Senin, 21 Februari 2011

Ayah Sayang Bunda..

 Aku cinta kamu..
Pengertian cinta bagi setiap insan pasti berbeza. Tiada yang akan sama 100% walaupun untuk kembar seiras.  Cinta…. betapa indahnya perkataan ini. Cinta boleh membuatkan kita gila… Gila dari segi negatif dan gila dari segi postif. Anda tertanya-tanya wujudkah gila positif? Bukankah semua gila itu gila negatif? Gila yang membinasakan?Tapi kenyataannya gila positif itu wujud… Raja yang membina Taj Mahal untuk kekasihnya itu dikategorikan orang gila negatif… gila cinta sehingga sanggup membunuh arkitek dan pekerja yang membina Taj Mahal demi untuk memastikan senibina Taj Mahal tidak ditiru. Di zamannya dia gila negatif kerana sanggup membunuh tetapi kini kerana kegilaannya India mempunyai salah satu keajaiban dunia. 
Cinta ada banyak kategori. Tapi kita biasanya cenderung membicarakan tentang cinta antara kekasih. Suami isteri pun masih kekasih, berkasih diatas asas yang sah. Adakah cinta yang lain tidak penting? Tidak… bukan begitu tapi ya..cinta antara kekasih adalah cinta di ranking teratas di dunia ini. Remaja, dewasa dan orang berumur malah kanak-kanak semuanya tahu tentang cinta yang satu ini. Definisi cinta ini sebenarnya tidak dapat ditulis dengan kata-kata. Tidak ada definisi yang tepat rasanya untuk menjelaskan apakah itu CINTA. Perasaan yang tersimpan jauh di lubuk sanubari kita itu adalah CINTA yang kita sendiri gagal untuk mendefiniskannya. Tapi kita tahu bila perasaan itu timbul kita merasakan cinta.

Aku cinta kamu I love you Tiga patah perkataan sahaja tapi sekiranya diucapkan kepada seseorang kesannya sangat mendalam. Perkataan ini akan membuatkan seseorang itu tergamam, mencebik atau tersenyum bergantung kepada situasi orang tersebut. Jika dia memang sedang menanti ungkapan ini dia akan tersenyum. Jika dia cinta tapi tidak pernah terfikir untuk mendengar ungkapan ini dia akan tergamam. Jika dia benci dan meluat dengan kita dia akan mencebik.
Ada yang suka dan sering mengucapkan ungkapan ini. Seolah-olah ungkapan ini seperti hanya rutin harian baginya. Ada yang terlalu sukar mengucapkannya, terkelu lidah seolah-olah diletakkan gam apabila cuba mengucapkannya. Bagi mereka ungkapan ini terlalu mahal harganya. Dan apabila mereka mengucapkannya mereka akan komited pada maksud ungkapan ini.
Ada juga yang hanya suka mendengar ungkapan ini daripada kekasih tapi tidak pernah mencuba untuk mengatakan “Aku juga mencintai mu” atau “I love you too” kerana bagi mereka senyuman itu sahaja sudah cukup sebagai jawapan. Janganlah begitu…setiap insan di dunia ini pasti mengharapkan balasan pada ucapan cinta mereka. Senyuman walaupun biasanya menandakan persetujuan tapi juga boleh menyembunyikan seribu satu makna. Maka ucapkanlah cinta sekiranya kita memang cinta. Jangan tangguh lagi kerana kita tidak tahu masih adakah esok untuk kita.


******

Selanjutnya, perhatikan riwayat berikut ini: Suatu ketika seorang sababat duduk bersama Rasulullah saw. Kemudian seorang sahabat yang lain berlalu di depan mereka. Sahabat yang duduk bersama Rasulullah saw. itu berkata kepada Rasulullah saw.

“Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai orang itu.

“Sudahkah engkau menyatakan cintamu padanya?” tanya Rasulullah saw.

“Belum, ya Rasululllah.” kata sahabat itu.

“Pergilah menemui orang itu dan katakan bahwa karena kamu mencintainya,” kata Rasulullah saw

Jika kepada sesama sahabat,saudara atau ikhwah rasa cinta harus diungkapkan secara verbal, dapatkah kita membayangkan, seperti apakah verbalnya ungkapan rasa cinta yang semestinya kita berikan kepada istri kita? Apakah makhluk yang satu itu, yang mendampingi kita lebih banyak dalam saat-saat lelah dan susah dibanding saat-saat suka dan lapang, tidak lebih berhak untuk mendengarkan ungkapan rasa cinta itu?

Sekarang simak kisah Aisyah berikut ini:

Aisyah seringkali bermanja-manja kepada Rasulullah SAW. karena hanya dialah satu—satunya istri beliau yang perawan. Tapi, suatu waktu Aisyah masih bertanya juga kepada Rasulullah saw:

Jika engkau turun di suatu lembah lalu engkau lihat di situ ada rumput yang telah dimakan —oleh gembala lain— dan ada rumput yang belum dimakan, di rumput ,manakah gembalamu engkau suruh makan?”

Maka Rasulullah saw. menjawab,

Tentulah pada rumput yang belum dimakan (gembala lain). (HR. Bukhari).

Apakah Aisyah tidak tahu bahwa Rasulullah saw. sangat dan sangat mencintainya? Tentu saja tahu. Bahkan sangat tahu. Tapi mengapa ia masih harus bertanya dengan ‘metafor’ seperti di atas, dengan menonjolkan keperawanannya sebagai kelebihan yang membuatnya berbeda dan istri-istri Rasulullah saw. lainnya?

Apakah ia ragu? Saya tidak yakin kalau itu dirasakan Aisyah. Ia—dalam konteks hadits tadi— rasanya hanya menginginkan kepastian lebih banyak, peneguhan lebih banyak. Karena kepastian itu, karena peneguhan itu, memberinya nuansa jiwa yang lain; semacam rasa puas — dari waktu ke waktu— bahwa ‘lebih’ dan istri-istri Rasulullah saw yang lain, bahwa ia lebih istimewa.

Di tengah kesulitan ekonomi seperti sekarang, tidak banyak di antara kita yang sanggup memenuhi kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara ideal. Dan dalam banyak hal kita mungkin perlu untuk lebih ‘tasamuh’ (Toleransi/lapang dada) dalam memandang hubungan ‘hak dan kewajiban’ yang sering kali menandai bentuk hubungan kita secara harfiah. Atau mungkin mengurangi efek psikologis yang ditumbuhkan oleh ketidakmampuan kita memenuhi semua kewajibandengan ‘kata yang baik. 

Anda mungkin sering melihat betapa lelahnya istri Anda menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah. Mulai dari memasak, mencuci sampai menjaga dan merawat anak. Kerja berat itu sering kali tidak disertai dengan sarana teknologi yang mungkin dapat memudahkannya. Setan apakah yang telah meyakinkan kita begitu rupa bahwa rnakhluk mulia yang bernama istri saya atau istriAnda tidak butuh ungkapan “1 love,you” karena ia seorang ‘da’iyah’, karena ia seorang ‘mujahidah’ atau karena kita sudah sama-sama tahu, sama-sama paham, atau karena kita sudah sama-sama tua dan karenanya tidak cocok menggunakan cara ‘anak-anak muda’ menyatakan cinta? Setan apakah yang telah membuat kita begitu pelit untuk memberikan sesuatu yang manis walaupun itu hanya ungkapan kata? Setan apakah yang telah membuat kita begitu angkuh untuk mau merendah dan membuka rahasia hati kita yang sesungguhnya dan menyatakannya secara sederhana dan tanpa beban?

Tapi mungkin juga ada situasi begini. Anda mencintai istri Anda. Anda juga tidak terhambat oleh keangkuhan untuk menyatakannya berluang-ulang. Masalahnya hanya satu, Anda tidak biasa melakukan itu. Dan itu membuat Anda kaku.Jika Anda termasuk golongan mi, tulislah pula puisi S Djoko Damono ini dan berikanlah ia kepada istri Anda melalui putera atau puteri terakhir Anda.


Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana :
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Using Facebook