleh kerananya, marilah kita meningkatkan rasa tawakal kita kepada Allah, dengan memperbanyak unsur-unsur yang merupakan derajat dalam ketawkalan ke dalam diri kita. Sehingga kitapun dapat masuk ke dalam surga Allah tanpa adanya hisab, sebagaimana yang dikisahkan dalam hadits di atas.