Negara tropis yang kita sebut Indonesia ini sungguh kaya akan hasil bumi. Sejak jaman dahulu kala bangsa-bangsa Eropa bertarung demi mendapatkan rempah-rempah Indonesia, gula, teh, coklat, sawit, dan kopi. Memang kopi dan teh bukan komoditas asli Indonesia namun sejak dibawa masuk ke Nusantara kopi telah menjadi primadona di dunia. Artikel ini mengabadikan 7 jenis kopi Indonesia yang sangat terkenal di dunia dan menjadi sumber kebanggaan dari negeri yang diberkati dewata ini. Artikel ini masih banyak kekurangannya dan kami mengundang komunitas kopi Indonesia untuk mengomentari dan memberikan kritik yang membangun.
Dan Ini Lah 7 Kopi Yang Mendunia . . .
1. Kopi Wamena
Nah, satu daerah di Papua yang terkenal sebagai penghasil kopi adalah Wamena. Kopi bertekstur ringan, minim ampas, harum semerbak, dan tidak asam. Tak heran kopi Wamena digemari oleh seluruh dunia.
"Wamena punya daya tarik khusus sebagai penghasil kopi terbaik di dunia," tutur Wempi Wetipo, Bupati Kabupaten Jayapura di Gedung Sapta Pesona, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (27/7/2012) lalu.
Kopi Wamena, lanjut Wempi, telah diekspor ke berbagai belahan dunia dan telah menjadi penyokong tetap merk kedai kopi paling ternama di dunia. Kedai kopi yang lambangnya berwarna hijau itu menggunakan kopi Wamena sebagai bahan baku utamanya.
"Kopi Papua itu enak sekali. Makanya mereka selalu beli, dan akhirnya kita jadi penyalur tetap," tambah Wempi.
Pernah mencoba kopi Wamena? Kalau belum, inilah waktu yang tepat untuk mencicipinya. Jangan lupa, awal mencicipi, jangan pakai campuran gula ke dalam cangkir kopi Anda. Biarkan semua indera Anda bekerja.
2. Kopi Lanang
Bagi sebagian besar masyarakat memang belum banyak mengenal apa kopi lanang itu yang kini dikembangkan PTP Nusantara XII Perkebunan Malangsari, Kalibaru, Banyuwangi, Jawa Timur.
Selain secara fisik memang berbeda, kopi berbentuk tunggal dan bulat itu juga diyakini mampu menambah vitalitas kaum adam.
Salah seorang petugas Cafe Malangsari Kalibaru, Nurhayati, Sabtu, kopi lanang asal Banyuwangi ini merupakan kopi pilihan yang bisa membuat peminumnya merasakan tenaga ekstra.
"Salah satunya tidak membuat mata mengantuk, disamping ada yang bilang bisa menambah vitalitas yang meminumnya,"ujarnya.
Untuk mendapatkan kopi lanang itu, kata dia, melalui proses yang tidak mudah karena untuk mendapatkan biji kopi lanang harus melalui penyortiran biji kopi yang jumlahnya mencapai puluhan ribu biji kopi jenis robusta.
"Bila biji kopi umumnya terbelah dua, namun biji kopi lanang bulat dan tunggal,"Nurhayati menambahkan.
Bagi penikmati kopi, sangat cocok mengkonsumsi kopi lanang ini karena kadar caffeinnya sangat tinggi sehingga tidak mudah mengantuk disamping cita rasa kopinya begitu halus.
Kopi lanang ini sangat cocok dikonsumsi di daerah yang suhu udaranya cukup dingin, seperti di wilayah Kecamatan Kalibaru dan Glenmore yang curah hujan per tahunnya yang mencapai rata - rata 10 tahun sehingga di wilayah tersebut cukup sejuk berkisar antara 22 derajat (minimal) celcius sampai 34 derajat celcius (maksimal).
3. Kopi Kintamani
kintamani adalah salah satu sentra penghasil kopi terbaik di negeri. Sedemikian baiknya, sehingga kawasan yang memiliki sertifikasi Identifikasi Geografis pertama di negeri ini untuk kopi adalah kawasan ini.
Dunia menyebut kopi Kintamani sebaga kopi rasa jeruk. Perpaduan rasa itu didapat bukan dari rekayasa. Rasa jeruk pada kopi ini, murni alamiah. Kalaupun dianggap ada rekayasa genetik, itupun hanya pada teknik penanaman yang tidak disengaja. Oleh petani di Belantih, bibit kopi jenis arabika ini ditanam berdekatan (tumpangsari) dengan perkebunan jeruk. Hal itu sulit terelakkan karena jeruk kintamani juga menjadi komoditi andalan Kabupaten Bangli. Pemanfaatan areal tanam ini, siapa sangka, memberi pengaruh pada cita rasa kopi
Tidak disangsikan lagi bahwa kopi Kintamani adalah produk khas Indonesia dan Indonesia adalah satu-satunya negara yang menghasilkan kopi Kintamani. Untuk menjamin perlindungan yang lebih baik serta memberikan pendapatan yang sepadan kepada produsen-produsennya, Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman Indonesia telah mengembangkan suatu operasi percontohan tentang produk Indikasi Geografis pertama, yaitu kopi di daerah Kintamani (Provinsi Bali).
4. Kopi Sumatera
Kopi asal Sumatera diminati oleh masyarakat Bulgaria. Selama ini negara di Eropa timur itu memperoleh kopi asal Sumatera melalui pihak ketiga atau melalui agen, namun saat ini mereka menginginkan kopi Sumatera dipasok dari dari Sumut secara langsung.
Jika para pecinta kopi berkeliling Pulau Sumatra maka akan banyak berkenalan dengan produk kopi hasil olahan pabrik atau Industri Rumahan yang beredar di tiap daerah kunjungan. Petualangan tersebut akan membawa kita pada sebuah pengalaman unik nan mempesona. “Beda ladang, beda pula belalangnya” itulah analogi yang saya gunakan dalam menyaksikan aneka cita rasa kopi dan budaya masyarakat dari berbagai daerah di Sumatra. Hal ini karena setiap daerah memiliki perbedaan iklim, tanah, cuaca dan kelembaban, sehingga dapat memengaruhi rasa kopi dan bukan hanya itu, faktor geografis dan Iklim tersebut juga akan mempengaruhi cara hidup masyarakat setempat. Berbagai perbedaan dan keunikan akan kita jumpai pada masyarakat saat menyaksikan bagaimana mereka penyikapi atau merespon keberadaan kopi didaerah mereka. Orang-orang dari daerah yang satu dengan daerah lain akan memiliki sikap dan pandangan berbeda tentang “Kopi”.
Berbicara mengenai “Kopi terbaik Sumatera” maka akan membawa kita mengarah pada pembahasan tentang “Kopi terbaik Indonesia”, itu karena memang sebagian besar kopi terbaik di Indonesia diambil dari berbagai daerah di Sumatera selain dari Sulawesi dan daerah lainnya di Indonesia. Karakter atau rasa yang umum dari kopi Sumatera salah satunya adalah aromanya yang earthy atau seperti bau tanah tersiram air hujan dan saat diseruput terasa aroma herbalnya.
5. Kopi Toraja
Kopi Toraja, atau yang juga dikenal dengan sebutan Kopi Celebes Kalossi, adalah kopi yang memiliki kandungan asam rendah dan memiliki 'bodi' yang berat. Inilah yang menjadi alasan kebanyakan orang untuk mencari kenikmatan Kopi Toraja yang sangat khas ini.
Termasuk dalam jenis kopi arabika, profilnya mirip dengan kopi Sumatera. Sebagian orang bilang, kopi Sulawesi dan kopi Sumatera memiliki rasa khas yang serupa, seperti rasa tanah dan hutan, “hmmm, sulit membayangkan bagaimana rasanya.”
Aroma wangi kopi langsung tercium ketika membuka kemasan Kopi Toraja yang telah jadi. Rasa pahitnya berbeda dengan kopi lainnya. Rasa tanah ini justru menjadi nilai lebih Kopi Toraja. Beberapa jenis kopi meninggalkan rasa pahit cukup lama di mulut. Tapi, tidak dengan Kopi Toraja ini. Rasa pahitnya akan segera hilang.
Kopi Toraja yang dikenal oleh masyarakat luas sekarang ini bahkan sampai ke luar negeri, sebagian besar ditanam di perkebunan milik penduduk di lereng-lereng gunung. Inilah yang menjadi keunggulannya; bahwa orang Toraja dikenal mampu memelihara beragam tradisi yang sudah berumur ratusan tahun.
Tradisi tersebut, salah satunya adalah upacara pemakaman 'Rambu Solo' yang mengundang minat banyak wisatawan domestik maupun luar negeri. Nah, untuk proses penanaman dan pengolahan kopi, juga melalui tradisi yang berumur ratusan tahun dan tetap dijaga hingga saat ini.
Pengolahan kopi secara tradisional tersebut adalah dengan menggoreng kopi sampai hitam, hingga matang. Cara penggorengan sampai hitam ternyata menghilangkan karakter asam kopi. Namun, cara pengolahan ini lantas dirubah oleh pengusaha dari Jepang.
6. Kopi Java
Kopi Jawa, atau Java Coffee sangat terkenal di seluruh dunia. Kopi Jawa sangat terkenal enak bahkan di Amerika kata 'Kopi' merujuk ke makna Jawa itu sendiri sebagai tempat tumbuhnya kopi Jawa dalam satu pulau, bisa jadi di daerah Bogor, Jember, Sleman dan sebagainya. Sementara di Jawa, kopi mengandung makna yang mengarah pada minuman yang dibuat dari biji kopi, yaitu minuman kopi yang kental, hitam dan menyegarkan. Padahal diketahui dari catatan sejarah bahwa kopi berasal dari Ethiopia di benua Afrika dan pada jamannya menyebar ke Jazirah Arab dan menjadi minuman yang sangat digemari bahkan dianggap memiliki manfaat yang banyak untuk kesehatan dan kebugaran.
Saat ini muncul istilah Kopi Khas Bogor, hal ini merujuk pada pertama kalinya biji kopi ditanan di Jawa, yang dibawa oleh orang Belanda pada abad 16. Orang Belanda tersebut berhasil membawa biji kopi arabika yang dilarang keluar dari Arab, untuk ditanam di wilayah jajahan Belanda yaitu di Sri Lanka dan di Pulau Jawa. Tanah Jawa yang sangat subur dan mampu ditanami apapun dengan hasil yang memuaskan. Kopi Arabika memang akhirnya sempat terserang hama di banyak daerah ujicoba penanaman di Indonesia, misalnya di Bogor, namun ketika berganti dengan biji kopi Robusta, tanaman kopi kembali mengharumkan minuman-minuman di bumi Indonesia.
7. Kopi Luwak
Kopi luwak yang proses alaminya melalui fermentasi dalam tubuh (perut) luwaksekarang sudah bisa diproduksi tanpa menggunakan hewan luwak. Hasil penelitian dari Ali Budhi, Warih, dan Maliki dari Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB yang diberi nama Kopi Luwak Zimobiotik, berhasil membuat kopi luwak di dalam fermentor terkontrol (ex-situ, di luar buh luwak). Prinsip kerja fermentor ini adalah pemimikan proses reaksi enzimatis dan fermentasi microbial yang terjadi alami di dalam saluran pencernaan hewan luwak.
"Produk ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan cara konvensional, antara lain hasil produksi dalam skala besar, kualitas produk terkontrol secara analitik, harga ekonomis dan tidak merusak kelestarian populasi hewan luwak di dalam." terang Ali Budhi.
Inovasi teknologi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi kopi luwak serta berkontribusi dalam kelestarian musang luwak. Penelitian yang dibimbing oleh Dr. I Nyoman Aryantha ini berhasil membawa ITB meraih juara 1 dalam ajang Youth Agrotechnopreneurship Competition (YAC) 2010 yang digelar di Institut Pertanian Bogor pada bulan Oktober 2010.
Baca Juga, sisi negatif n Positif Minum Kopi. DISINI..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar