Bencana berarti suatu kejadian yang menimbulkan kerusakan, penderitaan, kerugian bahkan kematian pada manusia ataupun lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas alam maupun manusia. Dari penyebabnya, bencana dapat dibagi 2: bencana alam dan bencana manusia.
Dampak dari bencana sangat tergantung pada:
- Sumber/jenis bencana : mulai dari banjir, gempa bumi hingga tumbukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban manusia.
- Kemampuan untuk mencegah atau menghindari bencana: manajemen dan deteksi dini bencana seperti pengungsian.
- Tempat /lokasi : Aktivitas alam tidak akan menjadi bencana di daerah tidak berpenghuni, misalnya gempa bumi di pulau tidak berpenduduk.
- Daya tahan manusia dan lingkungan : seberapa kuat manusia dan lingkungan menghadapi bencana (teori evolusi)
Setiap bencana baik alam maupun karena human error, meninggalkan duka, trauma, kesan, dan sejarah yang tak terlupakan, baik oleh korban dan keluarganya maupun penduduk dunia. Untuk mengingat kembali bencana-bencana terbesar yang terjadi di nusantara, baik alam maupun kecelakaan (dalam hal kecelakaan transportasi udara, darat dan laut) yang terus dikenang oleh masyarakat sepanjang sejarah.
10 Bencana Alam Terbesar Sepanjang Sejarah di Nusantara
- Tsunami 26 Desember 2004 di Aceh, Nias, Asia Selatan, Asia Tenggara dan Afrika. Korban lebih 200.000 orang (150.000 orang di Aceh dan Nias). Ketinggian tsunami mencapai 35 meter karena gempa tektonik 8.5 SR di Samudera Hindia.
- Gunung Tambora meletus, tahun 1815. Korban 92.000 orang.
- Tsunami Gunung Krakatau meletus, 26 Agustus 1883. Korban 36.417 orang.
- Gempa tektonik 6.2 SR di Yogyakarta, 27 Mei 2006. Korban 6.234 orang.
- Gunung Kelud, meletus 19 Mei 1919. Korban 5.115 orang.
- Tsunami Ende, Flores-NTT, 12 Disember 1992. Korban 2100 orang.
- Gempa bumi 6,5 SR Sulawesi Tengah, 4 Mei 2000. Korban 386 orang.
- Tsunami pantai selatan Jawa (Pangandaran) 17 Juli 2006. Korban lebih 341 orang.
- Tsunami Banyuwangi-Jawa Timur pada 3 Juni 1994. Korban 208 orang.
- Tsunami Sumba-NTT, 19 Agustus 1977. Korban 189 orang.
10 Bencana Transportasi Terbesar Sepanjang Sejarah di Nusantara
- Kapal Tamponas 2 : January 1981 – terbakar dan tenggelam di Laut Jawa, 580 orang tewas.
- Kapal Cahaya Bahari : 29 Juni 2000 – tenggelam di Sulawesi, 550 orang tewas.
- Kapal MV Senopati Nusantara : 29 Desember 2006 – tenggelam dekat Pulau Mandalika, lebih 461 orang tewas.
- Kapal Bismas Raya 2 : Oktober 1999 – tenggelam di Merauke-Papua, 361 orang tewas.
- Kapal Gurita : January 1996 – tenggelam di Sabang-Aceh, 338 orang tewas.
- Pesawat Garuda Indonesia GA-152 : 26 September 1997 – jatuh di Sibolangit-Medan, 222 orang dan 12 awak tewas. (Bencana pesawat terbang terburuk dalam sejarah Indonesia)
- Kapal KMP Digul : 8 Juli 2005 – tenggelam di Merauke-Papua, 200 orang tewas.
- Pesawat Adam Air Flight 574 : 1 Januari 2007 – jurusan Jakarta-Manado via Surabaya jatuh di Selat Makassar di kedalaman 2.000 meter, 102 orang dan awak tewas terkubur di dasar laut bersama pesawat.
- Kereta Api Bintaro Jaya : 31 Oktober 1987 – bertabrakan di Jakarta, 102 orang tewas.
- Pesawat Mandala Airlines RI-091 Boeing 737-200 : 5 September 2005 – gagal take off dari Bandara Polonia (Medan-Jakarta) dan menabrak perumahan penduduk di Medan, 100 orang dan awak tewas serta 41 penduduk tewas.
Bencana, Dampak dan Antisipasinya
Para peneliti bencana berpendapat bahwa semua faktor bencana berhubungan dengan tindakan manusia. Sebuah bencana tidak akan menjadi bencana yang mematikan/merusakkan bila sebelum bencana dilakukan tindakan-tindakan pencegahan atau antisipasi kemungkinan bencana. Mungkin sebagian orang masih berpendapat bahwa bencana alam tidak dapat diprediksi, karena hanya “Tuhan” yang tahu kapan suatu bencana alam akan terjadi.
Namun, para ahli dan mereka yang peduli dengan gejala alam tidak menyerah sampai di titik itu. Mereka percaya bahwa sebelum bencana yang lebih besar akan terjadi, selalu diawali gejala atau tanda bencana tersebut. Yang menjadi tantangan terbesar adalah bagaimana mendapatkan informasi atau gejala bencana itu secepatnya mungkin, lalu diinformasikan ke masyarakat untuk melakukan evakuasi dan sebagainya.
Inilah terobosan terbesar manusia dari pelajaran dan pengalaman dari sebuah bencana. Telah banyak kasus bencana alam seperti topan, efek tsunami, dan perubahan iklim ekstrim dapat diminimalisasi. Semua tindakan pencegahan dan antisipasi bencana termasuk dalam manajemen bencana.
Dengan manajemen resiko, kita mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk dari bencana tersebut, sehingga ada persiapan mereduksi akibat. Contoh, penggunaan helm ketika mengendarai motor, membuat rumah yang resistan terhadap gempa (di Jepang), pengungsian terpadu ketika banjir, gempa maupun tsunami. Di Indonesia, manajemen resiko terhadap bencana alam maupun oleh manusia masih cenderung rendah. Pemerintah dan segenap elemen sudah semestinya mengadakan program edukasi terpadu bagi masyarakat kita dalam mengantisipasi bencana manusia, terutama kecelakaan transportasi, serangan penyakit, kerusuhan, maupun bencana alam seperti banjir, kekeringan dan gempa.
Mengapa di Tanahku terjadi Bencana
Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk disampingku kawan
Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan
Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap kering rerumputan
Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih …
Reff#
Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika dia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini
Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari
Tetapi semua diam, tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri, terpaku menatap langit
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar