Sabtu, 02 Februari 2013

Cinta Ayah Bunda kepada Anaknya

Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah. Begitu bunyi ungkapan yang menggambarkan betapa besar kasih sayang orang tua kepada anak-anaknya. Demikianlah realitanya. Betapapun besarnya balas budi seorang anak, ia tidak akan mampu menyamai apa yang telah diberikan orang tua kepadanya. Sudah sepantasnya seorang anak berbuat baik dan menaati perintah orang tua, selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan.

Di masa-masa terakhir ini, kita dihadapkan pada fenomena pudarnya hukum syariat di tengah-tengah kehidupan keluarga. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari tingginya frekuensi media dalam menampilkan potret kekejian dan kekotoran dalam keluarga.


Seorang bapak dengan tega mencabut keperawanan anak sendiri. Sampai karena takut dan malu, dengan tidak ada rasa sayang, dia pun merenggut nyawa anaknya itu. Sebuah lambang kebuasan hidup dan malapetaka yang dahsyat.
Di tempat lain, seorang anak tega menzinai ibu sendiri. Kemudian dengan tiada rasa takut, menumpahkan darah sang ibu yang telah mengandung dan menyapihnya dengan segala penderitaan.
Semua fakta ini menunjukkan merajalelanya penyakit jahil (kebodohan) di kalangan umat tentang agamanya. Kini, seakan-akan tidak ada lagi yang namanya kasih sayang dalam keluarga. Akibat lebih jauh, rantai pendidikan generasi-generasi Islam pun terancam putus.
Akankah semua itu berakhir? Akankah syariat Allah menyentuh qalbu para orang tua yang jahat dan menyentuh qalbu anak-anak yang durhaka? Mengapa orang tua buas terhadap anak sendiri dan anak tega kepada kedua orang tuanya sendiri?

Jasamu Wahai Ayah Ibu
Tanpa sadar, air mata akan menetes manakala melihat seorang ibu yang telah renta mengais rezeki dengan cucuran keringat dan beban berat di pundaknya. Semua itu dilakukan demi sesuap nasi untuk kelangsungan hidup anak dan keluarganya. Di manakah suaminya? Dan apa yang sedang dilakukannya.?
Di sebuah pematang sawah di belahan lain, sepasang orang tua harus diterpa panas matahari menyengat di sekujur tubuhnya, bergulat dengan lumpur yang menguras tenaga. Semuanya dilakukan demi menghidupi diri dan keluarganya. Bukankah yang demikian itu merupakan wujud tanggung jawab dan kasih sayang terhadap diri dan anak-anaknya? Dan jauh sebelum itu, ibu kita telah berkorban dengan pengorbanan yang sekiranya kita bayar dengan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sanggup kita untuk menukarnya.
Allah menjelaskan dalam firman-Nya:

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Dan kepada-Ku lah kembalimu.” (Luqman: 14)

Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya (4/538) mengatakan: “Allah mengingatkan tentang pengorbanan seorang ibu dan rasa lelah dan berat dengan siap berjaga di malam hari dan siang hari,  agar sang anak itu mengingat kebaikan ibunya yang telah dikorbankannya.”.

As-Sa’di t dalam Tafsir-nya mengatakan: “Kelemahan demi  kelemahan, hal ini terus menerus menyertai seorang ibu mulai dia menjadi setetes air mani (yang dibuahi), mengidam, sakit, lemah, berat, berubah keadaannya, kemudian sakit ketika melahirkan dan ini yang paling dahsyat.”

Karena demikian tinggi pengorbanan kedua orang tua maka janganlah kamu menyombongkan diri di hadapan keduanya dan durhaka. Allah memerintahkan kepadamu agar kamu berterima kasih kepada keduanya.

“Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu.” (Luqman: 14)
Asy-Syaikh Salim Al-Hilali mengatakan: “Bagi orang yang menggali Al Qur’an, dia akan banyak menemukan bahwa Allah I menggandengkan perintah untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua. Hal yang demikian bisa ditelaah dari beberapa sisi:
  1. Allah sebagai pencipta dan pemberi rizki, maka Dialah satu-satuya Dzat yang harus disembah. Dan kedua orang tuamu yang menjadi  sebab adanya kamu, maka sangat pantas kamu berbuat baik kepada keduanya.
  2. Allah yang telah memberi kenikmatan dan keutamaan atas seluruh hamba sehingga Dia berhak untuk disyukuri. Adapun kedua orang tuamu, dialah yang mencari segala apa yang kamu butuhkan baik makanan, minuman, dan pakaian. Oleh karena itu, mereka berhak mendapatkan sikap syukur darimu.
  3. Allah yang telah memelihara dan mendidik hamba-hamba-Nya di atas jalan-Nya, maka Dia berhak untuk mendapatkan pengagungan dan kecintaan. Begitu pula kedua orang tua. Mereka telah memeliharamu sejak kecil, maka keduanya berhak mendapatkan penghormatan darimu, kelemahlembutan, kerendahan diri, beradab dengan ucapan dan perbuatan.” (Bahjatun Nazhirin, 1/391)


Dari Abu Hurairah z berkata:

“Datang seseorang kepada Rasulullah r lalu berkata: ‘Wahai Rasulullah , siapakah orang yang paling patut aku berbuat baik kepadanya?’ Rasulullah r bersabda: ‘Ibumu.’ Orang itu berkata: ‘Kemudian siapa?’ Rasulullah r bersabda: ‘Ibumu.’ Orang itu berkata: ‘Kemudian siapa?’ Rasulullah r berkata: ‘Ibumu.’ Orang itu berkata: ‘Kemudian siapa?’ Rasulullah r berkata: ‘Bapakmu’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:
“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku temani?” Rasulullah menjawab: “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian (keluargamu) yang paling dekat dan yang paling dekat.”.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah z bahwa Rasulullah r bersabda:
“Seorang anak tidak akan sanggup membalas jasa orang tuanya kecuali dia menjumpainya sebagai budak lalu dia membelinya dan memerdekakannya.” (HR. Muslim no. 1510)
Hadits ini menjelaskan betapa besar hak kedua orang tua di dalam Islam. (Bahjatun Nazhirin, 1/392)

Menaati Perintah Orang Tua
Dalam permasalahan ketaatan kepada orang tua, manusia terbagi menjadi tiga kelompok:
Pertama, menaati segala perintah kedua orang tua tanpa melihat perintah tersebut sesuai dengan syariat atau tidak. Hal ini termasuk dari ifrath (melampaui batas).
Kedua, tidak mau menaati perintah kedua orang tua walaupun perintah tersebut tidak dalam bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya. Sikap ini adalah tafrith (meremehkan).
Ketiga, menaati perintah keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syariat dan menolak perintah itu bila menyelisihi syariat.
Semuanya ini dapat kita lihat dalam kehidupan kaum muslimin sehari-hari. Lalu manakah sikap yang benar dalam menaati perintah kedua orang tua?
Adapun kelompok pertama yang menaati semua perintah orang tua baik perintah tersebut bermaksiat atau tidak, sangat bertentangan dengan apa yang disabdakan oleh Rasulullah r:

“Tidak ada ketaatan kepada seorang pun di dalam bermaksiat kepada Allah. Sesungguhnya ketaatan itu di dalam kebajikan.” (HR. Al-Bukhari no. 40 dan Muslim no. 39 dari shahabat ‘Ali bin Abi Thalib).

Abu ‘Amr Ad-Dani ‘Utsman bin Sa’id Al-Qurthubi berkata: “Tidak ada ketaatan kepada seorang makhluk pun di dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq. Tidak pula bernadzar dalam bermaksiat dan mensyaratkan dengan syarat yang mengandung maksiat. Ketaatan itu pada perkara yang baik.” (lihat Ar-Risalah Al-Wafiyah hal. 114)
Kelompok kedua yaitu yang tidak mau taat pada apa yang diperintahkan kedua orang tua baik dalam perkara yang diridhai oleh Allah ataupun tidak. Ini bertentangan dengan firman-Nya:

“Sungguh Rabb-mu telah memerintahkan agar kalian tidak menyembah selain kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (Al-Isra: 23)

“Katakan: Marilah kubacakan apa yang telah diharamkan kepada kalian oleh Rabb kalian yaitu janganlah kalian mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (Al-An’am: 151)
Juga sangat bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah r, di antaranya:
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud z, ia berkata:

“Aku bertanya kepada Rasulullah r: ‘Amalan apa yang paling dicintai oleh Allah?’ Beliau berkata: ‘Shalat pada waktunya.’ Aku berkata: ‘Kemudian apa?’ Beliau berkata: ‘Berbuat baik kepada kedua orang tua.’ Aku berkata: ‘Kemudian apa?’ Beliau berkata: ‘Jihad di jalan Allah’.” (HR. Al-Bukhari, 10/336 dan Muslim no. 85)
Kelompok ketiga menaati perintah kedua orangtua selama tidak bertentangan dengan syariat Allah dalam arti tidak dalam rangka bermaksiat. Inilah sikap yang benar sesuai dengan ayat-ayat dan hadits-hadits di atas. Tidak ifrath dan tidak pula tafrith.

Sehingga jika ada pertanyaan, bagaimana hukum menaati kedua orang tua? Maka jawabnya tidak spontan wajib. Namun membutuhkan rincian. Jika perintah tersebut tidak bertentangan dengan perintah Allah, maka wajib untuk menaatinya. Dan apabila perintah tersebut bertentangan dengannya, maka wajib untuk tidak taat kepada perintah keduanya. Dalilnya sebagaimana di atas.
Bagaimana bila orang tua melarang untuk menuntut ilmu agama?  Menuntut ilmu agama adalah wajib atas setiap orang. Rasulullah r bersabda:

“Menuntut ilmu adalah wajib atas setiap muslim.” (Shahih, HR. Al-Baihaqi dan lainnya dari Anas dan lainnya. Dishahihkan oleh Al-Albani, lihat Shahihul Jami’ no. 3913). Allah berfirman: “Berilmulah kamu tentang Laa Ilaha illallah.”
Kita tidak boleh menaati perintah orang tua apabila mereka memerintahkan untuk tidak menuntut ilmu karena termasuk bermaksiat kepada Allah. Rasulullah r bersabda: “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah akan tetapi ketaatan itu dalam kebajikan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Menjadi Orang Tua Yang Hangat

Mendidik anak menjadi keluarga yang berkualitas adalah bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih ketika menyadari bahwa yang kita didik dan persiapkan adalah calon-calon khalifah, pengatur dan pemelihara alam. “ sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah dimuka bumi…” ( Qur’an Surat Al-Baqarah: 30)

Sebagai individu pertama dan utama yang berinteraksi dan memenuhi segenap kebutuhan biologis anak, seringkali orangtua merasa bahwa menjadi ayah dan ibu adalah sesuatu yang alami, sebuah karunia atau “ gift” dimana keahlian menjadi orangtua terjadi begitu saja.

Keyakinan seprti ini menjadikan orangtua mereka berkuasa dan merasa memiliki anak yang masih lemah dan tidak berdaya.  Banyak terdengar oleh kita pelesehan dan penyiksaan yang dilakukan oleh orangtua atau orang dewasa lain dengan alas an beragam yang bermuara pada kurangnya menyadari bekal yang harus digali dan dipupuk sebagai orangtua dan pandangan bahwa anak adalah amanat Allah.

Bersikap hangat bagi orangtua sebenarnya merupakan sebagian dari naluri yang dianugerahi oleh Allah sebagai  bagianndari bekal alamiah yang diturunkan ketika seseorang mempunyai anak.dan sebagian lagi merupakan hasil dari proses belajar. Bersikap hangat menjadikan orangtua lebih mudah diterima dan didengar oleh anak dalam mendampingi mereka belajar nilai-nilai luhur dan moral keluarga.

Bersikap hangat tidak hanya berupa sentuhan fisik seperti ciuman, pelukan dan sebagainya, juga pujian yang tulus ketika anak melakukan prestasi apapun bentuknya, tatapan mata penuh perhatian ketika ingin didengar, juga berasa selalu “ ada” ketika ia membutuhkan. Menjadi orangtua yang hangat pada anak yang masih kecil, terasa mudah. Ciuman, pelukan, gendongan adalah sentuhan fisik yang kebanyakan diterima oleh seorang anak pada masa bayi dan kanak-kanak.

Dengan pertambahan usianya, anak tumbuh menjadi individu yang matang ( mature) secara fisik, emosional, moral, dan daya fikirnya.  Pada ketika itu orangtua seringkali lupa bahwa kehangatan tetap  diperlukan bagi pembentukan emosi dan moral pada usia ini hingga ia menjadi manusia dewasa kelak.

Oleh karena itu tetaplah menjadi orangtua yang hangat dan penuh kasih sayang berapapun usia anak anda. Perlakukan  mereka sebagai mana anda ingin diperlakukan oleh mereka. Belailah kepala dan rambutnya serta ungkapkan perasaan sayang dan bangga, sehingga mereka mengetahui bentuk dan besarnya cinta kasih itu.

Berkata-katalah dengan lemah lembut  dan tidak memaki, anak yang dicintai akan belajar menjadi individu yang mencintai orangtua dan orang sekitarnya. Hanya anak-anak yang diasuh dengan kehangatanlah  yang akan menjadi anak yang emosinya cerdas dan terpelihara.

Menurut Muhammad Suwaid dan Ummu Ihsan Chairriyah untuk menjadi orang tua yang hangat ada beberapa karakter sifat yang harus dimilikiorang tua diantaranya:
Merawat dan mendidik dengan penuh ketulusan dan niat ikhlas semata-mata mengharap keridhoan Allah. Karena anak merupakan amanat Allah yang perlu dijaga , dididik dan dipelihara sesuai dengan syari’at Allah dan Rhasul. Dengan ikhlas hati menjadi lapang dan tidak menjadi beban dalam mengasuh dan membesarkan anak.

Takwa
Menghiasi diri dengan sifat takwa karena orang tua adalah contoh dan panutan sekaligus penanggung jawab pertama dalam pendidikan anak berdasarkan iman dan islam. Orang tua yang bertakwa akan diberi pertolongan oleh Allah dari segala urusan yang ada.

Berilmu
Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang konsep-konsep dasar pendidikan dalam Islam. Mengetahui halal haram, prinsip-prinsip etika islam serta memahami secara global peraturan-peraturan dan kaidah-kaidah syariat Islam. Karena dengan mengetahui semua itu pendidik akan menjadi seorang alim yang bijak, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, mampu bersikap proporsional dalam memberi materi pendidikan, mendidik anak dengan pokok-pokok persyaratannya. Mendidik dan memperbaiki dengan berpijak pada dasar-dasar yang kokoh. Medidik dan mengarahkan anak didik dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Lemah lembut dan tidak kasar
Inilah salah satu sifat yang dicintai Allah dan disukai oleh manusia. Pada hakekatnya setiap jiwa menyukai kelembutan. Terlebih jiwa anak yang masih polos dan lugu. Setiap anak sangat merindukan sosok pendidik yang ramah dan lemah lembut. Sebaliknya jiwa si anak akan takut dengan karakter pendidik yang kasar dan kejam. Rasulullah adalah sosok pendidik yang penuh kelembutan. Sifat lemah lembut dalam mendidik anak akan mendatangkan banyak kebaikan. Sebaliknya sikap kasar akan membawa keburukan. Disamping itu, sikap kasar dapat meninggalkan trauma dan memori buruk dalam jiwa dan ingatan si anak.

“Sesungguhnya sifat lemah lembut itu tidaklah ada pada sesuatu kecuali ia akan menghiasinya. Dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut dari sesuatu kecuali akan menjadikannya buruk.” (HR Muslim)

Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anhu, bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Wahai ‘Aisyah bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Allah itu jika menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga, maka Allah menunjukkan mereka kepada sifat lemah lembut ini.” (HR Imam Ahmad)
Sifat lemah lembut ini akan membuat anak nyaman dan lebih mudah dalam menerima pengajaran. Dan secara tidak langsung sifat lemah lembut ini alan mewarnai karakter anak dan insya Allah sifat ini dengan sendirinya akan menurun kepadanya. Dan orang yang pertama kali akan merasakan kebaikannya adalah orang tuanya itu sendiri.

Membatasi diri dalam memberikan nasehat
Terlalu banyak berbicara seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sementara itu, membatasi diri dalam memberikan nasehat yang baik acapkali justru memberikan hasil yang diinginkan dengan ijin Allah. Diriwayatkan dari Abi Wa’il Syaqiq bin Salamah bahwa dia berkata: Adalah Ibnu Mas’ud memberikan pelajaran seminggu sekali setiap hari kamis. Lalu ada seseorang yang mengusulkan, “Wahai Abu ‘Abdirrahman (kunyah Ibnu Mas’ud)! Kami sebenarnya ingin jika engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari.” Dia menjawab, “Sesungguhnya yang menghalangiku untuk melakukannya adalah karena aku tidak suka bila melihat kalian bosan. Aku membatasi diri dalam memberikan petuah kepada kalian sebagaimana Rasulullah memberikan batasan dalam memberikan nasehat kepada kami karena khawatir bila hal itu membuat kami bosan.” (Muttafaqun’alaih)”


Baca juga artikel tentang "Cara Mendidik Anak Yang Benar, sesuai dengan Syariat Islam". DISINI.

Kecintaan Allah, Kepada Umat-Nya

Pada Artikel sebelumnya, Ayah_Alif telah menjelaskan tentang "Mencintai Adalah Keputusan, Bukan Keputus Asaan". Yang didalam menjelaskan tentang "Jika Allah Telah Mencintai Kita". Dan kali ini, akan dijelaskan tentang "Tanda2 Seorang Hamba Dicintai Allah".

Beruntunglah orang yang mendapat cinta Allah. Karena dia telah mendapat kebaikan dan cinta seluruh makhluk-Nya. Siapa yang mendapat cinta Allah berarti dibukakan kepadanya pintu pertolongan Allah. Cinta Allah pada hamba adalah nikmat terbesar dan anugerah paling berharga. 

Kecintaan Allah haruslah menjadi incaran setiap mukmin. Mereka berlomba untuk mendapatkannya. Apapun diusahakan untuk meraihnya. Karena mendapat kecintaan Allah merupakan derajat tertinggi. Dengannya kehidupan hikiki ada. Tanpanya, yang tinggal hanya kematian. Kecintaan Allah merupakan ruh iman dan amal shalih orang beriman. Dialah yang menumbuhkan manisnya iman dalam kalbu sehingga pemiliknya merasa nikmat untuk taat dan berzikir kepada-Nya. Maka kapan kecintaan kepada Allah itu hilang dari seseorang, ia tinggal pribadi yang berjasad tanpa ruh.


Kecintaan Allah memiliki beberapa tanda dan sebab. Di antara sebab-sebab tersebut adalah:

Pertama: Mengikuti petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ini merupakan sebab utama untuk mendapatkan kecintaan Rabb yang Maha Tinggi.  
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Ali Imran: 31).

Al-Imad Ibnul Katsir berkata, "Ayat yang mulia ini menghakimi atas setiap orang yang mengaku cinta kepada Allah sedangkan ia tidak berada di atas jalan hidup Nabi Muhammad, bahwa ia berdusta dalam pengakuannya pada saat itu juga. Sehingga ia mengikuti syariat Nabi Muhammad dan dien Nawabi (Islam yang beliau bawa) dalam semua perkataan dan perbuataannya. Sebagaimana yang tertera dalam Shahihain, dari Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda: "Siapa yang beramal dengan satu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak."

Al-Hasan al-Bashri dan ulama salaf lainnya telah berkata: Suatu kaum mengaku mencintai Allah, lalu Allah menguji mereka dengan ayat ini. lalu beliau membaca ayat di atas. Cinta kepada Allah tidak cukup hanya pengakuan. Tapi harus disertai pembuktian. Dan tanda bukti nyatanya adalah mengikuti utusan-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam semua keadaanya; baik dalam perkataan dan perbuatannya, dalam pokok agama dan cabangnya, dalam zahir dan batinnya. Maka siapa yang mengikuti Rasul itu menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak mengikuti Rasul, ia tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Karena kecintaan kepada Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. Jika hal itu tidak ditemukan pada seseorang, menunjukkan tidak adanya kecintaan kepada Allah dalam dirinya, ia dusta dalam pengakuannya.
. . . siapa yang mengikuti Rasul itu menunjukkan benarnya pengakuannya. Dan siapa yang tidak mengikuti Rasul, ia tidak cinta kepada Allah Ta'ala. Karena kecintaan kepada Allah mengharuskan untuk mengikuti utusan-Nya. . .
Kedua: Berlemah lembut kepada kaum mukminin, bersikap keras terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah, dan tidak takut kecuali hanya kepada-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menyebutkan sifat ini dalam satu ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ

"Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela." (QS. Al-Maidah: 54)

Dalam ayat ini Allah Ta'ala telah menyebutkan beberapa sifat kaum yang mendapatkan kecintaan Allah. Berada pada urutan pertamanya, tawadhu' dan tidak takabbur (sombong) terhadap kaum muslimin. Lalu mereka tegas terhadap orang kafir, tidak tunduk dan menghinakan diri di hadapan mereka. Mereka juga berjihad di jalan Allah; yakni jihad terhadap diri sendiri, syetan, orang-orang kafir, kaum munafikin dan orang-orang fasik. Mereka tidak takut terhadap celaan orang yang suka mencela; yakni apabila ia menjalankan perintah agamanya maka ia tidak mempedulikan terhadap orang yang menghina dan mencelanya.

Ketiga: menegakkan amalan-amalan sunnah sesudah yang fardhu. Sebagaimana yang terdapat dalam hadits Qudsi,

وما تَقَرَّب إليَّ عَبْدِي بشيءٍ أحَبَّ إليَّ مِمَّا افترضتُ عَليهِ ، ولا يَزالُ عَبْدِي يَتَقرَّبُ إليَّ بالنَّوافِلِ حتَّى أُحِبَّهُ

"Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada ia mengerjakan apa yang telah Aku wajibnya akepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku (setelah menjalankan yang wajib) dengan amal-amal sunnah sehingga Aku mencintainya." (HR. Al-Bukhari).

Bahwa siapa yang bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah dengan amalan fardhu lalu diikuti amalan sunnah, Allah akan mendekatkan ia kepada-Nya dan memenuhi hatinya dengan ma'rifah, pengagungan, cinta, rindu, takut dan harap kepada-Nya. Dan di antara macam amalan nafilah ini adalah shalat, sedekah, umrah, haji (selain haji pertama) dan puasa sunnah.

Keempat: Mencintai, mengungunjungi, menolong dan menasehati karena Allah. Amal-amal ini terkumpul dalam satu hadits qudsi,

حقَّت محبتي للمتحابين فيَّ ، وحقت محبتي للمتزاورين فيَّ ، وحقت محبتي للمتباذلين فيَّ ، وحقت محبتي للمتواصلين فيَّ

"Kecintaan-Ku untuk orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, Kecintaan-Ku untuk orang-orang yang saling mengunjungi karena-Ku, Kecintaan-Ku untuk orang-orang yang saling berkorban di jalan-Ku, Kecintaan-Ku diberikan untuk orang-orang yang saling menyambung kekerabatan karena-Ku." (HR. Ahmad dan Ibnu HIbban dalam al-Tanashuh. Syaikh Al-Albani menyahihkan hadits di atas dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, no. 3019, 3020, 3021).

Makna saling mengunjungi karena-Ku: kunjungan sebagian mereka kepada sebagian yang lain karena Allah dan berharap ridha-Nya karena adanya ikatan cinta karena Allah atau kerjasama untuk taat kepada-Nya. Sedangkan makan orang-orang yang saling berkorban di jalan-Ku: Mengorbankan diri mereka dalam keridhaan-Nya seperti bersepakat untuk berjihad melawan musuh Allah dan perintah-perintah-Nya yang lain serta memberikan hartanya kepada saudaranya jika ia sangat membutuhkannya." (Lihat: al-Muntaqa, Syarh al-Muwatha': 1779)

Kelima: Ujian Allah berupa musibah dan bencana.
Musibah dan bencana yang menimpa seorang mukmin bisa menjadi sebab datangnya kecintaan Allah dan menjadi bagian dari tanda cinta-Nya kepada hamba. Ia laksana obat, walaupun pahit ia akan meminumnya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dalam hadits Shahih disebutkan,

إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلَاءِ وَإِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ

"Sesungguhnya besarnya pahala sebanding dengan besarnya ujian. Dan sesungguhnya jika Allah mencintai suatu kaum pasti Dia menguji mereka. Maka siapa yang ridha (terhadapnya) maka baginya keridhaan Allah, dan siapa yang marah (terhadapnya) maka baginya kemurkaan Allah." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Pada dasarnya, datangnya musibah adalah baik untuk orang beriman. Karena musibah tersebut menjadi penghapus dosa dan kesalahannya di dunia. Sehingga di akhirat  sudah tidak ada dosa yang dipikulnya. Terlebih akan diangkat derajatnya dan diampuni dosa-dosanya malalui musibah tersebut.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada hamba-Nya maka Dia menyegerakan hukuman (dosanya) di dunia. Dan apabila Dia menghendaki keburukan (terhadap hamba-Nya) Dia tahan dosanya sehingga disempurnakan balasannya pada hari kiamat." (HR. al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). Para ulama menjelaskan, yang ditahan dosanya adalah orang munafik. Allah menahan dosanya di dunia untuk dibalas secara sempurna pada hari kiamat.

ﺇﺫﺍ ﺃﺣﺐَّ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻧﺎﺩﻯ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ‎ ‎ﻳﺤﺐ ﻓﻼﻧﺎً ﻓﺄﺣﺒﺒﻪ ﻓﻴﺤﺒﻪ ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻓﻴﻨﺎﺩﻱ‎ ‎ﺟﺒﺮﻳﻞ ﻓﻲ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺇﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺤﺐ‎ ‎ﻓﻼﻧﺎ ﻓﺄﺣﺒﻮﻩ ﻓﻴﺤﺒﻪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﺴﻤﺎﺀ ﺛﻢ‎ ‎ﻳﻮﺿﻊ ﻟﻪ ﺍﻟﻘﺒﻮﻝ ﻓﻲ ﺍﻷﺭﺽ “

“Kalau Allah mencintai seorang hamba, Jibril menyeru ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka Jibril mencintainya. Kemudian Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia. Maka penduduk langit mencintainya. Kemudian ditaruh baginya penerimaan di bumi.”


ﻓﻌَﻦْ ﺃَﺑِﻲ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﻗَﺎﻝَ : ﻗَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ‏‎ ‎ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ : ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻗَﺎﻝَ :‏‎ ‎ﻣَﻦْ ﻋَﺎﺩَﻯ ﻟِﻲ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺁﺫَﻧْﺘُﻪُ ﺑِﺎﻟْﺤَﺮْﺏِ‏‎ ‎ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮَّﺏَ ﺇِﻟَﻲَّ ﻋَﺒْﺪِﻱ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻲَّ‏‎ ‎ﻣِﻤَّﺎ ﺍﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﻋَﺒْﺪِﻱ‎ ‎ﻳَﺘَﻘَﺮَّﺏُ ﺇِﻟَﻲَّ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﺣِﺒَّﻪُ ﻓَﺈِﺫَﺍ‎ ‎ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻛُﻨْﺖُ ﺳَﻤْﻌَﻪُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳَﺴْﻤَﻊُ ﺑِﻪِ‏‎ ‎ﻭَﺑَﺼَﺮَﻩُ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﺒْﺼِﺮُ ﺑِﻪِ ﻭَﻳَﺪَﻩُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻳَﺒْﻄِﺶُ‏‎ ‎ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻳَﻤْﺸِﻲ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﺳَﺄَﻟَﻨِﻲ‎ ‎ﻷُﻋْﻄِﻴَﻨَّﻪُ ﻭَﻟَﺌِﻦْ ﺍﺳْﺘَﻌَﺎﺫَﻧِﻲ ﻷُﻋِﻴﺬَﻧَّﻪُ ﻭَﻣَﺎ‎ ‎ﺗَﺮَﺩَّﺩْﺕُ ﻋَﻦْ ﺷَﻲْﺀٍ ﺃَﻧَﺎ ﻓَﺎﻋِﻠُﻪُ ﺗَﺮَﺩُّﺩِﻱ ﻋَﻦْ‏‎ ‎ﻧَﻔْﺲِ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻦِ ﻳَﻜْﺮَﻩُ ﺍﻟْﻤَﻮْﺕَ ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻛْﺮَﻩُ‏‎ ‎ﻣَﺴَﺎﺀَﺗَﻪُ ” ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ 6502

“Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah sallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah berfirman,

‘Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku, maka Saya izinkan kepadanya untuk memeranginya. Dan apa yang (dipersembahkan) hambaKu dengan mendekatkan diri dengan sesuatu yang lebih Saya cintai dari apa yang Saya wajibkan kepadanya.

Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan (ibadah-ibadah) sunnah sampai Saya mencintainya. Kalau sudah Saya cintai, maka Saya (memberikan taufik) kepada pendengarannya yang digunakan untuk mendengar. Dan penglihatannya yang digunakan untuk melihat. Tangannya yang digunakan untuk memukul. Dan kakinya yang digunakan untuk berjalan. Kalau dia meminta kepadaKu, (pasti) akan Saya beri. Kalau dia meminta perlindungan kepadaKu, pasti akan Saya lindungi.

Dan Saya tidak mengakhirkan serta berhenti seperti berhenti keraguan dalam urusan Saya yang melakukannya kecuali ketika mencabut jiwa hambaKu orang mukmin, (Saya berhenti agar mudah dan hatinya condong untuk rindu menggapai jalan orang-orang yang mendekatkan diri di golongan orang-orang tinggi (kedudukannya). Dan Saya tidak ingin menyakitinya (dengan mencabut nyawanya agar mendapatkan rahmat dan pengampunan dan menikmati kenikmatan surga).” (HR. Bukhori, 6502)


. . . datangnya musibah adalah baik untuk orang berima . . .
Penutup
Memperoleh kecintaan Allah lebih penting daripada klaim cinta kepada-Nya. Karena tidak setiap orang yang mengaku cinta kepada-Nya bisa mendapatkan cinta-Nya. Walaupun kecintaan Allah tidak akan diberikan kecuali kepada siapa yang benar-benar mencintai-Nya. Di antara bukti cinta kepada-Nya adalah dengan senantiasa beribadah kepada-Nya dan mengikuti petunjuk utusan-Nya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, dalam setiap aktivitas, baik berkata atau berbuat.

Semoga Allah menjadikan kita dalam bagian orang-orang yang mendapatkan kecintaan-Nya, sehingga Dia senantiasa membimbing kita, mengabulkan doa kita, mengampuni dosa dan kesalahan kita, dan memasukkan kita ke dalam jannah-Nya. Amiin.

Mencintai Adalah Keputusan, Bukan Keputus Asaan

Pada pembahasan sebelumnya, Ayah_Alif telah menjelaskan tentang "CINTA" dan "CINTA SEJATI VERSI ISLAM". Untuk membahas CINTA, emang engga akan pernah habis n engga pernah membosankan. 

“Sebab cinta adalah kata lain dari memberi … sebab memberi adalah pekerjaan… sebab pekerjaan cinta dalam siklus memperhatikan, menumbuhkan, merawat dan melindungi itu berat… sebab pekerjaan itu harus ditunaikan dalam waktu lama… sebab pekerjaan dalam waktu lama hanya mungkin dilakukan oleh mereka yang memiliki kepribadian yang kuat dan tangguh… maka setiap orang hendaklah berhati-hati saat mengatakan, “Aku mencintaimu.” Kepada siapa pun!

”Sebuah rangkaian kata dari Anis Matta ini sungguh sangat menyentak dan seakan ada sesuatu yang sedang berperang di dalam Hati ini.

Memang benar bahwa ‘Mencintai itu sebuah Keputusan’. Sebab itu adalah keputusan besar. Ada taruhan kepribadian di situ, “Aku mencintaimu,” adalah ungkapan lain dari, “Aku akan memberimu sesuatu“ dan ini juga ungkapan lain dari “Aku akan memperhatikan dirimu dan semua situasimu untuk mengetahui apa yang kamu butuhkan untuk tumbuh menjadi lebih baik dan bahagia… aku akan memfasilitasi dirimu agar bisa tumbuh semaksimal mungkin… aku akan selalu ada untukmu… aku akan melindungi dirimu dari segala sesuatu yang dapat merusak dirimu… aku akan selalu membuatmu tersenyum indah… aku akan … aku akan… aku akan… dan aku akan…“ Jiwa dan raga ini sepenuhnya akan melakukan yang terbaik untuk dirimu dan kelak akan berjuang demi mendapatkan cinta dari Yang Memberi cinta kepada kita.


Keputusan untuk mencintai seseorang, taruhannya adalah kepercayaan orang yang kita cintai terhadap integritas kepribadian kita. Sekali kamu mengatakan “Aku mencintaimu!” kamu harus membuktikan ucapanmu itu. Itu adalah sebuah ungkapan jiwa bukan saja tentang rasa suka dan ketertarikan, tapi terutama tentang kemampuan kesiapan untuk memberi dan kesiapan untuk berkorban dan kesiapan untuk melakukan pekerjaan cinta: Memperhatikan, Merawat dan Melindungi.

Segala sesuatu tentang cinta pasti akan berujung pada pengorbanan apa yang akan kita berikan kepadanya. Namun terkadang ketika kita mencintai seseorang, lalu kita menggantungkan harapan kebahagiaan hidup dengan hidup bersamanya. Maka ketika dia menolak untuk hidup bersama, itu lantas menjadi sumber kesengsaraan. Kita menderita bukan karena kita mencintai. Tapi karena kita menggantungkan sumber kebahagiaan kita pada kenyataan bahwa orang lain tidak mencintai kita.

Mencintai adalah anugerah yang sungguh luar biasa. Kita tidak dapat hidup tanpa cinta. Matahari memberi sinar ke Bumi, itu adalah bukti nyata tentang cinta yang abadi. Jika Bumi kedinginan maka Matahari akan selalu memberi kehangatan di seluruh bagian-bagian Bumi, jika Bumi kekurangan air maka Matahari akan memberikan cahaya yang lebih untuknya supaya sekumpulan tetesan air–air dapat turun dari langit. Sebab itu adalah keputusan Matahari untuk mencintai Bumi, maka dia akan selalu melakukan pekerjaan–pekerjaan cinta dengan sepenuh hati.

Aura kehidupan yang dihiasi cinta akan seindah Bunga Lili yang menggambarkan tentang lambang Cinta Sejati. Cinta Sejati hanya dimiliki oleh orang yang memiliki kepribadian yang kuat dan tangguh. Hanya Allah saja yang tahu apa kita memang pantas memiliki cinta sejati itu. Cinta sejati itu hanya pantas kita tujukan kepada Allah. Dan tak ada seorang makhluk apapun yang dapat menggantikan-Nya untuk mendapatkan cinta sejati kita.

Memang benar. Semua yang berkaitan tentang cinta adalah rahasia… tapi tak ada keraguan dari kata “Cinta”, bahkan Adam AS tak pernah ragu meminta kepada Allah untuk menciptakan Hawa untuk menemani hidupnya. Itulah cinta. Cinta adalah hal yang pasti, walau susah untuk didefinisikan. Tapi setiap orang di dunia ini pasti memiliki cinta. Sebab itu adalah fitrah.

Jika Allah Telah Mencintai Kita


Tanda utama seorang hamba yang mencintai Allah adalah senantiasa mengikuti Rasul-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Karena siapa yang paling mengikuti utusan Allah maka ia akan menjadi orang yang paling taat kepada-Nya 'Azza wa Jalla. Karena Rasul Allah hanya memperintahkan untuk taat ibadah kepada-Nya. "Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah." (QS. Al-Nisa': 80)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."(QS. Ali Imran: 31)

Sahabat, mari kita bayangkan, betapa amat sangatnya Allah akan mencintai kita ketika kita mampu menjadi orang-orang tegar yang menjalani hidup, mampu mengeluarkan sisi-sisi terbaiknya walau di saat sempit, mampu tetap terbang meninggi melebihi langit di angkasa meski raga masih tertahan di bumi, mampu untuk tetap berdiri setegar karang meskipun ia seringkali dihempas ombak. 

Bayangkan kawan, bayangkan, betapa Allah amat sangat mencintai diri kita yang seperti itu, yang mempersembahkan seluruh kekuatan ini hanya untuk-Nya dan menghabiskan seluruh perjalanan hidupnya hanya untuk ketakwaan pada-Nya.

“(Tidak), hanya kepada-Nya kamu minta tolong. Jika Dia menghendaki, Dia hilangkan apa (bahaya) yang kamu mohonkan kepada-Nya, dan kamu tinggalkan apa yang kamu persekutukan (dengan Allah).” (QS. Al-An’am ayat 41)

Dan bukankah seluruh shalat kita, hidup kita, ibadah kita, dan mati kita hanya untuk-Nya? “Katakanlah (Muhammad), ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri (muslim)’.” (QS. Al-An’am ayat 162-163)

Jika Allah SWT sudah mencintai kita sepenuhnya, lantas apa sih yang akan kita cari lagi. ?
Dunia… digenggam
Kelapangan… diraih
Keridhaan… dicapai
Kesembuhan dari penyakit… dikabulkan
Banyak teman dan dicintai banyak orang… tidak salah lagi

“Milik-Nyalah kunci-kunci (perbendaharaan) langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, mereka itulah orang yang rugi.” (QS. Az-Zumar ayat 63) 

Maka percayalah sahabat, tiada yang lebih mulia daripada membuat Allah mencintai kita dengan mendatangkan ridha-Nya terus-menerus dalam perilaku diri kita.

Dan mari kita terus-menerus bayangkan. Ketika Allah sudah mencintai kita sedalam-dalamnya yang tiada bisa kita bayangkan, pastinya Allah akan memberi kita surga-Nya, bahkan mungkin surga Firdaus yang tiada bandingannya. Tempat di mana tak ada keletihan di sana, senda gurau yang tiada berguna, percakapan yang sia-sia, dan berbagai macam perhiasan dunia yang telah Allah berikan kepada kita saat ini.

Dan mari kita melangkah lebih jauh lagi, ketika di sana (surga) Allah menyingkap wajah-Nya yang menampakkan begitu besar keagungan-Nya dan keindahan-Nya (yang tidak mampu digambarkan bagaimana indahnya dan memang takkan pernah mampu), kita akan menjadi makhluk-Nya yang amat sangat beruntung. Betapa tidak??? Ya, karena semua yang ada di dunia ini pada hakikatnya tidak akan bisa mengalahkan keagungan zat-Nya.

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah sebagaimana mestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Mahasuci Dia dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar ayat 67)

Dan mari kita bayangkan sekali lagi, sekali lagi, dan berkali lipat lagi, bahwa kekayaan dan kesenangan di surga (surga dengan tingkatan yang paling rendah sekalipun) takkan sanggup tersaingi dan disaingi oleh dunia yang amat pendek waktu hidupnya, yang kecil jangkauannya, dan yang sangat kerdil kenikmatannya ini.
makanan
minuman
pasangan hidup dan orang tua
harta, warisan, dan jabatan
relasi, teman, sahabat
kesehatan
dan segala macam kemakmuran hidup lainnya

Mari kita lihat, sahabat, amatlah tidak bisa disandingkan kenikmatan-kenikmatan yang ada di dunia tersebut dengan kenikmatan yang ada di surga nanti. Anugerah yang akan dipersembahkan hanya untuk kita yang bertaqwa di jalan-Nya.

“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, ‘Tuhan kami adalah Allah,’ kemudian mereka tetap istiqamah, tidak ada rasa khawatir pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih hati. Mereka itulah para penghuni surga, kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Ahqaf ayat 13-14)

Dan juga untuk orang yang berusaha keras meraihnya
“Dan kemudian dikatakan kepada orang yang bertaqwa, ‘Apakah yang telah diturunkan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab, ‘Kebaikan’. Bagi orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (balasan) yang baik. Dan sesungguhnya negeri akhirat pasti lebih baik. Dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertaqwa, (yaitu) surga-surga ‘Adn yang mereka masuki, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam (surga) itu mereka mendapat segala apa yang diinginkan. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang yang ketika diwafatkan oleh para malaikat dalam keadaan baik, mereka (para malaikat) mengatakan (kepada mereka), ‘Salaamun’alaikum, masuklah ke dalam surga karena apa yang telah kamu kerjakan’.” (QS. An-Nahl ayat 30-32)

“Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar, (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, serta ampunan dan rahmat. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa ayat 95-96)

Maka jika Allah sudah mencintai kita sepenuhnya, apalagi yang kan kita cari? Lagi-lagi, kita tidak perlu bersusah payah menjemput dunia, tetapi dunialah yang akan menghampiri kita. Ya, karena amatlah mudah bagi Allah untuk membuat dunia tunduk kepada kita karena dunia selalu dalam genggaman-Nya dan senantiasa dalam kuasa-Nya. Allah-lah yang Mahakuasa menciptakan dan menyebabkan segala sesuatunya terjadi.

Oleh karena itu, betapa dahsyatnya kecintaan Allah kepada kita tatkala kita mempersembahkan diri kita untuk dakwah ini di sepanjang jalan ini, berupaya dengan keras agar seluruh hamba-Nya bertaqwa kepada-Nya, menjadi perantara atas masuknya hidayah Allah kepada berjuta-juta orang yang ada di dunia ini, dan menginfakkan seluruh rezeki kita di jalan-Nya, Allahu akbar!

Ya, karena manusia yang paling mulia di hadapan-Nya adalah orang yang bertaqwa. Lantas, bagaimanakah orang yang bertaqwa itu? Yaitu orang yang tidak hanya berjuang untuk men-takwakan dirinya (membuat dirinya bertaqwa), tetapi juga membuat diri semua orang bertaqwa kepada-Nya, mencintai-Nya, dan orang-orang yang tidak hanya berhenti memikirkan bagaimana ia dicintai Allah, tetapi juga ia senantiasa berpikir agar bagaimana Allah bisa meridhai seluruh hamba-Nya yang ada di alam raya ini (membuat semuanya berislam secara keseluruhan dan akhirnya mencintai Allah sepenuhnya). Ya, memang ini amatlah berat, tetapi pasti bisa dan pasti, karena kita akan tetap dan terus bergerak, berjalan, dan berlari tiada henti hanya dengan naungan pertolongan-Nya dan kekuatan dari-Nya.

“Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. Ali Imran ayat 160)

“… Padahal kekuatan itu hanyalah dari bagi Allah, Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tidak mengetahui.” (QS. Al-Munaafiqun ayat 8)

". . . Dan siapa yang mendapat kecintaan Allah, ia akan mendapatkankan kebahagiaan dunia dan akhirat. . .
Dia-lah yang berkuasa untuk kita semua.
Jika sudah ada Allah, mengapa harus mencari yang lainnya??? 

Kamis, 31 Januari 2013

Cara Mendidik anak yg benar, baik n sesuai syariat Islam.

Anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang dikaruniakan Allah SWT kepada seluruh umat manusia. Kehadiran seorang anak dalam sebuah rumah tangga akan menjadi generasi penerus keturunan dari orang tuanya.

Rasulullah SAW dalam sebuah riwayat pernah berkata, ”Sesungguhnya, setiap anak yang dilahirkan ke dunia ini dalam keadaan suci (fithrah, Islam). Dan, karena kedua orang tuanyalah, anak itu akan menjadi seorang yang beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi.”

Penjelasan ini menegaskan bahwa sesungguhnya setiap anak yang dilahirkan itu laksana sebuah kertas putih yang polos dan bersih. Ia tidak mempunyai dosa dan kesalahan serta keburukan yang membuat kertas itu menjadi hitam. Namun, karena cara mendidik orang tuanya, karakter anak bisa berwarni-warni: berperangai buruk, tidak taat kepada kedua orang tuanya, dan tidak mau berbakti kepada Allah SWT.



Dalam Alquran atau hadis Nabi Muhammad SAW, telah diterangkan tentang tata cara mendidik anak. Di antaranya adalah harus taat dan patuh kepada kedua orang tuanya, tidak menyekutukan Allah, tidak membantah perintah-Nya, tidak berbohong, dan sebagainya. [Lihat QS 9:23, 17:23, 17:24, 29:8, 31:15, 37:102, 2:83, 4:36, 6:151, 12:99, 12:100, 17:23, 17:24, 19:14, 19:32, 29:8, 31:14, 46:15].

Apabila telah dewasa, seorang anak berkewajiban untuk memberi nafkah kepada kedua orang tuanya [2:215, 30:38], anak juga berkewajiban memberikan nasihat kepada orang tua [QS 19:42, 19:43, 19:44, 19:45], mendoakannya [QS 14:41, 17:23, 17:24, 19:47, 26:86, 31:14, 71:28], serta memelihara dan merawatnya ketika mereka sudah tua [QS 17:23, 17:24, 29:8, 31:14, 31:15, 46:15].

Mendidik anak memerlukan ilmu pengetahuan yang cukup dan seorang ‘role-model’ untuk diteladani. Bagi umat Islam, contoh teladan yang terbaik adalah rasul junjungan yang mulia, Nabi Muhammad S.A.W. Baginda umpama ensiklopedia sebagai penyuluh buat segenap manusia.

Semua anak yang dilahirkan adalah pembawa rahmat dan rezeki buat semua  keluarga. Mereka dilahirkan penuh dengan kelebihan dan keistimewaan. Tiada istilah mereka dilahirkan membawa ‘nasib malang’ atau tidak elok buat kita.

Dilema ibubapa hari ini apabila setiap usaha yang mereka lakukan untuk mendidik anak-anak umpama mencurah air didaun keladi. Tiada apa perubahan positif yang terjadi pada tingkahlaku mereka. Jika tugas sebagai seorang guru di sekolah boleh mendidik beratus-ratus anak murid, tetapi ianya bukan jaminan kita mampu mendidik pada anak sendiri. Tertanya-tanya dimanakah silapnya.

Baik guru, pensyarah mahupun pakar motivasi semuanya adalah manusia biasa. Tiada satu formula yang ideal dalam usaha membentuk anak-anak untuk menjadi orang yang cemerlang. Apa yang terbaik adalah berbalik kepada fitrah dan sunnah yang telah sekian lama diamalkan oleh Rasulullah S.A.W.

Curahkan Kasih Sayang dengan Bermain Bersama-sama Mereka

Tiada manusia dilahirkan tanpa titik permulaan. Sesungguhnya fasa yang terpenting dalam tumbesaran setiap anak-anak adalah pada fasa yang pertama mengikut didikan Rasulullah S.A.W seperti di atas. Tahap ini dianggap paling penting kerana ketika inilah asas @ foundation dalam kerohanian anak-anak yang sihat terbentuk.

Mengikut ujian tingkah laku, anak-anak yang diberi perhatian dan kasih sayang yang cukup akan membesar dengan penuh yakin dan lebih mudah mendengar kata. Sebaliknya bagi anak-anak yang kurang diberi perhatian, mereka mudah memberontak dengan melakukan perkara yang ditegah walaupun berulang kali ditegur. Mereka percaya itulah cara terbaik bagaimana untuk menarik perhatian anda semula.

Masa Kecil Mereka Takkan Berulang Buat Kali Kedua…

Dipetik kata-kata Prof Dr Muhaya dalam siaran langsung di radio IKIM.fm dalam segmen ‘Reset Minda Orang Yang Tenang’ baru-baru ini,
“Carilah aktiviti atau program yang memberi manfaat masa berkualiti bersama anak-anak. Program yang menekan seperti ikatan kekeluargaan ataupun ‘family bonding time’ adalah program terbaik dalam ‘membayar’ semula masa dan tenaga yang kita gunakan untuk mencari rezeki kepada anak-anak”.

Justeru itu, atas dasar keprihatinan dan kasih sayang terhadap anak-anak, pihak kami Excel Qhalif berbesar hati untuk menjemput para ibubapa ke Kelas PERCUMA Excel Qhalif Playgroup yang berkonsepkan islamik bagi mengeratkan lagi hubungan anda sekeluarga. Anak-anak akan berpeluang bermain dan belajar bersama-sama rakan yang lain dengan kehadiran ibubapa mereka sendiri. Rebutlah peluang ini sementara mereka masih kecil, kerana masa kecil mereka takkan berulang buat kali kedua…


Praktik pendidikan Nabi Muhammad SAW pada anak-anaknya dapat di gambarkan di bawah ini:
  1. Rasulullah senang bermain-main (menghibur) dengan anak-anak dan kadang-kadang beliau memangku mereka. Beliau menyuruh Abdullah, Ubaidillah, dan lain-lain dari putra-putra pamannya Al-Abbas r.a. untuk berbaris lalu berkata, “ Siapa yang terlebih dahulu sampai kepadaku akan aku beri sesuatu (hadiah).”merekapun berlomba-lomba menuju beliau, kemudian duduk di pangkuannya lalu Rasulullah menciumi mereka dan memeluknya.
  2. Ketika ja’far bin Abu Tholib r.a, terbunuh dalam peperangan mut’ah, Nabi Muhammad SAW, sangat sedih. Beliau segera datang ke rumah ja’far dan menjumpai isterinya Asma bin Umais, yang sedang membuat roti, memandikan anak-anaknya dan memakaikan bajunya. Beliau berkata, “Suruh kemarilah anak-anak ja’far. Ketika mereka datang, beliau menciuminya. Sambil meneteskan air mata. Asma bertanya kepada beliau karena telah mengetahui ada musibah yang menimpanya.
  3. “Wahai rasulullah, apa gerangan yang menyebabkan anda menangis? Apakah sudah ada berita yang sampai kepada anda mengenai suamiku Ja’far dan kawan-kawannya?” Beliau menjawab, “Ya benar, mereka hari di timpa musibah.” Air mata beliau mengalir dengan deras. Asma pun menjerit sehingga orang-orng perempuan berkumpul mengerumuninya. Kemudian Nabi Muhammad SAW. kembali kepada keluarganya dan beliau bersabda, “janganlah kalian melupakan keluarga ja’far, buatlah makanan untuk mereka, karena sesungguhnya mereka sedang sibuk menghadapi musibah kematian ja’far.”
  4. Ketika Rasulullah melihat anak Zaid menghampirinya, beliau memegang kedua bahunya kemudian menangis. Sebagian sahabat merasa heran karena beliau menangisi orang yang mati syahid di peperangan Mut’ah. Lalu Nabi Muhammad SAW. pun menjelaskan kepada mereka bahwa sesungguhnya ini adalah air mata seorang kawan yang kehilangan kawannya.
  5. Al-Aqraa bin harits melihat Nabi Muhammad SAW. mencium Al-Hasan r.a. lalu berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi aku belum pernah mencium mereka.” Rasulullah bersabda, “Aku tidak akan mengangkat engkau sebagai seorang pemimpin apabila Allah telah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu. Barang siapa yang tidak memiliki rasa kasih sayang, niscaya dia tidak akan di sayangi.”
  6. Seorang anak kecil dibawa kepada Nabi Muhammad SAW. supaya di doakan dimohonkan berkah dan di beri nama. Anak-anak tersebut di pangku oleh beliau. Tiba-tiba anak itu kencing, lalu orang-orang yang melihatnya berteriak. Beliau berkata, “jangan di putuskan anak yang sedang kencing, buarkanlah dia sampai selesai dahulu kencingnya.” Beliau pun berdoa dan memberi nama, kemudian membisiki orang tuanya supaya jangan mempunyai perasaan bahwa beliau tidak senang terkena air kencing anaknya. Ketika mereka telah pergi, beliau mencuci sendiri pakaian yang terkena kencing tadi.
  7. Ummu Kholid binti kho;id bin sa’ad Al-Amawiyah berkata, “Aku beserta ayahku menghadap Rasululloh dan aku memakai baju kurung (gamis) berwarna kuning. Ketika aku bermain-main dengan cincin Nabi Muhammad SAW. ayahku membentakku, maka beliau berkata, “Biarkanlah dia.” Kemudian beliau pun berkata kepadaku, “bermainlah sepuas hatimu, Nak!
  8. Dari Anas, diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW. selalu bergaul dengan kami. Beliau berkata kepada saudara lelakiku yang kecil, “Wahai Abu Umair, mengerjakan apa si nugair (nama burung kecil).”
  9. Nabi Muhammad SAW. melakukan shalat, sedangkan Umamah binti zainab di letakkan di leher beliau. Di kala beliau sujud, Umamah tersebut di letakkanya dan bila berdiri di letakkan lagi dil leher beliau. Umamah adalah anak kecil dari Abu Ash bin Rabigh bin Abdusysyam .
  10. Riwayat yang lebih masyhur menyebutkan, Rasulullah perna lama sekali sujud. dalam shalatnya, maka salah seorang sahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya anda lama sekali sujud, hingga kami mengira ada sesuatu kejadian atau anda sedang menerima wahyu. Nabi Muhammad SAW, menjawab, “Tidak ada apa-apa, tetaplah aku di tunggangi oleh cucuku, maka aku tidak mau tergesa-gesahsampai dia puas.” Adapun anak yang di maksud ialah Al-Hasan atau Al-Husain Radhiyallahu Anhuma.
  11. Ketika Nabi Muhammad SAW. melewati rumah putrinya, yaitu sayyidah fatimah r.a., beliau mendengar Al-Husain sedang menangis, maka beliau berkata kepada Fatimah, “Apakah engkau belum mengerti bahwa menangisnya anak itu menggangguku.” Lalu beliau memangku Al-Husain di atas lehernya dan berkata, Ya Allah, sesungguhnya aku cinta kepadanya, maka cintailah dia.
  12. Ketika Rasulullah SAW. sedang berada di atas mimbar, Al-Hasan tergelincir. Lalu beliau turun dari mimbar dan membawa anak tersebut. Nabi Muhammad SAW. sering bermain-main dngan Zainab binti Ummu Salamah r.a. beliau memanggilnya, “Hai Zuwainib, hai Zuwainib berulang-rulang.” 
  13. Nabi Muhammad SAW. sering berkunjung ke rumah para sahabat Anshar dan memberi salam pada anak-anaknya serta mengusap kepala mereka. 
  14. Diriwayatkan, pada suatu hari raya Rasulullah SAW. keluar rumah untuk menunaikan shalat ID. Di tengah jalan, beliau melihat banyak anak kecil sedang berman dengan gembira sambil tertawa-tawa. Mereka mengenakan baju baru, sandal mereka pun tampak mengkilap. Tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada salah seorang yang sedang duduk menyendiri dan sedang menangis tersedu-sedu. Bajunya compang-camping dan kakinya tiada bersandal. Rasulullah SAW, pun mendekatinya , lalu di usap-usap anak itu mendekapya ke dadabeliau seraya bertanya, “mengapa kau menangis, Nak .” Anak itu hanya menjawab, “biarkanlah aku sendiri.” Anak itu belum tahu bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah Rasulullah SAW. yang terkenal sebagai pengasih. “Ayahku mati dalam suatu pertempuran bersama Nabi,” lanjut anak itu. “Lalu ibuku kawin lagi. Hartaku habis di makan suami ibuku, lalu aku di usir dari rumahnya. Sekarang, aku tak mempunyai baju baru dan makanan yang enak. Aku sedih meihat kawan-kawanku bermain dengan riangnya itu.l”
Baginda Rasulullah SAW. lantas membimbing anak tersebut seraya menghiburnya, “Sukakah kamu bila aku menjadi bapakmu, Fatimah menjadi kakakmu, Aisyah menjadi ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husain menjadi saudaramu?” Anak itu segera tahu dengan siapa ia berbicara. Maka langsung ia berkata, “mengapa aku tak suka, ya Rasulullah?” kemudian, Rasulullah SAW, pun membawa anak itu ke rumah beliau, dan di berinya pakaian yang paling indah, memandikannya, dan memberinya perhiasan agar ia tampak lebih gagah, lalu mengajak makan.

Sesudah itu, anak itu pun keluar bermain dengan kawan-kawannya yang lain, sambil tertawa-tawa sambil kegirangan. Melihat perubahan pada anak itu, kawan-kawannya merasa heran lalu bertanya, “Tadi kamu menagis, mengapa sekarang bergembira?” jawab anak itu, tadi aku kelaparan, sekarang sudah kenyang. Tadi aku tak mempunyai pakaian, sekarang aku mempunyainya, tadi aku tak punya bapak, sekarang bapakku Rasulullah dan ibuku Aisyah.” Anak-anak lain bergumam, Wah, andaikan bapak kita mati dalam perang.” Hari-hari berikutnya, anak itu tetap di pelihara, oleh Rasulullah SAW. hingga beliau wafat.


Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri.

Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri.

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.

Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya.

Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.

Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan.

Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar kepercayaan.

Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.

Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.

Bosen di Kantor, ini solusinya..

Setiap individu pasti pernah mengalami kebosanan. Kebosanan bisa terjadi di dalam berbagai aspek kehidupan individu seperti pekerjaan, sekolah,bahkan perkawinan. Biasanya rasa bosan ditandai dengan kelelahan, miskin kreativitas, hilangnya minat atau ketertarikan pada sesuatu yang dahulu disukai, malas, lesu, dan berbagai perasaan tidak enak yang jika tidak ditangani dengan cepat dapat menyebabkan individu tersebut mengalami stress bahkan depresi.Dalam dunia kerja, kebosanan kerja menjadi sangat penting untuk mendapat perhatian mengingat bahwa hal tersebut akan dapat mempengaruhi produktivitas kerja pegawai. Kebosanan kerja bisa terjadi bukan saja pada pekerja di tingkat bawah (Frontliner) tetapi juga bisa melanda para pekerja di tingkat atas (Managerial Level). Oleh karena itu banyak perusahaan yang melakukan berbagai tindakan pencegahan dengan cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan,melaksanakan company gathering, memberikan kesempatan untuk melakukan cuti, dan masih banyak lagi hal lainnya. Semua kegiatan tersebut bertujuan untuk membuat para pekerja tidak merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari. Dari sisi individu,hal-hal apa saja yang harus dilakukan agar dapat terbebas dari kebosanan kerja tersebut.?


Bosan merupakan hal yang kelihatannya sepele tetapi kalau dibiarkan dapat mempengaruhi kinerja dan tentu saja berakibat terhadap karier seseorang. Banyak cara mengatasi kebosanan diantaranya dikaitkan kepada target, tugas dan tanggungjawab.

Penyebab Beberapa alasan mengapa bisa terjadi kebosanan kerja dapat dibagi dalam beberapa penyebab, yaitu:
  • Pekerjaan Tidak Menarik atau Tidak Menantang

Otak manusia membutuhkan stimulasi dan tantangan terus-menerus. Artinya dalam konteks pekerjaan maka otak manusia cenderung membutuhkan tugas-tugas baru yang menantang atau menarik. Setiap saat menemukan tugas atau tantangan baru maka otak akan berusaha untuk menguasai tugas tersebut, dan sesudah berhasil menguasainya maka otak membutuhkan stimulasi baru. Jika stimulasi atau tantangan baru tersebut tidak ada dan otak hanya mengulang apa yang telah dikuasai maka tugas atau pekerjaan yang telah dikuasai tersebut menjadi tidak menarik sehingga timbul kebosanan. Para pekerja yang setiap hari hanya melakukan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang serta berada dalam lingkungan kerja yang relatif sama akan sangat mudah menjadi bosan setelah menjalani pekerjaan tersebut dalam waktu tertentu. Selain itu pekerjaan yang dianggap terlalu mudah atau tidak sesuai dengan tingkatan pengetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang juga akan cenderung membuat ia mengalami kebosanan.
  • Tidak Memiliki Otonomi

Dalam bekerja hampir setiap individu mendambakan untuk dapat bekerja dengan otonomi yang luas, memiliki tanggungjawab, bisa fleksibel dalam mengerjakan tugas-tugas, dan terlibat dalam pembuatan keputusan yang menyangkut dirinya. Jika hal-hal seperti ini tidak didapat oleh pekerja selama melakukan aktivitas kerjanya maka kemungkinan untuk menjadi bosan akan sangat terbuka.
  • Arti Bekerja

Meski telah memiliki pekerjaan yang menantang, otonomi kerja dan dilibatkan dalam pembuatan keputusan, seseorang akan tetap bisa menjadi bosan jika ia tidak merasa bahwa bekerja adalah sesuatu yang berharga bagi hidupnya. Seseorang yang tidak tahu apa alasannya sehingga dia harusbekerja atau pekerjaan yang ditekuni ternyata tidak memiliki nilai yang sesuai dengan apa yang diyakini pasti akan cepat menjadi bosan. Untuk bisa tetap bertahan dan menyenangi pekerjaan, seseorang harus mengetahui arti pekerjaan tersebut bagi kehidupannya atau dengan kata lain ia harus bisa menjawab pertanyaan mengapa ia harus bekerja.
  • Tidak Melakukan Apa-apa

Dalam masyarakat kita seringkali kita mendengar komentar seperti:"enak sekali hidupnya si A, punya jabatan tinggi, tiap hari hanya tingga lmakan dan tidur saja, tidak seperti saya yang setiap harinya harus bekerja membanting tulang dari subuh sampai tengah malam untuk bisa makan".Benarkah kehidupan si A akan seenak yang dikatakan oleh orang tersebut?Jawabnya: belum tentu. Dalam kehidupan ini banyak sekali individu yang justru merasa bosan karena tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan tugas-tugas tertentu karena sudah dikerjakan oleh orang lain. Ada banyak manager yang akhirnya tidak bertahan di suatu perusahaan meski menyandang jabatan sangat tinggi karena ia merasa tidak dapat berbuat apa-apa. Jadi dalam hal ini datang ke kantor dan duduk-duduk saja sambil memberi perintah belum tentu akan membuat seseorang tidak mengalami kebosanan.

Mengatasi Kebosanan Kerja

Kebosanan kerja bukan saja memberikan dampak yang negatif bagi kinerja individu dalam perusahaan/organisasi tetapi juga dapat menyebabkan berbagai dampak psikologis yang dapat mengganggu kesejahteraan jiwa individu tersebut. Dampak psikologis tersebut misalnya timbulnya rasa hampa dalam diri individu tersebut, meragukan kemampuan diri sendiri atau sebaliknya justru bersikap arogan karena merasa semua tugas dapat dikerjakan tanpa kesulitan, hilangnya motivasi kerja, dsb. Dengan melihat dampak-dampak tersebut maka kebosanan kerja perlu segera ditangani agar tidak sampai menyebabkan stress atau depresi.

Beberapa cara berikut ini mungkin layak anda pertimbangkan jika kebetulan Anda merasa bosan dengan pekerjaan anda saat ini:
  • Menulis

Menulis buku, novel, artikel atau training manual akan sangat berguna untuk mengalihkan perhatian anda dari tugas-tugas sehari-hari. Sekali anda melakukan salah satu dari hal-hal tersebut maka anda akan terus tertantang untuk membuat tulisan dengan mutu yang lebih baik. Selain itu dengan menulis maka anda akan terpacu untuk mencari berbagai informasi dan bahan-bahan yang diperlukan sehingga wawasan anda menjadi lebih luas dan kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi dan kemampuan anda ke dalam tulisan tersebut menjadi lebih terbuka. Bahkan bisa jadi bahwa kegiatan anda menulis tersebut justru menjadi karir yang kemudian membuat Anda meraih kesuksesan. Contoh nyata dalam hal ini adalah John Grisham,seorang pengacara yang menjadi pengarang Novel, yang justru menjadi terkenal setelah menulis novel dan bukan ketika ia berprofesi sebagai Lawyer.
  • Mengajar

Menjadi dosen atau guru sudah menjadi suatu fenomena umum yang sering kita temui pada pekerja di Indonesia. Dengan mengajar maka anda akan memiliki kesempatan untuk menikmati kondisi atau suasana yang berbeda antara dunia kerja (kantor) dengan dunia akademik (kampus/sekolah).
  • Menjadi Mentor

Para pekerja senior maupun manager sebaiknya menyediakan waktu untuk mendidik para professional yunior yang ada dalam perusahaannya. Dalam beberapa perusahaan hal ini mungkin sudah merupakan suatu tugas yang memang harus dilakukan oleh sang manager. Namun demikian jika diperusahaan anda kebetulan belum berlaku hal tersebut maka ajukan diri untuk mulai melakukannya. Hal ini akan sangat berguna dalam mengatasi kebosanan kerja.
  • Berwiraswasta

Memulai usaha sendiri merupakan suatu langkah besar yang dapat dilakukan oleh para pekerja yang menyukai tantangan. Dengan memulai usaha sendiri maka tantangan akan semakin besar dan akan menuntut individu tersebut untuk menguasai (setidaknya mengetahui) berbagai bidang yang berguna untuk kelangsungan usahanya. Usaha baru yang dijalankan bisa saja masih bergerak pada bidang yang sama dengan yang dilakukan semasa bekerja di perusahaan orang lain, atau bisa juga memilih bidang yang berbeda sama sekali.
  • Menjadi Konsultant

Menjadi "independent consultant" bagi perusahaan-perusahaan kecil yang tidak mampu membayar jasa perusahaan-perusahaan konsultant besar dan ternama merupakan suatu tantangan yang menarik bagi anda yang sangat menguasai bidang pekerjaan anda. Anda bisa mencoba menjadi konsultant diperusahaan milik anggota keluarga, teman atau relasi anda. Tentu saja hal ini harus dilakukan tanpa melanggar aturan yang berlaku di perusahaan tempat anda bekerja saat ini. Artinya hal ini bisa dilakukan sejauh hal tersebut diijinkan oleh perusahaan tempat anda bekerja atau tanpa menggunakan waktu dan fasilitas dari perusahaan tempat anda bekerja sekarang ini.
  • Melibatkan Diri Dalam Asosiasi Profesi

Bergabung dengan asosiasi profesi sesuai bidang keahlian yang anda miliki dan mau terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang diselengggarakan oleh asosiasi tersebut merupakan suatu cara yang baik untuk kembali menyegarkan semangat kerja anda. Dengan ikut terlibat dalam asosiasi dan kegiatan tersebut maka anda memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan rekan seprofesi sehingga dapat lebih memperkaya wawasan dan dapat memunculkan ide-ide atau harapan-harapan baru. Menjalin Kerjasama Dengan Perusahaan Lain Dewasa ini terdapat aneka ragam perusahaan yang menawarkan peluang kerjayang memungkinkan individu untuk dapat bekerjasama tanpa mengganggu pekerjaan yang sudah ada atau yang sedang ditekuni saat ini. Sebagaicontoh: ada perusahaan yang menawarkan kerjasama dalam bentuk penyertaan saham dan bagi hasil, anda yang menggunakan sistem Multi LevelMarketing,dan ada juga yang berbasis web (kerja jarak jauh), dll. Semua penawarantersebut membuka peluang bagi anda untuk melakukan kerjasama. Anda dapat mempelajari masa depan dari masing-masing perusahaan tersebut dan menentukan mana yang lebih sesuai untuk diri anda. Mengikuti Kursus/Pelatihan Sesekali ikutlah dalam salah satu kursus atau pelatihan untuk mengupdate kemampuan anda dan mendapatkan suasana baru yang berbeda dengan suasanakerja sehari-hari. Bila perlu pilih kursus yang ada di luar kota agar andabisa belajar sambil bersantai dengan keluarga atau teman, sehingga ketika kembali ke kantor pikiran menjadi segar kembali.
  • Merubah Karir

Jika ternyata anda terus-terusan mengalami kebosanan kerja di bidangyang sama maka ada baiknya anda mulai mengevaluasi diri anda. Cobalah pikirkan kelebihan dan kekurangan anda dalam bidang tersebut. Jika perlu jangan takut untuk merubah karir. Hal ini tentu saja tidak gampang dilakukan,terutama untuk karir yang tidak ada kaitannya dengan bidang pendidikan atau pun keahlian anda, mengingat bahwa kesempatan kerja di Indonesia masih amat tidak seimbang dengan jumlah calon pekerja. Oleh karena itu sebelum merubah karir maka pastikan anda membekali diri dengan pengetahuan dan keahlian yang sesuai.

  • Ciptakan kondisi yg menyenangkan utk pikiran kita. 

Byk hal yg berawal dr pikiran. Maka ketika merasa bosan thd sesuatu, cobalah utk berpikir ulang, bagaimana & apa yg bisa kita lakukan utk menjadikan pikiran yg kurang menyenangkan teredam. Misalnya, kita merasa mengapa pekerjaan begitu2 saja? Ganti dgn pikiran, byk hal yg bisa dilakukan orang lain berkat pekerjaan saya. 

Contoh, sbg bagian akunting yg melakukan tugas pencatatan keuangan sehari-hari. Jika merasa bosan, bayangkan bahwa Anda sedang mengerjakan "misi" penting yg menyangkut hajat hidup orang byk. Dgn peran Anda sbg akunting, gajian bisa lebih tepat waktu, urusan keuangan menjadikan perusahaan lebih sehat & maju. Akibatnya, pikiran Anda mengatakan, bahwa Anda mengemban misi penting yg sangat luar biasa bagi banyak orang. 
  • Bebaskan diri dari prasangka negatif. 

Tanpa sadar, bosan terjadi krn kita merasa respons yg diberikan thd apa yg kita kerjakan cenderung begitu2 saja. Bahkan, kemudian sering timbul iri hati melihat org lain lebih dipandang prestasinya drpd kita. Hal tsb kadang menimbulkan kebosanan yg berujung pd prasangka & asumsi negatif. 

Utk itu, coba lawan & hadang asumsi tsb. Sebab, bisa jd, Anda sebenarnya sdg "diawasi" utk mendapat penghargaan-atau sebaliknya, pemecatan. Krn itu, coba bebaskan diri dari pikiran2 kurang menyenangkan & menggantinya dgn hal yg lebih positif sehingga gairah bekerja pun meningkat.


Masih banyak cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi kebosanan kerja. Pada dasarnya beberapa hal penting yang diharapkan dilakukan oleh para pekerja yang mengalami kebosanan kerja adalah agarmereka dapat mengubah suasana kerja menjadi lebih menarik dan menyenangkan, menemukan sesuatu yang berharga dan bernilai bagi kehidupan dirinya, memilih kegiatan yang menyenangkan, dan menstimulasi otak agardapat membantu diri sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan hidup.

Baca juga, artikel terkait tentang 7 Alasan Orang "enggan" Resign.