Kamis, 07 Maret 2013

Pilihan Hidup. Hidup adalah Pilihan.

Diartikel Ayah_Alif sebelumnya, pernah dibahas tentang "Permasalahan Hidup", dan untuk kali ini, Ayah_Alif ingin membahas tentang Pilihan Hidup dan Hidup Adalah Pilihan.

Hidup adalah pilihan. Ya, itulah kehidupan. Terdiri atas banyak sekali pilihan-pilihan hidup yang seringkali memusingkan kita karena kita tidak akan tahu mana pilihan yang terbaik untuk kita pilih. Kadang memilih sesuatu menjadi tantangan tersendiri yang sulit sekali untuk diputuskan. Seperti misalnya saya di waktu dulu seringkali berada di suatu persimpangan hidup yang mengharuskan untuk memilih, karena kita tidak mungkin memiliki semuanya sekaligus.

Mulai dari memilih sekolah, kuliah, program studi kampus, memilih untuk aktif di suatu organisasi tertentu, hingga memilih untuk membuka bisnis. Masing-masing pilihan tersebut seringkali benar-benar membingungkan dan ‘takut’ jika sewaktu-waktu keputusan yang kita pilih tidak tepat. Namun alhamdulillah, kegalauan tersebut jarang terjadi karena ada loh ternyata cara agar kita bisa memilih dengan tepat. Penasaran bagaimana caranya? Silakan baca lebih lanjut!


Memilih itu memang tidak mudah. Namun dari pengalaman, saya melihat bahwa dalam menyikapi suatu pilihan, yang berperan justru bukanlah alternatif pilihannya, namun bagaimana mental kita bereaksi terhadap pilihan-pilihan tersebut. Intinya, apapun pilihannya, selama mental kita kuat dan positif maka tidak akan menjadi masalah. Justru, sebagus apapun alternatif pilihan kalau orang yang memilih memiliki mental negatif dan buruk, justru pilihan tersebut akan menjadi tidak tepat.

Hidup ini penuh dengan pilihan-pilihan. Life is choice, sebagaimana senantiasa disampaikan Felix Siauw di tiap kesempatannya memberi nasihat. Kita akan selalu dihadapkan dengan masalah-masalah kehidupan. Selanjutnya adalah pilihan apa yang kita ambil untuk kita jadikan pemecahan atas masalah-masalah itu.

Masalah-masalah kehidupan manusia adalah sama sejak dulu hingga kini, hingga akhir dunia nanti. Manusia memiliki kebutuhan hidup dan naluri-naluri. Keduanya butuh pemenuhan dan solusi. Kebutuhan hidup, seperti: makan, minum, istirahat, buang air, dsb. Naluri-naluri, semisal: ingin eksis, berkasih sayang, dan menyembah serta berserah diri pada sesuatu yang ia anggap “mahakuasa” tatkala dirinya berada dalam titik ketiadakuasaannya.

Manusia butuh prinsip hidup. Ia adalah aturan, tuntunan, serta patokan bagi dirinya dalam menentukan pilihan-pilihan hidupnya. Ia adalah aturan, tuntunan, serta patokan bagi dirinya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup serta naluri-nalurinya.

Dalam kisah di atas, mercusuar yang berada di atas batu karang adalah prinsip hidup. Ia tidak dapat berubah-ubah, dan tidak dapat diubah-ubah. Keberadaannya adalah tetap, sebagai patokan dalam menentukan pilihan: apakah kita akan membelokkan kapal kita, atau kalau tidak, pastinya kita akan menabraknya. Dan tidak mungkin kita menghancurkannya. Justru kita lah yang akan binasa bila tiada mengacuhkannya.

Dan sang kapten tidak lain adalah diri kita sendiri. Kita bebas menentukan mau ke mana kita mengarahkan kapal kita, yakni hidup kita sendiri. Apakah akan memilih untuk patuh terhadap prinsip hidup? Ataukah memilih untuk menabrakkan diri melanggarnya, yang secara pasti akan menghantarkan kita pada kebinasaan dan kehancuran?

Allah, sang Pencipta manusia, telah mengabarkan pada manusia melalui utusan-Nya, bahwasannya tugas manusia di dunia ini adalah untuk mengabdi hanya pada-Nya. Dan Islam, dengan syariahnya yang melingkupi seluruh aspek kehidupan manusia, adalah solusi atas masalah-masalah yang dihadapi manusia dalam menjalani hidupnya.

Allah menghendaki manusia menjadikan penghambaan pada-Nya sebagai prinsip hidupnya. Dan itu adalah dengan ber-Islam, dengan taat pada aturan-aturan dan tuntunan-tuntunan Islam, yakni syariah Islam. Dan Islam is not only a religion; it’s a complete way of life.

Islam adalah sejatinya dan sebenar-benarnya prinsip hidup bagi manusia. Selanjutnya terserah kita, apakah memilih untuk taat pada aturan-aturannya, atau dengan sombong mencampakkan dan tiada mempedulikannya. Keduanya dengan konsekuensinya masing-masing.

Nah, lantas bagaimana sih tips agar kita bisa menentukan pilihan dengan tepat?

MELAKUKAN ANALISIS SWOT

Tips pertama yaitu melakukan analisis SWOT (strength, weaknesses, opportunities, threats), yaitu keunggulan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Jadi dalam setiap alternatif pilihan yang ada, paling mudah adalah dengan melakukan analisis SWOT pada masing-masing pilihan tersebut. Apa ya keunggulannya? Apa kelemahan dari pilihan ini? Apa peluang dan ancamannya? Kemudian dibuat list dari analisis SWOT tadi. Bandingkan, dan pilih yang terbaik.

BERDISKUSI DENGAN ORANG TUA / KERABAT

Tidak jarang dalam mengambil keputusan saya berdiskusi dengan orang tua, sahabat, dosen, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan berdiskusi, kita menjadi tahu pandangan-pandangan orang lain terhadap alternatif pilihan yang ada. Tidak jarang seringkali lho nasihat atau petuah dari mereka justru ga kepikiran sama kita. Jadi, sebelum menentukan pilihan bisa berdiskusi terlebih dahulu Tapi tetap, pemegang keputusan untuk memilih adalah kita sendiri. Jadi, jangan mau disetir. Hehe..

MELAKUKAN SHALAT ISTIKHARAH

Kalau kita percaya bahwa manusia bisa memberikan masukan kepada kita terkait pilihan-pilihan hidup yang cukup berat, pasti Tuhan kita akan jauh lebih powerful dalam memberikan saran untuk memutuskan. Dalam keyakinan saya, salah satu caranya adalah dengan melakukan shalat istikharah. Lakukan minimal 3 kali shalat istikharah dalam 3 hari berturut-turut dan tulus dalam berdoa, insyaAllah akan terjawab. Saya pernah melakukannya saat bingung ingin memutuskan kuliah di UI dan ITB. Finally, saya kuliah di UI dan itu amat sangat menyenangkan. Sampai sekarang.

MEMBUAT KONTRAK DIRI

Baik, sekarang saatnya menentukan pilihan. Satu tips dari saya yang mungkin berguna adalah kita bisa memulai dengan membuat kontrak diri. Apa itu kontrak diri? Kita buat perjanjian dengan diri kita sendiri bahwa apapun pilihan yang kita pilih tidak akan pernah membuat kita menyesal di kemudian hari. Menyesal hanyalah akan mengurangi produktivitas hidup. Saya mendapat nasihat ini dari seorang kakak senior yang sekarang sudah sukses. “Hidup itu adalah pilihan, dan pastikan ketika kita sudah memilih tidak terucap satu kata menyesal pun dari mulut dan hati kita.”

KETIKA SUDAH MEMILIH, PERJUANGKAN SAMPAI SELESAI

Saya belajar banyak sewaktu kuliah di UI, terutama dari berbagai organisasi yang saya ikuti. Saya pernah satu kali ‘salah masuk’ ke sebuah organisasi yang sama sekali di luar bayangan saya dan tidak saya sukai cara kerjanya. Padahal, saya sudah memilih untuk bergabung di sana. Akhirnya kerja pun menjadi tidak optimal dan saya mengundurkan diri.

“Mengundurkan diri dari sebuah pilihan adalah sebuah contoh yang buruk.”

Hal ini saya dapatkan ketika bergaul dengan orang-orang dan pengusaha yang luar biasa, bahwa hidup mereka juga seringkali diliputi dengan pilihan yang berat, tetapi mereka memiliki prinsip, “apa yang sudah kita pilih, maka perjuangkanlah sampai selesai.”

Pilihan ada di tangan kita. Dan tiap-tiap diri akan mempertanggungjawabkannya masing-masing kelak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Using Facebook