Senin, 05 November 2012

Festival Unik Di Indonesia

Indonesia sering disebut sebagai raksasa Asia Tenggara, dan memang demikian adanya. Dengan lebih dari 18.000 pulau di Nusantara ini, ada keragaman menakjubkan yang dapat dilihat dan dilakukan saat berkunjung ke negeri ini.
Modernisasi terus menyapu Jakarta yang menawarkan wisata khas metropolitan, sementara pariwisata di Bali terus bangkit secara menjanjikan setelah berbagai rintangan yang dialaminya. Di lain pihak, pegunungan Bromo dan Borobudur terus membenahi diri, cocok bagi mereka yang mencari atraksi lokal yang alamiah. Wisatawan pun bisa menikmati pesona dari sekitar 6.000 lebih pulau berpenghuni di Indonesia.
Tidak mengherankan jika Indonesia menawarkan berbagai festival yang unik sebagai budaya asli negeri ini, yang mencerminkan berbagai macam ras dan tradisi di berbagai bagian Nusantara. Anda akan menemukan keragaman ini dalam daftar 6 festival unik di Indonesia, mulai dari perayaan seni, batik, tarian dan upacara adat. Jika ada kesempatan, silahkan Anda ikut berpartisipasi dengan mengikuti dan menyaksikan salah satu dari festival-festival di Indonesia ini!
1. Festival Krakatau 
Festival Krakatau merupakan sebuah festival tahunan yang diselenggarakan di Lampung, festival ini diadakan untuk mengenang letusan gunung dengan nama yang sama, Krakatau. Gunung berapi ini meletus hebat pada tahun 1927, dan mengakibatkan terbentuknya pulau-pulau kecil baru, yang bernama Anak Krakatau.

Selama festival berlangsung, pengunjung dapat menikmati berbagai pertunjukan seperti Karnaval Tuping (Karnaval Topeng Lampung), pertunjukan gajah, serta berbagai macam tarian dari Lampung dan kota-kota di sekitarnya. Puncak dari acara ini adalah tour ke pulau vulkanik itu sendiri, yang masih aktif tetapi dalam fase tidur aktif untuk saat ini!

2. Festival Kesenian Bali (Bali Arts Festival)
Salah satu perayaan seni dan budaya tahunan terbesar di Indonesia adalah Festival Kesenian Bali (bali arts festival) yang selalu ramai dikunjungi penonton. Event ini diadakan sebulan penuh yang setiap hari diisi pertunjukan, pameran seni dan kegiatan budaya terkait. Pengisi acara dari seluruh Bali datang untuk menyajikan tari-tarian, musik dan seni pertunjukan lainnya.

Ajang ini menampilkan pertunjukan menarik seperti tari-tarian desa yang jarang diekspose, kesenian dari tempat-tempat terpencil di Bali, makanan, barang tenun dan kerajinan, kreasi baru dari sekolah tari dan koreografi Denpasar, dan juga seni kontemporer dari seniman nasional dan internasional.

Bali Arts Festival merupakan salah satu festival budaya yang paling terkenal dari Indonesia . Festival ini luar biasa diadakan setiap tahun pada bulan Juni dan berlangsung selama satu bulan. Festival ini menarik banyak orang yang datang dari kabupaten serta desa-desa.
Setiap tahun, festival ini memiliki tema tertentu. Semua kegiatan di sekitar festival seperti semua tarian dan pertunjukan musik, program budaya, pameran, kontes, kompetisi dan kegiatan terkait lainnya didasarkan pada tema ini. Ini adalah kesempatan yang bagus bagi wisatawan untuk datang dan belajar banyak tentang lokal dan budaya desa Indonesia. Festival ini dimulai dengan pertunjukan glamor dan fantastis, yang melakukan tujuh jenis tarian Bali dan gaya musik. Indonesia pada hari ini mengenakan kostum tradisional berwarna-warni, mengapung serta besar ogoh-ogoh boneka.
Indah kerajinan item yang ditampilkan di warung-warung. Pertunjukan tari meliputi tari klasik Bali seperti legong tersebut, gambuh, kecak, barong, Baris dan lain-lain. Terutama, tarian topeng sangat menarik dan layak menonton. Semua program hiburan festival yang sangat fantastis. Setiap tahun, perkiraan jumlah 6.000 penonton datang ke festival ini. Oleh karena itu, jangan lewatkan kesempatan baik Anda jika Anda bisa datang berkunjung ke Indonesia pada hari-hari pada bulan Juni. Ini benar-benar memberi Anda suasana festival yang bagus dan Anda pasti akan pernah merasa menyesal telah menghadiri acara ini.

3. Karnaval Batik Solo (Solo Batik Karnival)
Sejak dulu, tradisi batik memiliki akar yang sangat kuat di Kota Solo. Kota di Jawa Tengah ini bahkan menggunakan batik sebagai ikon dan identitas, mencerminkan sebuah kota kerajaan yang dikenal karena keindahan dan sikap santunnya. Karnaval Batik Solo (solo baaatik karnival) diadakan untuk memperkuat tradisi ini, dan lebih jauh lagi untuk mempromosikan Batik di skala nasional dan internasional.
 Solo Batik Carnival 2012  yang akan dilaksanakan pada 30 Juni 2012 ini akan hadir kembali.  Solo Batik Carnival merupakan sebuah karnaval berbasis masyarakat lintas etnik, usia dan profesi dimana batik menjadi tema utamanya. Untukpendaftaran Solo Batik Carnival2012 dibuka pada 1 hingga 15 Februari 2012 di seluruhkelurahan dan kecamatan di Surakarta.

Pendaftaran peserta Solo BatikCarnival 2012 dibagi menjadi empat zona. Zona A adalah Kecamatan Jebres, Zona B yaitu Kecamatan Banjarsari, Zona C adalah Kecamatan Laweyan, Serengan, dan Pasar Kliwon. Kemudian Zona D khusus untuk peserta anak-anak dengan usia minimal 7 tahun. Peserta tiap zona ditargetkan minimal 100 orang, kecuali Zona D hanya 80 orang.
Proses pembuatan kostum Solo Batik Carnival 2012  akan dilakukan pada workshop yang diselenggarakan 19 Februari hingga 30 Mei 2012 dimana sekali workshop diikuti 40-50 orang. Kali ini panitia mengedepankan bahan baku batik bekas untuk pembuatan kostum. Hal ini dilakukan untuk menepis anggapan bahwa  event Solo Batik Carnival 2012 menghambur hamburkan uang untuk pembuatan kostum peserta, dan tentukan dengan bahan bekas yang ada akan membikin kesan bahwa dengan bahan bekas Batik yang ada akan memunculkan ide ide yang segar dan tentunya berkualitas. Dan tentunya hal ini dilakukan untuk mendukung konsep dari Solo Batik Carnival 2012 itu sendiri yaitu kreasi batik yang unik, berkualitas dan tentunya murah.

Kota Surakarta mengedepan sebagai rumah batik yang dikreasi masyarakat dan dikembangkan secara turun-temurun.  Batik Solo terkenal dengan corak dan pola tradisionalnya baik dalam proses batik cap maupun dalam proses batik tulis. Batik solo menggunakan warna kombinasi warna coklat muda, coklat tua, coklat kekuningan, coklat kehitaman, dan coklat kemerahan.

Jika Anda ingin membeli batik di Solo, cobalah pergi ke Pasar Klewer, kawasan Kampung Batik Laweyan, kawasan Kampung Wisata Batik Kauman, dan Pusat Grosir Solo (PGS). Di sana Anda bisa mendapatkan batik setengah harga di sini dari yang ada di toko-toko. Warna dan corak batiknya sangat beragam dan unik.

Acara ini merupakan kombinasi dari upacara, fashion show dan karnaval, semuanya menggunakan batik sebagai tema umum. Di buka pula sebuah bazaar yang menawarkan berbagai produk batik dan souvenir yang unik dari Solo untuk dilihat-lihat dan dibeli.
4. Festival Musik Etnik Internasional Solo (Solo International Ethnic Music)

 Event lain yang digelar di Solo adalah  Festival Musik Etnik Internasional Solo, yang berfokus pada pertunjukan dan pergelaran musik etnis. Acara ini adalah sebuah ajang yang unik untuk kolaborasi antara musik etnik dan musik modern, juga kolaborasi antara seniman lokal dan internasional. Daftar panjang peserta yang turut ambil bagian termasuk diantaranya seniman dari seluruh Nusantara, seperti Minang, Riau, Yogyakarta, Surabaya, Papua, Kalimantan, dan bahkan dari negara asing seperti dari Jepang, Australia, India, Selandia Baru dan banyak lainnya.
Pemerintah Kota Solo akan mendukung sepenuhnya pelaksanaan Solo International Ethnic Music (SIEM) . Demikian dikatakan Walikota Solo Joko Widodo saat menghadiri Grand Launching SIEM ) , di Central Garden, Hotel Lor In, Solo. “Saya optimis kegiatan SIEM tahun ini akan sukses,” lanjut Joko Widodo yakin.
Selain dihadiri Wali Kota Solo,  juga dihadiri sejumlah pejabat, pengusaha, pemerhati seni dan budaya termasuk Guruh Soekarnoputra. Tururt memeriahkan acara itu, musisi Gilang Ramadhan dalam kesempatan itu tampil dengan membawakan musik perkusi dengan nuansa etnik. Sebelumnya, Dewan Kurator SIEM  Prof Dr Rahayu Supanggah S Kar menyampaikan pengantar tentang kegiatan SIEM, dan ada pemutaran film SIEM

5. Gerebeg Mulud 

Dalam bahasa Jawa, “gerebeg” berarti “kerumunan orang” dan Mulud mengacu pada salah satu bulan dalam Kalender Jawa. Acara ini, yang juga dikenal sebagai Sekaten, adalah event perayaan ulang tahun Nabi Muhammad. Ini adalah prosesi sehari penuh dengan mengeluarkan dua gamelan sakral (alat musik Jawa) yang dibawa menuju Mesjid Agung.

Grebek Maulud merupakan bagian dari rangkaian acara Grebeg Keraton yang rutin diadakan pada setiap tahunnya. Grebeg Keraton sendiri merupakan upacara adat di Daerah Istimewa Yogyakarta yang diadakan sebagai kewajiban sultan untuk menyebarkan serta melindungi agama Islam. Nama grebeg berasal dari peristiwa miyos atau keluarnya dari dalam istana bersama keluarga dan kerabatnya untuk memberikan gunungan kepada rakyatnya.
Di antara rangkaian upacara adat tersebut, Grebeg Maulud menjadi salah satu acara yang ditunggu oleh masyarakat Yogyakarta. Upacara adat ini diselenggarakan untuk memeringati Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah.
Proses upacara adat ini diawali dengan arak-arakan para prajurit keraton yang mengelilingi Keraton Yogyakrta. Setelah itu, gunungan dibawa ke Masjid Gede di Alun-Alun Utara. Gunungan yang berisi oleh hasil pertanian, seperti kacang panjang, sayur-mayur, cabai merah, dan jagung, nantinya akan menjadi rebutan oleh masyarakat Yogyakarta juga wisatawan yang ada di lokasi upacara adat. Rebutan gunungan ini diartikan sebagai simbol komunikasi kultural antara raja dengan rakyatnya.
Untuk bisa sampai di keraton, Anda dapat menggunakan segala jenis kendaraan. Bagi Anda yang menggunakan transportasi umum, Anda bisa menggunakan Trans Jogja trayek 1B, 2A, 2B, dan 3A dari halte-halte terdekat dengan membayar Rp3.000,00 dan turun di Halte Kantor Pos Besar. Dari halte, kemudian Anda bisa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaku atau menggunakan becak untuk sampai di kawasan keraton

Pada malam-harinya akan diadakan pasar rakyat di sisi utara kota yang menambah semaraknya event ini, lokasi ini merupakan tempat yang bagus untuk mencoba berbagai makanan khas Jawa dan Yogyakarta dan berburu souvenir.

6. Festival Lembah Baliem 

Festival di Papua yang unik ini berakar dari budaya yang dipegang oleh suku-suku lokal yang mempercayai perang bukan hanya konflik perebutan kekuasaan dan kepentingan, tetapi juga merupakan simbol kesuburan dan kemakmuran. Namun, sejak 20 tahun yang lalu, pemerintah setempat mengupayakan perdamaian antara suku-suku yang bertikai guna mencegah dendam dan hilangnya nyawa. Jadi, Festival Lembah Baliem merupakan ajang yang diadakan untuk menggantikan perang antara suku.

Seperti yang bisa menebak, acara utama adalah “perang bayangan” antara suku-suku lokal. Bayangkan, lebih dari 20 suku yang berbeda masing-masing dengan 30 sampai 50 orang mengenakan pakaian tradisional, tombak, busur, panah dan parang berkumpul menjadi satu! Ada juga pertunjukan dan atraksi lainnya, seperti permainan tradisional setempat, pertunjukan tari, serta menikmati masakan lokal.
Inilah festival luar biasa dan telah menjadi daya tarik pengunjung di Papua. Festival Lembah Baliem awalnya merupakan acara perang antarsuku Dani, Lani, dan Suku Yali sebagai lambang kesuburan dan kesejahteraan. Sebuah festival yang menjadi ajang adu kekuatan antarsuku dan telah berlangsung turun temurun namun tentunya aman untuk Anda nikmati.
Festival Lembah Baliem berlangsung selama tiga hari dan diselenggarakan setiap bulan Agustus bertepatan dengan bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia. Awalnya pertama kali digelar tahun 1989. Yang istimewa bahwa festival ini dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan warga, pembunuhan anak suku, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka. Adanya pemicu ini menyebabkan suku lainnya harus membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan. Atraksi ini tidak menjadikan balas dendam atau permusuhan sebagai tema tetapi justru bermakna positif yaitu Yogotak Hubuluk Motog Hanoro yang berarti Harapan Akan Hari Esok yang Harus Lebih Baik dari Hari Ini.
Suku-suku di suku Papua meski mengalami modernisasi tetapi masih memegang teguh adat istiadat dan tradisi mereka. Salah satu yang paling menonjol adalah pakaian pria suku Dani yang hanya mengenakan penutup kemaluan atau disebut koteka. Koteka terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan dan dilengkapi dengan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari, sedangkan para wanita suku Dani mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan pada kepala mereka.  
Suku Dani terbiasa berperang untuk mempertahankan desa mereka atau untuk membalas dendam bagi anggota suku yang tewas. Para ahli antropologi menjelaskan bahwa "perang suku Dani" lebih merupakan tampilan kehebatan dan kemewahan pakaian dengan dekorasinya daripada perang untuk membunuh musuh. Perang bagi Suku Dani lebih menampilkan kompetensi dan antusiasme daripada keinginan untuk membunuh. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4,5 meter, busur, dan anak panah. Seringkali, karena perang orang terluka daripada terbunuh, dan yang terluka dengan cepat dibawa keluar arena perang.
Kini, perang suku Dani diadakan setiap tahun di Festival Bukit Baliem di Wamena selama bulan Agustus (lihat Kalender Acara). Dalam pesta ini, yang menjadi puncak acara adalah pertempuran antara suku Dani, Yali, dan Lani saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda-tanda kebesaran terbaik mereka. Festival ini dimeriahkan dengan Pesta Babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua. Ada juga seni dan kerajinan buatan tangan yang dipamerkan atau untuk dijual.
Setiap suku memiliki identitasnya masing-masing dan orang dapat melihat perbedaan yang jelas di antara mereka sesuai dengan kostum dan koteka mereka. Pria suku Dani biasanya hanya memakai koteka kecil, sedangkan pria suku Lani mengenakan koteka lebih besar, karena tubuh mereka lebih besar daripada rata-rata pria suku Dani. Sedangkan pria suku Yali memakai koteka panjang dan ramping yang diikatkan oleh sabuk rotan dan diikat di pinggang.
Dengan menghadiri Festival Lembah Baliem maka Anda akan memiliki kesempatan langka untuk belajar dan bersentuhan langsung dengan beragam tradisi suku-suku setempat yang berbeda-beda tanpa harus mengunjunginya ke pedalaman Papua Barat yang jauh dan berat. Diperkirakan festival ini diikuti oleh lebih dari 40 suku lengkap dengan pakaian tradisional dan lukisan di wajah mereka.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Comment Using Facebook